Rashel berusaha menahan rasa pilu di hatinya lalu berkata, “Tante kan mau antar kamu ke panti asuhan, jadi Tante juga harus kasih hadiah dong ke teman-temanmu di sana. Anggap saja ini sebagai hadiah perkenalan dari Tante.”Panti asuhan sering sekali mendapat banyak hadiah dari berbagai macam orang.Oleh karena itu, Anggun langsung mengangguk seraya berkata, “Makasih, Tante!”Kemudian Rashel mengantar Anggun sampai ke depan pintu masuk panti asuhan. Panti asuhan ini masih berada di Kota Abrha dengan ukuran yang terbilang sedang. Terdapat dua buah bangunan kumuh di dalam panti asuhan yang dicat dengan warna kuning dan biru. Selain itu, ada banyak anak-anak yang sedang bermain di halaman. “Bu Kepala Panti, aku sudah pulang!” seru Anggun setelah keluar dari mobil lalu melemparkan tubuhnya ke dalam pelukan seorang perempuan yang berusia sekitar 40 tahunan. “Anggun, kamu ini pergi ke mana saja? Kenapa kamu nggak nurut sama Ibu? Kita semua nyari kamu sampai benar-benar pusing,” ujar kepala
Rashel membawakan banyak makanan ringan dan mainan untuk anak-anak panti asuhan yang membuat mereka semua melompat kegirangan.Rashel berniat untuk langsung pergi setelah mengantar Anggun. Namun, Rashel langsung merasa enggan untuk beranjak setelah melihat mata Anggun yang polos berbinar dengan terangnya. Kurang lebih, 30 menit lagi sepasang suami istri akan datang untuk mengadopsi anak dari panti asuhan ini. Kemungkinan Anggunlah yang akan mereka adopsi karena anak ini terlihat sangat lucu dan menggemaskan. Sekarang Rashel sangat ingin tahu siapa orang tua yang akan mengadopsi Anggun untuk dijadikan putri angkat mereka. “Tante Rashel bisa temani aku di sini?” tanya Anggun polos sambil menarik lengan baju Rashel.Rashel langsung menggendongnya seraya berkata, “Tentu saja, bisa!”Di sudut ruangan yang tidak jauh dari tempat Rashel dan Anggun, Gani yang masih marah sedang memperhatikan kedua perempuan itu. Sebelumnya, Gani adalah kesayangan semua orang di panti asuhan. Namun, orang-oran
Anggun membuka matanya lebar-lebar dan berusaha untuk tidak menangis. “Drrrtt! Drrtt!”Ponsel Rashel tiba-tiba berdering. Kemudian dia bergegas menghampiri Anggun setelah selesai menerima telepon lalu berkata, “Anggun, Tante pergi dulu, ya. Tante tiba-tiba ada urusan mendadak. Anggun mau bilang sampai jumpa nggak sama Tante?”Anggun langsung memeluk leher Rashel lalu berkata, “Tante, aku nggak mau Tante pergi.”Anggun sama sekali tidak menangis ketika Gani mengambil kalung kesayangannya. Namun, dia langsung menitikkan air mata ketika teringat kalau Rashel akan pergi meninggalkannya. “Jangan nangis, dong. Kamu harus jadi anak baik, ya. Nanti Tante ke sini lagi,” ujar Rashel berusaha menenangkan Anggun. “Tapi kata Kak Gani, aku akan diadopsi dan punya orang tua baru hari ini. Kalau begitu, aku mungkin nggak bisa lagi ketemu sama Tante,” balas Anggun. “Tante kan bisa tanya sama Bu Kepala Panti di mana alamat orang tua barumu. Dengan begitu, Tante masih bisa mengunjungimu,” ujar Rashel
“Apa Tante mau mengadopsiku?” tanya Anggun sambil membuka matanya lebar-lebar.Rania sempat tertegun sejenak lalu tersenyum lembut seraya berkata, “Kalau begitu, apa kamu mau Tante adopsi?” Anggun langsung menunjuk ke arah Gani lalu berkata, “Kak Gani lebih pintar dan penurut daripada aku. Gimana kalau Om dan Tante mengadopsi dia saja?”Anggun rela memberikan kesempatan emasnya ini kepada Gani karena dia tahu kalau Gani sangat menginginkan sebuah keluarga dan memiliki orang tua. “Anggun, jangan asal bicara begitu! Kamu sudah cukup beruntung Om dan Tante ini suka sama kamu dan mau mengadopsimu. Jadi, jangan kamu sia-siakan kesempatan ini,” ujar Kepala Panti berusaha menasihati Anggun. Anggun hanya bisa terdiam sambil menundukkan kepalanya dan meremas jarinya dengan penuh kegelisahan di hatinya.“Kalian semua pasti benci sama aku!” seru Gani lalu berbalik dan pergi meninggalkan mereka semua. Fandi langsung berpikir kalau apa yang dikatakan istrinya ternyata benar adanya. Anak perempu
“Aku pastinya ingat, kok,” jawab Anggun.Kemudian Rania menggendongnya dan menempatkannya di bagian tengah motor listrik. Anggun menatap panti asuhan yang sudah ditinggalinya lebih dari 2 tahun dengan perasaan enggan untuk meninggalkannya. Dia berjanji di dalam hatinya kalau dia akan memberikan semua anak di panti asuhan ini sebuah keluarga baru ketika dia sudah dewasa nanti.*** Rashel memarkirkan mobilnya di depan perusahaan. Kemudian asistennya langsung menyambut kedatangan Rashel seraya berkata, “Bu Rashel, asisten Pak Ronald ada di ruang tamu.Rashel langsung mengangguk. Asistennya sudah meneleponnya ketika dia masih berada di panti asuhan. Jadi, buru-buru meninggalkan panti asuhan untuk kembali menuju kantornya. Dia juga masih belum tahu kalau ternyata Anggun sudah diadopsi dan tidak lagi tinggal di panti asuhan. Rashel bergegas pergi menuju ruang tamu perusahaan dan mengesampingkan semua pikirannya mengenai Anggun. Rashel masuk ke dalam ruang tamu lalu meletakkan tasnya dan me
Rashel merenung selama kurang dari tiga detik, sebelum dengan cepat menandatangani kontrak tersebut.Setengah bulan lagi, dia akan pergi ke Suwanda untuk bekerja sebagai sekretaris untuk pria itu. Keuntungan dari proyek ini akan dianggap sebagai bayaran atas kerjanya.Randi menghela napas lega, "Kalau begitu, Bu Rashel, sampai jumpa setengah bulan lagi."Rashel tersenyum, "Nggak sampai setengah bulan, kok. Dua hari lagi saya akan ke Suwanda, ikut acara Internet Expo.""Wah. Bagus sekali." Randi senang."Kami akan menyambut Bu Rashel di Tanjaya Group.""Kalau begitu, terima kasih sebelumnya."Rashel tersenyum sembari mempersilahkan Randi keluar.Karena masalah bekerja sebagai sekretaris presiden Tanjaya Group ini tidak bisa dihindari, maka Rashel merasa dia harus terlebih dahulu mencari tahu orang seperti apa pria itu sebenarnya.Dalam posisi apa pun, seseorang harus terlebih dahulu mengenali lawan dan dirinya sendiri supaya tidak dalam posisi pasif.Di Suwanda.Villa keluarga Tanjaya t
"Kak, nggak ada hubungannya sama Kakak ..." Michelle memeluknya, "Bukan Mama yang nggak mau pulang, tapi Mama nggak bisa pulang ...."Mata Michael menyipit, "Michelle, apa maksudmu?"Michelle mendongak, menatap tepat ke arah ketiga saudara di depannya, "Pernah nggak kalian mikir bahwa sebenarnya Mama kecelakaan, jadi Mama nggak bisa pulang?""Nggak mungkin!" Eddy dengan dingin menyangkal, "Mama nggak mungkin kecelakaan. Nggak mungkin!"Eddy lebih memilih sang ibu tidak pernah kembali, daripada terjadi sesuatu pada ibunya ….Dia selalu berharap Mama-nya masih hidup dan sehat di suatu tempat di dunia ini …."Kakak, kamu mikir apa. Maksud aku ... mungkin saja Mama hilang ingatan." Michelle mengerucutkan bibirnya, kemudian melanjutkan, "Karena hilang ingatan, Mama lupa sama kita, lupa sama papa. Jadinya Mama nggak tahu gimana caranya pulang ...."Michael menatap Michelle, kemudian berkata dengan suara pelan, "Michelle, kamu tahu sesuatu?""Aku …,” suara Michelle tercekat. Hasil tes DNA m
Sebuah pesawat melintas di atas kota Abrha, mendarat di bandara Suwanda."Akhirnya!" Ivone sangat gembira, "Kak, nanti ajak aku jalan-jalan, ya. Aku dengar di Suwanda ada tempat yang bagus ....""Kalau mau jalan, ya jalan sendiri saja." Jecson mengerutkan kening, "Kamu balik ke apartemen dulu, taruh barang bawaanmu. Setelah itu, terserah lah mau ngapain.”Ivone berkata dengan tidak senang, "Ibuku bilang kamu harus jagain aku. Kamu nggak boleh dong nggak jagain aku gini.”Jecson menatapnya, "Aku dan Rashel ke Suwanda buat urusan bisnis. Kamu di sini ngapain? Jangan ganggu kami, lah.""Huh!"Ivone berjalan lebih dulu sambil menyeret kopernya.Jecson menggelengkan kepala tak berdaya.Sepupunya ini, memang sudah pengacau sejak kecil. Tidak kalah dari Fendi jika disuruh membuat masalah.Entah mengapa bibinya setuju Ivone membuntutinya ke Suwanda.Rashel mengatupkan bibirnya sambil berkata lirih, "Dia sudah dua puluh dua tahun. Orang dewasa harus belajar bertanggung jawab atas dirinya sendir