“Jadi, kamu melakukan semua ini hanya untuk mempermalukan aku dan menunjukkan bahwa kamulah pemegang kendalinya?” tanyaku dengan kepala yang masih tegak. Dua minggu telah berlalu sejak terakhir kali aku melihatnya, di hari ketika aku mencium Richard di depan semua orang dan perkelahian itu. Dua minggu telah berlalu dan kukira Jason akan melupakan aku dan kembali menjalani hidupnya, tapi rasanya dia masih terpaku padaku dan sekarang dia ingin membalas dendam padaku karena telah menolaknya. “Bisakah kamu setidaknya berubah?”“Berubah, Laura? Kamu mencium pria lain di depanku dan kamu ingin aku berubah? Menurutku, aku pantas membuatmu sedikit menderita!” Dia masih belum merelakan aku.Aku tidak tahu apakah aku merasa sedih atau senang mengetahuinya, mungkin gabungan dari keduanya, tapi aku memutuskan untuk tetap menyimpan wajahku. “Richard adalah pacarku, Jason. Itulah yang dilakukan orang yang berpacaran, mereka terkadang berciuman,” jawabku, berdiri dengan tegas.“Mau sampai kapan ka
LauraAku menatap Jason tidak percaya mendengar perkataannya yang tidak masuk akal. Ciuman? Dia ingin aku menciumnya supaya dia menyetujui proyekku? Astaga, dia benar-benar tidak bisa dipercaya!“Apakah kamu sudah gila? Omong kosong macam apa yang kamu pinta dariku?” tanyaku, terkejut atas apa yang dia baru saja katakan. Aku belum pernah menciumnya lagi setelah lima tahun. Bagaimana bisa dia tiba-tiba meminta hal itu?“Ciuman itu hanya sekedar ciuman saja,” katanya, masih bersikeras. “Kamu mencium pria itu. Kenapa kamu tidak bisa menciumku juga?”Aku memutar mataku, menghela nafas. “Aku tidak percaya semua perkataanmu yang tidak masuk akal ini,” kataku.“Kamu tidak berpikir aku lebih tampan, begitu? Aku tidak membuatmu tertarik lagi?”“Astaga, Jason. Tentu saja kamu menarik,” kataku tanpa pikir panjang. Aku begitu gugup karena permintaan itu. Menciumnya? Astaga, jantungku berdegup dengan sangat kencang.“Jadi, kalau kamu masih menganggapku menarik, kenapa kamu tidak mau menciumk
LauraAku menghabiskan keseluruhan akhir pekan bekerja untuk proyek itu. Aku hampir tidak makan dan aku baru tidur sekitar pukul empat pagi dan bangun sekitar pukul 6 pagi, lalu minum kopi dan kembali bekerja. Namun, sekeras apa pun aku bekerja dan mengerahkan seluruh tenagaku, aku menyadari bahwa pekerjaan yang aku lakukan kehilangan esensinya. Itu bukan lagi sebuah karya yang layak mendapat merek ternama seperti Nemesis, jadi aku menyadari bahwa itu semua sia-sia.Aku menghela nafas frustasi, menatapi langit-langit apartemenku. Aku sudah merelakan waktu bersamaku dengan putriku akhir pekan itu hanya untuk menyelesaikan pekerjaan sialan ini dan pekerjaanku tidak berjalan dengan lancar. Semua itu adalah salah Jason. Ditambah, aku membencinya, tapi aku harus mengakuinya dan menyerah. Aku harus menyenangi pria itu jika aku ingin proyek ini sukses.Aku bangkit dari sofa dan beranjak ke balkon untuk menghirup udara segar sembari membiarkan angin membawa pergi pikiranku. Apakah aku harus
“Wah, kedengarannya menarik. Kabari aku, beri makan jiwa gosipku,” pintanya dan aku tertawa.“Akan aku kabari nanti. Sekarang aku harus pergi.”“Baiklah kalau begitu, semoga soremu bersama miliarder itu menyenangkan,” ujarnya.“Sampai jumpa nanti.” Aku mengucapkan sampai jumpa padanya, mematikan ponselku dan bersiap-siap untuk menemui Jason.*****Hari ini, aku mengenakan gaun merah ketat sepanjang lututku, sepatu hak tinggi hitam dan tas tangan yang senada dengan sepatuku, lipstik merah di bibirku, dan rambut gelapku yang bergelombang tebal tergerai di punggungku. Ekspresi tegas terpampang di wajahku seolah aku akan membunuh seseorang.Setelah aku turun dari taksi, aku diam sebentar untuk memandangi rumah besar yang ada di hadapan mataku. Aku sudah tidak melihat tempat itu begitu lama, semua kenangan tentang rumah itu menghantamku seperti angin topan. Aku harus menahan semua perasaanku. Ini pernah menjadi rumahku untuk waktu yang lama, tempat yang begitu aku sayangi dan cintai.
LauraAku terdiam di sana tanpa bisa bergerak sedikit pun sambil melihat Jason berlari di atas mesin lari, tapi dia menyadari adanya kehadiran orang lain di ruangan itu dan berbalik untuk melihat ke arahku. Dia terlihat terkejut melihatku di sana dan dia cepat-cepat menurunkan kecepatan mesin lari itu sampai mesinnya berhenti. Dia turun dari mesin dan menghampiriku, masih terkejut dan sedikit terkagum.“Laura? Wah, aku tidak menyangka akan bertemu denganmu di sini,” katanya sembari menghampiriku. Tidak mungkin aku tidak memandangi penampilan fisiknya. Lengannya cukup berotot, otot bisepnya kencang, dan otot absnya tidak terlalu berlebihan tapi masih terlihat menarik. Jason memiliki perawakan yang luar biasa, ditambah badannya berkilau karena keringat. “Kamu terus membuatku terkejut,” komentarnya.“Wah, kamu terlihat cantik sekali.” Dia menatapku dari atas sampai bawah. Aku tidak bisa menghakiminya, lagi pula aku juga baru saja melakukan hal yang sama.“Terima kasih… Apakah kamu bis
“Kamu keliru, ini adalah keputusanku. Aku akan membiarkanmu menciumku atau tidak akan terjadi apa-apa,” kataku akhirnya, lalu dia mulai menyadari rencanaku sebenarnya. Aku berencana untuk mengakhiri semua kekonyolan itu. Aku berniat untuk mendayung sekali untuk melampaui dua tiga pulau.“Dasar gila…” Dia menggeleng kepalanya, tidak siap untuk merelakan aku.“Ayolah, Jason. Aku tahu kamu sangat ingin menciumku. Apakah kamu akan membiarkan aku pergi tanpa berciuman?” tanyaku dengan suara menggoda, matanya yang enggan menatap mataku, kemudian bibirku dan berhenti di sana, menatapku dengan penuh hasrat.“Aku tahu kamu memimpikan berciuman denganku setiap malam. Begitu aku ada di sini, kamu malah membiarkanku pergi tanpa mendapatkan apa-apa?” Aku hampir bisa mendengar isi kepalanya yang sedang berpikir.Apakah itu ide buruk untuknya, menyerahkan seluruh kendali yang dia miliki terhadapku hanya untuk satu momen? Namun, dia juga akan menyesalinya selamanya jika dia tidak menciumku sekaran
JasonAku tidak bisa bergerak ketika menyaksikan Laura kabur dari rumah besar itu, kabur dariku. Dadaku naik turun tertekan dan jantungku berdegup dengan liar.Aku terhuyung melintasi ruangan itu, berpegangan pada sofa, dan melemparkan diriku ke lantai, berbaring telentang. “Apa-apaan itu tadi? Sial…” seruku, masih tergila-gila. Astaga, apa yang baru saja terjadi?Aku mengira itu hanya akan berupa ciuman biasa, tapi tingkatan yang aku dan Laura capai sudah keluar dari batas. Cara kami melingkari satu sama lain dalam dekapan kami, cara kami memberikan diri kami sudah cukup untuk menggantikan lima tahun yang kosong itu.Aku tertawa terbahak-bahak dan berubah menjadi sedikit gila. Laura mencintaiku, aku bisa merasakannya dari caranya menciumku kembali. Aku berpikir bahwa dia hanya ingin menyingkirkan aku. Dia mengenakan gaun merah yang membuatnya terlihat seksi dan memoles bibirnya dengan lipstik merah itu hanya untuk menggodaku supaya aku tidak akan menolak syarat yang dia berikan da
“Itu luar biasa, Tama,” kataku, tersenyum seperti orang bodoh. “Kami berciuman dan ciuman itu pantas dicatat dalam sejarah.”“Wah, jadi kalian berciuman seperti itu?” Tama terdengar bersemangat juga.“Berciuman seperti itu, kawan. Seperti itu.” Aku terbata-bata, menyandarkan kepalaku di sofa dan menatap langit-langit sementara pikiranku dipenuhi oleh wanita itu. “Dia sangat sempurna, kamu seharusnya menyaksikan bagaimana dia membalas ciumanku dengan baik.”“Wah… Selamat, kamu berhasil membuatnya mengingat rasa cintanya padamu,” katanya menyelamatiku.“Iya, aku tahu wanita itu mencintaiku.” Aku tersenyum, merasa berhasil.“Aku senang mendengarnya. Kalian berciuman, menelan satu sama lain, memakan satu sama lain…” Tama sudah gila.“Diamlah, kami tidak sampai tidur bersama. Yah, dia hampir mau melakukannya, tapi dia menggumamkan sesuatu tentang anaknya dan lari kabur,” kataku, mengingat ketika dia berlutut di hadapanku, wajahnya menyadar pada perutku, dan tanganku mencengkeram rambu
LauraAku baru saja berbicara dengan Suzy. Aku masih memegangi ponselku dan senyuman konyol tersungging di wajahku. Aku sangat bahagia semua hal berakhir dengan baik dan Suzy telah terbangun hingga aku mau tidak mau tersenyum. Hari itu terasa seperti wahana halilintar bagiku, dengan begitu banyak ketegangan dan aksi yang terjadi dalam waktu yang sangat singkat. Segala halnya sangat sulit untuk ditangani, tapi setidaknya semuanya berakhir dengan baik. Setidaknya, aku berharap semuanya berakhir dengan baik.“Jadi, mengenai wanita yang meneror putrimu …,” kata Detektif Gunadi, yang memimpin penggerebekan markas Lukman, seraya dia menghampiri mobil ambulans tempat Clara dan aku sedang menerima perawatan. Pria itu masih tertutupi oleh debu dari puing-puing bunker akibat ledakan salah satu dindingnya, tapi dia tidak terlihat terluka atau terguncang. Lagi pula, itu adalah pekerjaannya dan dia baru saja mencapai kesuksesan yang luar biasa hari ini karena Lukman dan bawahannya telah menyulitk
SuzyAnehnya, Tama terus menemaniku lebih lama dari yang kukira. Dia terus memberitahuku berita-berita baru, hal-hal yang telah terjadi ketika aku tidak sadarkan diri. Baru beberapa jam berlalu sejak aku kehilangan kesadaranku, tapi tampaknya seluruh dunia telah hancur. Aku diberi tahu bahwa berkat bantuan Jason, Laura berhasil menyelamatkan putrinya karena Jason dengan pintar memasang GPS pada kalung Anna dan terus melacak langkahnya untuk memastikan keamanan gadis itu karena mereka menghadapi banyak ketegangan dengan ancaman dari Kinan.Aku juga diberi tahu bahwa Jason bahkan menemaninya dalam misi berbahaya Laura, yang mana Laura harus pergi ke markas Lukman untuk menyelamatkan nyawaku dan temanku. Entah dari mana, apakah Jason telah menjadi orang yang baik ataukah dia hanya melakukannya untuk meyakinkan Laura untuk kembali padanya? Jelas sekali bahwa dia belum menyerah terhadap Laura, jika dia memang akan menyerah terhadapnya.Yang lebih membuatku terkejut adalah pasangan yang t
SuzyKetika aku terbangun, rasanya seperti aku baru saja bangun dari mimpi buruk. Hal pertama yang kulakukan adalah mengusap perutku dan aku terkejut ketika aku menyadari bahwa perutku kosong. Apa? Apa artinya itu? Apakah aku telah kehilangan bayiku? Aku ingat Graham menendangku dan mendorongku di tangga, tidak peduli jika aku sedang hamil atau tidak.“Tidak …. Putriku,” tangisku, meraba-raba perutku dengan ketakutan. “Kumohon, putriku ….”Alarm pun berbunyi. Aku bahkan tidak bisa bangun karena aku merasa sangat lemah. Kemudian, tim medis memasuki ruangan itu.“Tenanglah, Nona Allen. Putri Anda aman dan sehat. Anda telah melahirkannya,” kata mereka padaku, membuatku terkesiap terkejut.“Apa? Putriku sudah lahir?” tanyaku terkejut.“Iya. Dia sudah menunggu Anda. Jadi, Anda harus menenangkan diri dan bekerja sama supaya Anda bisa segera pulih. Putri Anda sedang menunggu Anda,” kata mereka padaku.Aku menangis, tapi sekarang karena merasa lega. “Putriku sudah lahir …. Dia baik-baik
TamaAku memperhatikan Laura meninggalkan rumah sakit bersama Jason dan putrinya. Pundak wanita itu tegang karena dia sangat mengkhawatirkan adiknya, tapi itu adalah hal yang wajar. Hari ini bukanlah hari yang baik baginya karena segala hal yang sedang dia lalui. Hari ini benar-benar tidak berjalan dengan baik bagi kami semua, setidaknya bagiku. Perdebatan dengan Fia membuatku hancur. Aku tidak egois. Aku tahu Fia juga sedang kesulitan, tapi momen itu sangat sensitif bagi kami semua. Seorang bayi baru saja lahir, ditambah, Suzy terancam akan mati. Fia harus menerimanya, menenangkan diri, dan membiarkan segala halnya begitu saja.Aku menghela napas dan bangkit untuk mengambil minum. Aku berencana tinggal di rumah sakit setiap malam jika diperlukan hingga mereka memulangkan putriku dan Suzy sudah terbebas dari bahaya. Aku melakukannya bukan karena aku menyukai Suzy, tapi karena dia pantas mendapatkannya. Aku berterima kasih padanya karena telah melahirkan putriku ke dunia ini.Aku tid
Laura“Sekarang giliranmu. Berikan tanganmu,” kata Jason sambil mengulurkan tangannya padaku untuk mengeluarkan aku dari bunker berbahaya, tempat baku tembak sedang terjadi antara para polisi dan penjahat yang telah mengancam akan membunuh adikku dan temannya.Ada garis ketegangan di antara mata Jason dan rahangnya terkatup. Dia tidak suka aku bersikeras menyuruhnya mengeluarkan Clara terlebih dulu, tapi aku tidak memberinya kesempatan selain menyelamatkan gadis itu terlebih dulu.Jadi, sekarang aku mengangkat tanganku ke arahnya supaya dia bisa membawaku pergi dari sana, tapi sebelum dia bisa menggenggam tanganku, tubuhku terpukul dengan keras dan terbanting ke lantai. Aku terengah-engah dengan berat ketika aku merasa paru-paruku kehabisan udara. Rasa sakit di bagian tubuhku yang terbentur mengenai lantai menyebar ke seluruh tubuhku. Sebelum aku mengetahuinya, seorang pria mencengkeram leherku dengan erat dengan tatapan membunuh di matanya.“Kamu yang menelepon polisi, ‘kan, dasar
LauraPada saat itu, ketika salah satu dindingnya meledak, semua orang di dalam ruangan itu terpental dari posisi mereka. Aku terdiam sesaat. Apakah aku sudah mati? Ataukah aku kehilangan salah satu anggota tubuhku? Apa yang telah terjadi? Apakah para polisi yang meledakkan temboknya? Mereka tidak memiliki jalan lain untuk masuk ke sini?Ada dengungan di dalam telingaku setelah suara ledakan yang keras sekali. Mungkin saja aku menjadi tuli setelahnya, tapi aku mendengar suara orang-orang di sana. Awalnya, rasanya seperti aku berada di bawah air, tapi suaranya makin keras dan jelas ketika indra-indraku mulai pulih kembali.Orang-orang berteriak keheranan, beberapa orang kesakitan, dan yang lainnya terkejut. Ada orang-orang yang terkubur sementara yang lainnya mencoba menarik mereka keluar dari runtuhan itu. Namun, suara tembakan mulai terdengar.Merasa tertekan, aku mencari-cari Clara dengan mataku dan melihatnya terbaring di lantai, terbatuk-batuk karena debu dari reruntuhan dindin
LauraMarkas Lukman benar-benar terlihat seperti tempat kriminal yang bahkan terlibat dengan mafia. Aku berani bertaruh obat-obatan ilegal sedang dikemas dan banyak uang tunai sedang dihitung dan disimpan di koper, yang jelas akan digunakan untuk pertukaran rahasia. Para pria berwajah suram yang bekerja di sana menatapku curiga ketika aku berjalan melewati mereka, mengikuti wanita itu dan orang-orang bersenjata, mengantarku ke bos mereka.Aku langsung mengenali Lukman ketika aku melihatnya. Dia memiliki karisma yang kuat dan penampilan seperti pria nakal. Dia sedang berdiri dengan beberapa pria bersenjata lainnya di belakang konter. Musik agresif bisa terdengar dari stereo di ruangan yang lebih terlihat seperti bunker yang pernah digunakan di masa-masa perang dan setelahnya ditinggalkan dan sekarang dipakai oleh geng kriminal ini. Tempat ini cerah, tapi penerangannya terasa kasar.Mereka semua memandangku sekarang dan aku sejujurnya merasa seperti seekor binatang yang akan segera di
LauraJalanan itu gelap. Hanya ada sedikit pergerakan orang yang datang dan pergi—hanya orang-orang biasa yang menjalani kehidupan mereka seperti biasa tanpa menimbulkan bahaya serius. Aku masih berada di dalam mobil yang terparkir persis di luar restoran yang terlihat seperti ratusan restoran lainnya yang tersebar di Jakarta. Jantungku berdebar lebih cepat dari biasanya. Di bangku di sebelahku, aku sedang memeriksa dua tas berisi uang tunai.Aku gugup. Aku tidak mengenal orang-orang ini dan aku bahkan tidak tahu bagaimana aku harus berbicara dengan mereka atau bagaimana cara memperlakukan mereka. Bahasa apa yang harus kugunakan? Bahasa orang-orang jalanan atau haruskah aku berbicara dengan formal? Bagaimana aku harus bersikap di depan mereka supaya aku tidak akan langsung ditembak tepat di tengah dahiku? Aku ingin Clara, wanita yang memulai semua masalah ini, ada di sini, tapi aku mendapatkan telepon ancaman melalui ponsel Suzy yang berkata bahwa mereka telah menangkap Clara dan aka
Itu terjadi sudah lama sekali sehingga rasanya seolah-olah bukan aku yang mengalami hal itu meskipun ingatan mengenai hal itu masih melekat di dalam diriku. Begitu banyak hal yang terjadi di antara kejadian itu hingga kini dan aku telah banyak berubah. Sekarang, aku menyadari hal-hal yang benar dan salah yang telah kulakukan di dalam hidupku dan semua jalan yang kulalui untuk membawaku ke titik ini.“Kamu sedang mengingat masa lalu, ya? Salah satu momen paling diingat di hidupmu terjadi di tempat itu,” komentar Jason.Aku mengembuskan napas sambil menghampirinya. “Lakukan saja tujuan kita datang kemari,” kataku, menghindari mengungkit masalah lampau.Seperti miliarder tradisional, Jason memiliki sejumlah kecil harta yang disimpan di brankas dinding di rumahnya. Dia menurunkan sebuah lukisan yang selalu tergantung di dinding itu dan menunjukkan sebuah brankas. Dia dengan cepat memasukkan sandinya dan brankas itu mendesis sebelum terbuka. Ada setumpuk uang tunai di sana.“Berapa har