"Kak, nggak ada hubungannya sama Kakak ..." Michelle memeluknya, "Bukan Mama yang nggak mau pulang, tapi Mama nggak bisa pulang ...."Mata Michael menyipit, "Michelle, apa maksudmu?"Michelle mendongak, menatap tepat ke arah ketiga saudara di depannya, "Pernah nggak kalian mikir bahwa sebenarnya Mama kecelakaan, jadi Mama nggak bisa pulang?""Nggak mungkin!" Eddy dengan dingin menyangkal, "Mama nggak mungkin kecelakaan. Nggak mungkin!"Eddy lebih memilih sang ibu tidak pernah kembali, daripada terjadi sesuatu pada ibunya ….Dia selalu berharap Mama-nya masih hidup dan sehat di suatu tempat di dunia ini …."Kakak, kamu mikir apa. Maksud aku ... mungkin saja Mama hilang ingatan." Michelle mengerucutkan bibirnya, kemudian melanjutkan, "Karena hilang ingatan, Mama lupa sama kita, lupa sama papa. Jadinya Mama nggak tahu gimana caranya pulang ...."Michael menatap Michelle, kemudian berkata dengan suara pelan, "Michelle, kamu tahu sesuatu?""Aku …,” suara Michelle tercekat. Hasil tes DNA m
Sebuah pesawat melintas di atas kota Abrha, mendarat di bandara Suwanda."Akhirnya!" Ivone sangat gembira, "Kak, nanti ajak aku jalan-jalan, ya. Aku dengar di Suwanda ada tempat yang bagus ....""Kalau mau jalan, ya jalan sendiri saja." Jecson mengerutkan kening, "Kamu balik ke apartemen dulu, taruh barang bawaanmu. Setelah itu, terserah lah mau ngapain.”Ivone berkata dengan tidak senang, "Ibuku bilang kamu harus jagain aku. Kamu nggak boleh dong nggak jagain aku gini.”Jecson menatapnya, "Aku dan Rashel ke Suwanda buat urusan bisnis. Kamu di sini ngapain? Jangan ganggu kami, lah.""Huh!"Ivone berjalan lebih dulu sambil menyeret kopernya.Jecson menggelengkan kepala tak berdaya.Sepupunya ini, memang sudah pengacau sejak kecil. Tidak kalah dari Fendi jika disuruh membuat masalah.Entah mengapa bibinya setuju Ivone membuntutinya ke Suwanda.Rashel mengatupkan bibirnya sambil berkata lirih, "Dia sudah dua puluh dua tahun. Orang dewasa harus belajar bertanggung jawab atas dirinya sendir
“Suwanda nambah satu cewek cantik lagi. Bakal nyangkut ke pria kaya mana lagi ini cewek, ya."Rashel sudah terbiasa dengan panangan seperti itu. Dalam tiga tahun ini, setiap kali Rashel ikut Sania menghadiri acara, dia selalu menjadi pusat perhatian para pria.Dia tidak peduli dengan pandangan seperti itu, tetap dengan tenang berjalan menggunakan sepatu hak tingginya. Rashel terus berjalan hingga ke depan pintu masuk. "Halo, silakan tunjukkan undangan Anda.”Orang yang menjaga di depan pintu berkata dengan formalitas.Orang-orang yang memandangi Rashel sejak tadi, seketika mendekat. Dengan melihat undangan wanita cantik itu, mereka akan langsung tahu siapa namanya. Rashel membuka tas kecilnya. Dia seketika tercengang. Di mana undangannya? Mengapa tidak ada?Dia kembali mencarinya di tas. Masih tidak ketemu. Pandangan mata orang-orang di sekitar Rashel seketika berubah. "Nggak punya undangan kok ikutan pesta kayak gini. Jangan-jangan dia perempuan yang cuma mau cari mangsa saja, ni
"Aku dengar Pak Ronald panggil dia Non Rashel Rolando. Sejak kapan ada nama keluarga Rolando di kota Suwanda?""Keluarga Rolando ada, sih. Tapi bukan keluarga yang gimana-gimana.""Kecantikan perempuan ternyata memang senjata paling ampuh, ya. Bahkan Pak Ronald pun terpikat.""Ngomong-ngomong tentang Pak Ronald, kalian inget nggak sama kabar heboh tentang perceraiannya empat tahun yang lalu? Masalah perceraian Pak Ronald dan istrinya sampai sekarang masih belum ada hasilnya.""Sudah cerai kali. Kalau nggak, kenapa Non Rachel nggak pernah muncul di hadapan publik empat tahun ini?""Bisa jadi. Perempuan tercantik di Suwanda itu hampir tiap bulan masuk berita sejak dia kembali ke Suwanda. Sembunyi selama empat tahun kayaknya bukan gaya dia, deh. Mungkin karena sudah nggak tahan lagi di Suwanda, dia tinggal di luar negeri.""Eh eh, kalian memangnya nggak merasa cewek yang tadi itu mirip banget sama Non Rachel?""Eh, iya deh kayaknya ...."Para ibu-ibu kaya bergosip di depan pintu masuk, se
Rashel berjalan dengan sangat pelan sambil memegang gelas, lalu berbalik berjalan ke arah balkon. Setelah perhatian orang-orang mulai terpecah, barulah dia menuju ruang istirahat melalui pintu samping. Itu adalah ruang tunggu dengan fasilitas terbaik. Tak ada seorang pun yang berjaga di depan pintu.Ronald duduk di sofa sembari memandanginya, “Saya kira kamu nggak bakal datang.”“Pak Ronald sangat menarik perhatian di sini. Saya nggak pengin jadi musuh bersama seluruh wanita di kota Suwanda.” Rashel masuk ke dalam, kemudian duduk di sofa yang berjarak paling jauh dari pria itu. “Pak Ronald, silakan bicara kalau memang ada sesuatu yang perlu dibicarakan. Saya akan dengarkan baik-baik.”Ronald menggoyang-goyangkan gelasnya, pandangannya tertuju pada Rachel, “Kamu kelihatannya sama sekali nggak takut sama saya.”“Pak Ronald sama seperti semua orang. Punya sepasang mata dan satu mulut. Kenapa saya harus takut sama Bapak?” Wajah Rashel datar, dia melanjutkan, “Kalau memang nggak ada yang
Ronald memiringkan tubuhnya. Tatapan mata Ronald yang dalam memandangi wanita di depannya. Ronald berkata pelan, "Karena kamu sudah memilih bekerjasama dengan Tanjaya Group, kamu pasti sudah cari informasi tahu tentang saya, 'kan?"Rashel tidak mengelak, "Di internet ada berita tentang Pak Ronald pernah bercerai, apa benar?""Bisa dibilang benar, bisa dibilang nggak benar juga," Suara Ronald dipenuhi dengan emosi, "Kami nggak resmi bercerai, tapi aku dan dia sudah berpisah selama empat tahun. Menurut kamu, apa namanya itu?"Rashel tidak ingin bertanya lebih lanjut tentang masalah rumah tangga orang lain. Dia mengerutkan bibirnya, kemudian bertanya, "Kalau begitu, anak Bapak sudah empat tahun nggak ketemu ibunya?"Ronald melihat Rashel, dia seketika tak tahu harus berkata apa.Ronald juga tidak tahu harus bagaimana menyatakan perasaan sakitnya selama empat tahun.Ronald tidak ingin berbohong. Kebohongan demi kebohongan hanya akan membuat Rachel terdorong ke dalam lubang kebohongan yan
Wanita itu mengambil undangannya, kemudian masuk ke ruangan pesta. Pandangan mata semua orang tertuju padanya. "Kalung yang dia pakai itu 'Heart of the Ocean' yang waktu itu dilelang mahal sekali, 'kan?""Lima tahun yang lalu, di pelelangan, kalung itu dibeli oleh seorang misterius. Apa mungkin Nona yang satu ini?""Tapi nggak pernah lihat ada nona muda ini di keluarga elit Suwanda. Asing banget dia.""Kok aku malah ngerasa kalung yang dia pakai itu palsu, ya? Coba deh lihat gaun yang dia pakai, itu koleksi tahun lalu. Mana ada orang yang pakai gaun koleksi tahun lalu ke acara kayak gini? Kalau dia nggak mampu beli koleksi gaun terbaru tapi bisa pakai kalung 'Heart of the Ocean', memangnya mungkin?""Kalau memang itu palsu, berarti bagus banget bikinnya.""...."Ivone yang sedang berada di tengah-tengah pesta, merasa semua pandangan tertuju padanya. Dia menegakkan dadanya, membuat kalung Heart of Ocean di lehernya semakin terlihat. Tiga anak yang duduk di sudut ruangan seketika ter
Tangan Ivone ditahan di udara.Dia menoleh ke belakang dan melihat pengawal dengan wajah seram sedang memelototinya, kemudian melempar tangan Ivone dengan keras."Den Darren, nggak apa-apa, 'kan?"Para pengawal bertanya khawatir.Darren menggelengkan kepalanya. Kelopak matanya dipenuhi oleh bayang-bayang wanita yang berada di depannya itu. Empat tahun lalu, saat Darren mengotori baju ibunya, sang ibu juga melihatnya dengan tatapan yang sangat menyeramkan seperti itu ....Para pengawal tidak mengerti dengan arti tatapan tuan mudanya. Akan tetapi, dia tahu bahwa gaun yang dikenakan wanita itu memang dikotori oleh tuan mudanya. Si pengawal mengambil cek dari dompetnya, lalu menuliskan angka dan memberikannya kepada Ivone. "Cukup?"Mata Ivone terbelalak. Satu miliyar!Itu dua kali lipat lebih banyak daripada harga gaunnya. Siapa sangka, bertemu dengan anak kecil seperti ini, malah dapat untung. Ternyata di Suwanda memang banyak orang hebat yang bersembunyi. "Nggak cukup?" Tatapan mata