“Wah, kedengarannya menarik. Kabari aku, beri makan jiwa gosipku,” pintanya dan aku tertawa.“Akan aku kabari nanti. Sekarang aku harus pergi.”“Baiklah kalau begitu, semoga soremu bersama miliarder itu menyenangkan,” ujarnya.“Sampai jumpa nanti.” Aku mengucapkan sampai jumpa padanya, mematikan ponselku dan bersiap-siap untuk menemui Jason.*****Hari ini, aku mengenakan gaun merah ketat sepanjang lututku, sepatu hak tinggi hitam dan tas tangan yang senada dengan sepatuku, lipstik merah di bibirku, dan rambut gelapku yang bergelombang tebal tergerai di punggungku. Ekspresi tegas terpampang di wajahku seolah aku akan membunuh seseorang.Setelah aku turun dari taksi, aku diam sebentar untuk memandangi rumah besar yang ada di hadapan mataku. Aku sudah tidak melihat tempat itu begitu lama, semua kenangan tentang rumah itu menghantamku seperti angin topan. Aku harus menahan semua perasaanku. Ini pernah menjadi rumahku untuk waktu yang lama, tempat yang begitu aku sayangi dan cintai.
LauraAku terdiam di sana tanpa bisa bergerak sedikit pun sambil melihat Jason berlari di atas mesin lari, tapi dia menyadari adanya kehadiran orang lain di ruangan itu dan berbalik untuk melihat ke arahku. Dia terlihat terkejut melihatku di sana dan dia cepat-cepat menurunkan kecepatan mesin lari itu sampai mesinnya berhenti. Dia turun dari mesin dan menghampiriku, masih terkejut dan sedikit terkagum.“Laura? Wah, aku tidak menyangka akan bertemu denganmu di sini,” katanya sembari menghampiriku. Tidak mungkin aku tidak memandangi penampilan fisiknya. Lengannya cukup berotot, otot bisepnya kencang, dan otot absnya tidak terlalu berlebihan tapi masih terlihat menarik. Jason memiliki perawakan yang luar biasa, ditambah badannya berkilau karena keringat. “Kamu terus membuatku terkejut,” komentarnya.“Wah, kamu terlihat cantik sekali.” Dia menatapku dari atas sampai bawah. Aku tidak bisa menghakiminya, lagi pula aku juga baru saja melakukan hal yang sama.“Terima kasih… Apakah kamu bis
“Kamu keliru, ini adalah keputusanku. Aku akan membiarkanmu menciumku atau tidak akan terjadi apa-apa,” kataku akhirnya, lalu dia mulai menyadari rencanaku sebenarnya. Aku berencana untuk mengakhiri semua kekonyolan itu. Aku berniat untuk mendayung sekali untuk melampaui dua tiga pulau.“Dasar gila…” Dia menggeleng kepalanya, tidak siap untuk merelakan aku.“Ayolah, Jason. Aku tahu kamu sangat ingin menciumku. Apakah kamu akan membiarkan aku pergi tanpa berciuman?” tanyaku dengan suara menggoda, matanya yang enggan menatap mataku, kemudian bibirku dan berhenti di sana, menatapku dengan penuh hasrat.“Aku tahu kamu memimpikan berciuman denganku setiap malam. Begitu aku ada di sini, kamu malah membiarkanku pergi tanpa mendapatkan apa-apa?” Aku hampir bisa mendengar isi kepalanya yang sedang berpikir.Apakah itu ide buruk untuknya, menyerahkan seluruh kendali yang dia miliki terhadapku hanya untuk satu momen? Namun, dia juga akan menyesalinya selamanya jika dia tidak menciumku sekaran
JasonAku tidak bisa bergerak ketika menyaksikan Laura kabur dari rumah besar itu, kabur dariku. Dadaku naik turun tertekan dan jantungku berdegup dengan liar.Aku terhuyung melintasi ruangan itu, berpegangan pada sofa, dan melemparkan diriku ke lantai, berbaring telentang. “Apa-apaan itu tadi? Sial…” seruku, masih tergila-gila. Astaga, apa yang baru saja terjadi?Aku mengira itu hanya akan berupa ciuman biasa, tapi tingkatan yang aku dan Laura capai sudah keluar dari batas. Cara kami melingkari satu sama lain dalam dekapan kami, cara kami memberikan diri kami sudah cukup untuk menggantikan lima tahun yang kosong itu.Aku tertawa terbahak-bahak dan berubah menjadi sedikit gila. Laura mencintaiku, aku bisa merasakannya dari caranya menciumku kembali. Aku berpikir bahwa dia hanya ingin menyingkirkan aku. Dia mengenakan gaun merah yang membuatnya terlihat seksi dan memoles bibirnya dengan lipstik merah itu hanya untuk menggodaku supaya aku tidak akan menolak syarat yang dia berikan da
“Itu luar biasa, Tama,” kataku, tersenyum seperti orang bodoh. “Kami berciuman dan ciuman itu pantas dicatat dalam sejarah.”“Wah, jadi kalian berciuman seperti itu?” Tama terdengar bersemangat juga.“Berciuman seperti itu, kawan. Seperti itu.” Aku terbata-bata, menyandarkan kepalaku di sofa dan menatap langit-langit sementara pikiranku dipenuhi oleh wanita itu. “Dia sangat sempurna, kamu seharusnya menyaksikan bagaimana dia membalas ciumanku dengan baik.”“Wah… Selamat, kamu berhasil membuatnya mengingat rasa cintanya padamu,” katanya menyelamatiku.“Iya, aku tahu wanita itu mencintaiku.” Aku tersenyum, merasa berhasil.“Aku senang mendengarnya. Kalian berciuman, menelan satu sama lain, memakan satu sama lain…” Tama sudah gila.“Diamlah, kami tidak sampai tidur bersama. Yah, dia hampir mau melakukannya, tapi dia menggumamkan sesuatu tentang anaknya dan lari kabur,” kataku, mengingat ketika dia berlutut di hadapanku, wajahnya menyadar pada perutku, dan tanganku mencengkeram rambu
LauraDering teleponku mengejutkanku sampai aku terbangun ketakutan, lalu aku meringis, merasakan sakit kepala dan memijat pelipisku. Aku tertidur masih mengenakan gaunku dan yang lainnya. Aku menggerutu, meraih ponselku yang masih berdering dan mengangkatnya. Aku meregangkan leherku yang sakit karena posisi tidurku yang buruk.“Halo, Laura di sini,” kataku, suaraku masih tidak jelas karena baru bangun tidur.“Kamu berciuman dengan Jason Santoso?” Kudengar suara histeris temanku Fia di ujung telepon dan aku menghela nafas.“Apa?”“Tidak ada gunanya menyembunyikannya dariku, oke? Tama memberi tahu aku semuanya. Kamu mengunjungi Jason dan menciumnya,” katanya dengan nada menuduh. Aku melirik jam di dinding. Saat itu sedang pukul 4:47 pagi dan Fia sudah bersemangat.“Hei, lihatlah waktunya!” Aku memarahinya dan bangkit untuk beranjak ke kamar mandi. Dasar gila, aku bahkan tertidur masih mengenakan sepatuku.Aku ingat setelah meninggalkan rumah Jason, aku begitu merasa lega dan kehi
Laura“Astaga, besar sekali bekasnya! Kalian benar-benar menikmati ciumannya kemarin, ya?” tanya Fia jahil ketika dia melihat foto leherku yang aku kirimkan padanya. Aku memutar mataku sambil menghela nafas.“Bukan seperti itu, itu hanya ciuman biasa.” Aku berbohong, mengangkat bahuku mencoba membuat situasinya lebih ringan.“Sejak kapan ciuman biasa akan meninggalkan bekas besar di lehermu? Kalian memanfaatkan kesempatan dan itu hanya akan membuatnya makin buruk.”“Apa maksudmu dengan makin buruk?”“Lau, sudah berapa lama sejak kamu terakhir berpacaran dengan seseorang? Sudah berapa lama sejak kamu memiliki hubungan atau terlibat dengan seorang pria?” tanyanya langsung dan aku merona karena pertanyaan itu.Itu terlalu pribadi, tapi Fia adalah orang kepercayaanku, jadi aku hanya menghembuskan nafas dan menjawab, “Di antara mengurus anakku dan membangun karierku, aku tidak punya banyak waktu untuk hal-hal seperti itu.”“Kedengarannya seperti alasan, sayang. Aku yakin jika pria ya
LauraUntungnya, Jason tidak muncul pada peluncuran koleksi pakaian baru Nemesis hari itu. Itu membuatku lega karena aku tidak ingin merasa gelisah terus-terusan karena kehadirannya di tempat itu, tapi tidak berarti bahwa aku tidak merindukannya.Kami menerima banyak orang-orang penting, selebritas dan tokoh internet, orang-orang kaya dan terkenal, dan sebagian besar dari mereka terkesima oleh proyek indah yang kami persiapkan hari itu, mulai dari taktik pemasaran brilian yang aku ciptakan hingga pakaian-pakaian indah yang dikembangkan oleh para desainer dari Nemesis.Singkatnya, peluncuran tersebut sukses besar dan di penghujung hari, timku, aku, dan beberapa direktur pergi keluar untuk merayakan kesuksesan kami. Mereka memanggilku pahlawan Nemesis karena telah menyelamatkan pekerjaan mereka dan aku hanya bisa bersyukur semua hal berjalan dengan lancar.Minggu itu berlalu dengan cepat dan lambat di waktu yang sama, karena setelah pekerjaan itu selesai, ada hal lain yang harus kula
JasonKetika Tama dan aku tiba di apartemen Joshua, kami langsung menyadari bahwa dia sudah sedikit mabuk dan gila meskipun pesta lajangnya baru saja dimulai.“Jason Santoso, kamu datang! Ini membuatku luar biasa bahagia,” kata pria itu dengan suara yang lantang seraya dia membuka pintu, memelukku, dan menepuk-nepuk punggungku dengan keras sambil tertawa dengan gembira. Kebahagiaannya tercampur dengan minuman, membuatnya lebih bahagia daripada yang seharusnya.“Tentu saja aku datang. Aku tidak akan melewatkan acara yang amat sangat penting ini,” jawabku, memeluknya juga.“Ini luar biasa,” gumamnya sambil menarikku ke sebuah pojokan di lorong masuk rumahnya. “Dengar …. Kamu harus tahu bahwa ayahmu ada di sini. Aku tahu kamu dan dia tidak akrab dan aku mengerti, tapi dia adalah salah satu sahabatku.” Dia terlihat merasa bersalah ketika dia mengatakannya.Aku menggelengkan kepalaku. “Tentu saja aku mengerti. Kamu tidak perlu minta maaf. Ini adalah pesta lajangmu, hari untuk mengesamp
TamaKami baru saja tiba di Bekasi. Karena kami memiliki anak-anak, bepergian sekarang terasa jauh berbeda dan lebih menegangkan daripada sebelumnya ketika kami hanyalah sebuah pasangan yang bebas. Sekarang, kami jarang berlibur di akhir pekan, tidak sampai kami telah selesai mengurus anak-anak kami. Jadi, karena ada pernikahan Josh dan dia telah mengundang Fia dan aku juga, kami harus membawa anak-anak kami ke Bekasi supaya bisa menghadiri upacara pernikahan teman kami yang sangat ditunggu-tunggu oleh semua orang.Karena Joshua telah bercerai dengan mantan istrinya sepuluh tahun yang lalu, dia tidak pernah menjalin hubungan serius lagi karena dia bilang urusan cinta tidak cocok dengannya, tapi tampaknya wanita yang muncul ke kehidupannya ini mampu merubah pikirannya itu hingga membuatnya ingin menikah lagi setelah sekian lama. Jadi, kami semua yang dekat dengan Josh benar-benar ingin menyaksikan momen spesial ini untuk teman kami.“Kamu bilang pesta lajang Josh akan diadakan di apa
LauraKarena Jason dan aku memutuskan bahwa kali ini kami akan mengenyampingkan perselisihan kami supaya tidak menghancurkan kenangan yang akan putri kami miliki hari itu, hidup bersamanya bahkan terasa nikmat. Sungguh menakjubkan betapa mudahnya kami tertawa ketika perdamaian terwujud—meskipun itu hanya kepura-puraan.Jadi, kami pergi ke taman hiburan bersama Anna dan kami benar-benar bersenang-senang dengan banyak mainan raksasa di sana. Selama beberapa saat, kami dapat melupakan segala hal dan hanya menikmati waktu bersama putri kami.Setelah itu, kami pergi ke sebuah restoran dan makan sambil berbincang. Aku sedang memisahkan bawang bombai dari makanan putriku karena dia tidak menyukainya, tapi Jason memakan bawang bombai itu untuknya, mungkin untuk mendorong gadis itu agar dia mau memakannya karena anak itu suka meniru ayahnya.“Papa suka makanan yang manis atau yang gurih?” tanya gadis itu dengan bersemangat.“Hei, singkirkan makanan-makanan manis dari pandanganku. Itu membu
LauraJason dan aku tetap di sana, menonton penampilan gadis kecil itu seraya dia tampil bersama teman-teman sekelasnya. Aku senang sekali melihat Anna tumbuh menjadi anak yang makin bahagia hari demi hari.“Dia anak yang manis. Benar, ‘kan? Sangat menggemaskan,” komentar Jason juga, tersenyum dengan bahagia.“Iya, dia tampil dengan baik,” jawabku, juga sepenuhnya jatuh cinta padanya.“Harus kuakui bahwa kamu telah membesarkannya dengan baik,” komentarnya, membuatku menoleh ke arahnya.“Menarik sekali mendengar itu darimu ketika kamulah yang mencoba merenggutnya dariku,” tuduhku.“Ah, jangan begitu. Biarkan aku menikmati penampilan putriku dengan tenteram,” katanya sambil membetulkan posisi duduknya.Aku menggeram dan mengembalikan perhatianku pada putriku yang hanya menghiasi kami dengan pesonanya. “Oh, sial. Aku harus menghapus bagian ini,” komentarku pada diri sendiri, melihat video yang sedang kurekam. Aku tidak ingin bagian bodoh ketika aku dan Jason berdebat tertangkap di
LauraMalam itu, aku lebih memilih untuk tidur di kantorku lagi ketika jam kerja sudah berakhir. Aku berbincang dengan putriku melalui ponsel hingga dia tertidur. Lalu, aku memandang langit-langit ruang tengahku, mencoba mencari rasa kantuk yang tidak kunjung datang. Pada saat itu, aku berujung memikirkan tentang pesan yang kuterima dari penggemar rahasia itu dan aku bertanya-tanya siapa pengirimnya.Apakah itu Gideon? Karena kami sekarang berpisah, dia mungkin ingin mencari cara yang kreatif untuk membuatku terkesan. Aku merasa itu sedikit mencurigakan jika dia adalah Gideon karena dia tidak seromantis itu. Dia jarang memikirkan hal-hal seperti ini. Aku juga berpikir mungkin itu dari Jason, tapi setelah percakapan terakhir kami mengenai perasaan kami, sudah jelas bahwa dia tidak akan mencoba lagi dan bahwa kisah kami telah berakhir. Dia bahagia sekarang, mencoba menjalin hubungan dengan wanita baru itu, jadi sangat tidak mungkin bahwa itu adalah surat dari Jason.Ini membuatku berp
LauraKeesokan harinya, Jason muncul di kediaman Keluarga Kusuma untuk menjemput Anna. Karena pengawal itu bersama dengannya sekarang selama dua bulan ke depan, aku tidak dapat melakukan apa-apa selain menurut dan berharap Jason akan melakukan kesalahan supaya Anna bisa kembali padaku.“Kapan aku bisa bertemu dengannya? Apakah kamu bahkan tidak akan memberikan aku beberapa hari dalam satu minggu untuk menghabiskan waktu bersamanya?” tanyaku pada Jason ketika kami sudah sendirian sambil menatap Anna yang sedang bermain dengan Abel di area kolam renang rumah Keluarga Kusuma.“Kamu tinggal di mana sekarang?” tanyanya ingin tahu. Aku hanya memandang tanah, merasa malu, menggigit bibir bawahku dengan pelan. “Bukankah kamu memakai gaun itu kemarin ke pengadilan?” ujarnya.Aku memandang gaun berwarna kremku yang sudah kering dan bersih karena Fia telah meminta Neli untuk mengurusnya. Aku membetulkan rokku, merasa diperhatikan. “Apakah sekarang kamu bertanggung jawab terhadap apa yang kupa
LauraJadi, setelah itu, Fia meminjamkan aku baju ganti yang kering dan bersih untuk kupakai yang terdiri dari celana linen longgar berwarna putih dan blus yang berwarna terang. Aku merasa konyol memakai pakaian itu, tapi rasanya nyaman sekali. Fia adalah orang yang terhubung dengan alam, spiritual, dan gaya yang bersih. Rasanya sangat nyaman berada di sekitarnya. Jadi, aku pun pergi bersamanya ke dapurnya, tempat putri kami dan suami Fia sedang sibuk membuat makan malam—atau mengacaukan dapur.“Mama! Mama sudah tiba,” seru Anna dengan bersemangat ketika dia melihatku dan berlari ke arahku, menghempaskan dirinya ke pelukanku dengan senyuman yang lebar dan menawan. Aku melingkarkan dia di dalam pelukanku, memeluknya dengan erat dan membenamkan wajahku di rambutnya. Dia terkekeh dengan semangat, menyadari bahwa hari ini aku memeluknya dengan berbeda, tapi itu tidak berarti dia tidak menyukainya. Aku terus memeluknya seperti itu, hanya merasakan tubuh kecilnya di dalam pelukanku dan mer
Laura“Apakah kamu mencoba membuatku menjauh darimu?” tanyaku dengan suara rendah sambil menatap ke bawah.“Apa? Apa yang kamu bicarakan?” Dia menatapku seraya mengemudi.“Hanya saja, kamu tidak terlihat menarik sama sekali bagiku sekarang, Gideon,” kataku, terkekeh, tapi ada rasa pahit di tawaku. Mungkin, aku hanya orang yang sangat tidak beruntung dalam urusan cinta.“Kenapa begitu? Hanya karena aku mengatakan kebenarannya?” tanyanya sambil melihat lurus ke depan.“Aku tahu aku adalah wanita tidak biasa dengan banyak masalah yang harus ditangani. Aku paham kenapa kamu frustrasi, tapi aku tidak pernah memintamu untuk menyelesaikan satu pun permasalahanku, Gideon. Tidakkah menurutmu aku cukup mampu untuk menyelesaikan semua ini dengan kekuatanku sendiri? Apakah aku benar-benar bersamamu karena aku sangat menginginkan sebuah hubungan atau untuk memberikan ayah yang cocok untuk putriku? Karena tampaknya kamu selalu punya rencana tentang kita di kepalamu, benar?”“Jadi, inikah yang
LauraAku masih terduduk di pojokan ruangan, memikirkan tentang apa yang baru saja terjadi. Tidak dapat memercayainya, kepalaku tertunduk seraya aku memikirkan tentang apa yang harus kukatakan pada putriku jika dia bertanya kenapa dia menghabiskan lebih banyak waktu bersama ayahnya daripada aku. Bagaimana caranya aku memberitahunya bahwa aku kehilangan hak asuh atas dia seperti itu? Aku bahkan tidak dapat mengangkat kepalaku karena begitu banyak penyesalan yang kurasakan. Aku merasa bersalah dan aku merasa tidak kompeten dalam semua hal. Jika aku tidak dapat mempertahankan putriku di sisiku, apa lagi yang bisa kulakukan?“Oh, ayolah,” kata Jason seraya dia datang untuk duduk di sampingku. “Angkat kepalamu dan terus pertahankan semangat bertarungmu. Kamu mematahkan semangatku. Bagaimana mungkin aku bisa memamerkan padamu bahwa aku baru saja mendapatkan hak asuh tunggal atas putri kita jika kamu semurung itu?”Aku menatapnya dengan murka. “Jangan lupa kalau itu hanya selama dua bulan,