“Mama, jadi kami punya adik cowok atau cewek?” tanya Darren.Rachel berusaha menggali kembali ingatannya, lalu dia menjawab, “Cewek.”“Yey, sekarang aku jadi kakak!” seru Michelle kegirangan. “Akhirnya aku bukan jadi yang paling kecil lagi.”Jarak usia Michelle dengan ketiga kakak lelakinya tidak terlalu jauh, tapi dia selalu dianggap yang paling kecil. Sebagai anak bontot tentu ada kelebihannya sendiri, tapi begitu juga dengan kekurangan. Apa pun yang terjadi, Michelle selalu saja dilindungi oleh yang lain.Berbeda dengan anak-anak, Rachel terlihat tidak begitu bahagia. Selama beberapa tahun terakhir tinggal dengan keluarga Rolando, Rachel merasa mereka sangat protektif. Untuk menutupi dosa ini, mungkin saja mereka memberikan anak itu kepada ….Sampai di situ Rachel langsung memejamkan mata karena tidak ingin membuat anak-anak ikut khawatir.“Tok tok!”Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu. Zico masuk dan spontan berbicara ketika melihat Rachel, “Kak Rachel ….”“Ini Mama!” seru D
“Pokoknya semua yang ada di sini jangan ngomong apa-apa soal kejadian ini!” kata Ranti. “Ini rahasia besar keluarga kita. Siapa pun yang bocorin bakal kuusir!”Semua orang yang ada di tempat mengangguk dengan raut wajah serius. Tepat di kala itu pula, sebuah suara menggema dari arah pintu masuk.“Oh, jadi ini rahasia keluarga kalian? Bukannya aku juga termasuk keluarga, kenapa aku nggak boleh tahu?”Sesosok wanita yang ramping berjalan masuk mengiringi suara tersebut. Dia mengenakan pakaian santai berwarna putih, rambut yang dibiarkan terurai sebahu, mata yang dingin dan bibir yang menyimpan senyuman sinis. Penampilannya yang jelas sangat biasa itu entah bagaimana bisa membuat seluruh keluarga Rolando ketakutan.“Rashel, kata papa kamu, kamu sudah ketemuan sama keluarga kamu yang dulu?” tanya Ranti.Rachel menyeret bangku yang ada di dekatnya dan langsung duduk. Sekian lama dia tinggal bersama mereka, mungkin baru kali ini dia berani bersikap kurang ajar seperti itu. Semua orang yang a
“Biarin saja dia keluarin semuanya,” usul Ronald. “Pasti itu yang dia mau setelah ngelewatin hari-hari kayak mimpi buruk selama tiga tahun.”Empat tahun yang lalu, Rachel pergi ke pantai dengan kapal cruise seorang diri hanya untuk menenangkan diri. Namun tak sengaja dia terjatuh ke dalam air dan dia pun terpisahkan dengan keluarganya selama empat tahun.Keluarga Rolando memang menyelamatkannya, tapi di saat yang sama juga menyakiti anak dalam kandungannya dan membuat Rachel kehilangan ingatan. Tentu saja dia murka atas apa yang terjadi, dan itu semua harus bisa dia lepaskan.Setelah menunggu kurang lebih 30 menit, Rachel akhirnya keluar dari kediaman keluarga besar Rolando.“Eh, kalian berdua kenapa ada di sini?” tanya Rachel.“Kak Ronald khawatir, jadi dia ngajak aku kemari,” jawab Zico. “Kakak nggak apa-apa?”“Yang terakhir megang anakku itu seorang perawat yang namanya Dea, aku mau ke rumah sakit untuk cari dia.”Keluarga Rolando yakin bahwa anak itu sudah mati. Setelah didesak hin
“Aku nggak tahu apa-apa …,” kata Dea.Ronald tidak peduli apakah lawan bicaranya itu pria atau wanita, dia langsung saja menggenggam lengan si perawat itu dan mematahkan pergelangan tangannya. Anaknya waktu itu disentuh oleh tangan wanita ini, jadi dia juga harus membayar dengan tangannya.Dea pun menjerit kesakitan dan berkata, “Ini sudah melanggar hukum! Aku bakal lapor polisi!”“Lapor saja, biar polisi sekalian selidiki apa yang kamu perbuat tiga tahun yang lalu,” kata Rachel.Operasi itu adalah praktik ilegal, dan semua pihak yang terlibat menerima uang suap. Asalkan ada pihak berwenang yang menyelidikinya, mereka pasti dapat menemukan bukti.Dea yakin betul kalau dia masih bersikeras tidak mau berbicara, pria yang ada di hadapannya ini pasti akan mematahkan kedua kakinya juga. Maka itu dia pun akhirnya buka mulut, “Anaknya sudah nggak bernyawa waktu aku terima. Pas aku mau urus kematiannya, tiba-tiba anak itu hidup lagi dan nangis-nangis ….”Sekejap tatapan mata Rachel seakan ber
“Zico, bawa Rachel ke cafe dulu, di sini biar aku saja yang urus!”Zico pun mengajak kakaknya pergi ke sebuah cafe terdekat. Akhirnya Rachel merasa jauh lebih baik setelah meyeruput satu tegukan kopi. Dia sedang tidak ingin pikirannya berkeliaran ke mana-mana, yang dia mau hanyalah duduk dengan tenang menunggu di cafe.Satu bulan kemudian akhirnya Anggun sudah boleh keluar dari rumah sakit.“Halo Kak Eddy, Kak Darren, Kak Michael, Kak Michelle!” sapa Anggun kepada keempat kakaknya satu per satu dengan senyum manisnya. Dia baru berusia tiga tahun, pas di mana sedang masa-masa yang paling menggemaskan. Kedua bola matanya begitu besar menawan seperti buah anggur.“Anggun, kita sudah siapin kamar yang gede banget untuk kamu. Kita juga beliin boneka Barbie sama mainan rumah-rumahan. Pokoknya setiap hari kita bisa main bareng!”“Wah, yang benar? Aku senang banget!” kata Anggun.Rania yang berdiri di samping mereka pun ikut berbicara sambil meneteskan air mata, “Baguslah, ternyata Anggun masi
Lima belas tahun kemudian ….Suasana di bandara sangat ramai. Di tengah kerumunan, tampak seorang gadis cantik berlari menuju toilet yang sepi. Kemudian dia membuka ponselnya yang sudah sejak tadi berdering dan menerima panggilan masuk.“Kak, aku baru saja selesai pelajaran. Ada apa?” tanyanya dengan suara yang imut.“Kasih tahu apa saja jadwal kamu hari ini,” sahut pria dari sisi lain telepon dengan suara yang dalam.“Jadwalku, ya …. Hari ini masih kayak biasa, belajar saja seharian. Tadi aku baru saja ikut kelas ekonomi, sebentar lagi mau siap-siap untuk kompetisi. Habis itu, malam aku ada janji makan di restoran hotpot yang baru buka di samping asrama bareng sama temanku. Sekian jadwal satu hari penuh dari adik kesayangan Kakak!”“... oke, bagus …. Angun.”“... eh? Kenapa, Kak?”“Jangan makan yang pedas, nanti jerawatan.”“.…”Dasar cowok tidak peka! Tak heran dia gagal mendapatkan cinta pertamanya! Eddy masih tidak tahu kalau adiknya yang paling kecil itu sedang meledeknya. Setelah
Nana menaruh ponsel ke dalam tas, lalu menggulung lengan bajunya dan langsung berlari ke depan.“Kalian semua awas! Nggak ada seorang pun yang boleh nyentuh Kak Kevin!”Teriakan Nana sukses membuat para penggemar itu tercengang, dan di kala mereka masih melamun kebingungan, Nana langsung berlari ke tengah dan merebut megafon dari salah satu kru dan berseru, “Kalian semua para penggemarnya Kevin dengar aku! Jangan ada yang berdesak-desakan. Semuanya diri berjejer membentuk dua baris, biar kasih jalan di tengah. Pokoknya jangan ada yang ganggu kakakku. Mengganggu jalan penumpang lain itu nggak boleh, ngerti kalian?!”Dalam sekejap suasana di bandara langsung sunyi senyap, dan beberapa detik kemudian para penggemar itu berdiri di kedua sisi dengan patuh agar orang bisa lewat di tengah.Asisten pribadinya Kevin yang tadi sudah pusing seketika itu tercengang. “Gila, fans ajaib dari mana pula ini?”Kevin yang semula tidak peduli lagi dengan sekitarnya pun akhirnya mendongak dan menatap gadis
Hari sudah berganti malam ketika Nana menemukan alamat yang dikirim oleh teman baiknya, Selena. Kalau saja Nana tidak perlu takut ditemukan oleh Eddy ketika menggunakan KTP-nya, mungkin Nana sudah menginap di hotel. Bagi seseorang yang buta arah, mencari sebuah alamat adalah tantangan tersendiri.Untungnya ketika dia baru sampai di depan kompleks rumahnya Selena, Selena sudah menunggu di sana. Melihat sosok yang tak asing baginya, Nana langsung melupakan kopernya dan berlari “Selena!”“Nana! Akhirnya kita bisa ketemu juga!”Selena pun berlari menghampiri Nana dan langsung berpelukan.“Kok malam bangat, aku sudah nungguin dari tadi!” kata Selena.“Ini gara-gara Kak Darren yang nggak bisa dipercaya. Dia bilang mau jemput aku di bandara, tapi malah hilang nggak tahu ke mana. Aku naik taksi sendirian ke sini, mana salah alamat pula. Akhirnya aku harus mutar-mutar baru akhirnya ketemu juga.”“Aduh, kasihan. Ya sudah, ayo kita masuk!”Setelah mereka tiba di rumah dan merapikan koper bawaan