Mereka terdiam, tapi masih menatapku dengan tatapan bermusuhan. Aku tidak peduli dan lanjut berbicara. “Aku akan memikul beban dari kematian Richard dalam genggamanku dan jika suatu hari kehidupan ingin menyerangku dengan itu, aku akan dengan senang hati menerimanya. Namun, sampai itu terjadi, aku berencana untuk membuat nama Richard bisa dibanggakan dan aku berencana untuk membuat impiannya bangga ketika dia membangun perusahaan ini. Aku bisa saja meninggalkan tempat ini dan memutuskan untuk tidak pernah kembali, tapi aku menolaknya dan aku berniat untuk tetap tinggal. Aku berniat untuk melawan dan membuat impian Hextec menjadi kenyataan. Richard dan aku tidak pernah menginginkan Hextec hanya menjadi berbasis tim dalam pemasaran digital dan pengendalian penjualan untuk perusahaan lain. Dia dan aku selalu memimpikan untuk melakukan lebih dari itu. Kami selalu menginginkan untuk bukan hanya menjual pelayanan, tapi juga produk. Kami selalu bermimpi Hextec menjadi merek yang inovatif dan
Laura“Laura Tanusaputera? Jadi, kamu sudah kembali bekerja?” tanya suara seorang pria di ujung telepon. Itu adalah Tuan Ganendra, pemilik dari salah satu pengolah makanan kalengan terbaik di daerah. Hextec telah menerima beberapa permintaan untuk pemasaran dalam beberapa bulan belakangan karena referensi yang kami miliki dengan Nemesis dan Jason Santoso, tapi setelah skandal itu menjadi publik, hampir semua perusahaan memberhentikan hubungan mereka dengan kami.“Oh, benar, ini aku. Senang berbicara denganmu, Tuan Ganendra. Aku sudah kembali bekerja, benar,” kataku, membuat pria itu tertawa pelan, tapi jantungku berdebar.“Hm,” gumam pria itu dari ujung telepon.“Anu… Begini, aku mengetahui bahwa perusahaan terhormatmu, Ganendra Preserves, memutuskan untuk membatalkan proyek dengan perusahaan kami. Aku hanya ingin mengatakan bahwa tidak perlu khawatir, karena Hextec berniat untuk terus memberikan pelayanan berkualitas seperti biasanya,” kataku, mencoba meyakinkan pria itu untuk men
LauraKami terkejut melihat kinerja Hextec yang luar biasa dalam proyek peluncuran produk-produk baru W.J,” kata Albert Williams. “Itu adalah masa yang penting dan menantang bagi kami karena aku baru saja mewariskan warisan keluargaku setelah beberapa tahun sejak kematian ayahku, jadi timku dan aku memutuskan untuk mencoba hal ini dan aku harus akui bahwa metode pemasaran revolusionermu telah meningkatkan penjualan kami sekitar 200 persen, yang hampir tidak terbayangkan.” Lelaki itu tersenyum berterima kasih seraya dia berbicara.“Aku lega kalian bisa menjadi sukses,” kataku, merasa bangga pada diriku dan timku.“Kami juga senang dengan kinerjamu, jadi mengertilah pada saat ini menurut kami tidak ada orang lain yang ingin kami pekerjakan untuk langkah baru yang ingin kami ambil untuk perusahaan kami,” tambah Max.Aku secara otomatis mencondongkan badanku sedikit ke depan karena aku penasaran. “Tolong jelaskan dengan lebih baik,” pintaku penuh harapan.Kedua lelaki itu menatap satu
”Tidak apa-apa, Layla. Pulanglah,” kataku padanya sambil mengangguk tanpa mengalihkan pandanganku dari Kinan. Layla awalnya ragu, tapi pada akhirnya, dia dengan enggan pergi. “Kenapa aku tidak merayakannya?” tanyaku pada Kinan yang berdiri di hadapanku. Aku tidak menyambutnya, jadi aku tidak menawarkan tempat duduk padanya.“Karena kalau begitu, kamu bodoh, karena kamu sadar bahwa jika Jason jatuh, kamu pun akan jatuh bersamanya,” katanya, mencemoohku.“Apa? Apa yang kamu bicarakan? Aku tidak punya waktu untuk permainanmu,” ujarku padanya. Lagi pula, apa yang dia inginkan?Dia tertawa, berjalan di sekitar ruanganku, dan menghampiriku. “Jangan bilang kalau kamu lupa bahwa jika aku bercerai, aku akan mengambil semua kekayaan Jason dan ketika aku mengatakan semua, itu juga termasuk tempat indah ini yang dengan bodohnya kamu biarkan Jason mengambilnya,” ungkapnya, memberitahuku, membuat mataku membelalak. “Iya, kamu bodoh karena telah membiarkan Jason menjadi mitra utama di perusahaanmu
LauraAku masih hancur setelah kunjungan Kinan ke kantor Hextec. Malam itu ketika aku pulang, aku membiarkan para gadis berbincang dan menghabiskan waktu bersama di ruang tengah dan aku lebih memilih untuk pergi ke kamar setelah mandi, mengaku bahwa perasaanku sedang baik dan aku sangat kelelahan, dan aku memang begitu.Jadi, aku berbaring di kasur dan mencoba tidur setelah meminum beberapa obat, tapi aku tidak bisa. Pikiranku kalang kabut karena kejadian baru-baru ini. Aku tidak tahu harus berpikir bagaimana terhadap tawaran Kinan. Aku tidak bisa mengelak bahwa Hextec berada di ambang kehancuran karena kesalahanku. Tempat yang merupakan mimpi bagi semua orang yang terlibat terancam ditutup hanya karena aku membiarkan Jason kembali ke dalam hidupku.Jason Santoso selalu seperti angin topan yang menghancurkan segala hal di sekitarku. Tampaknya tidak mungkin baginya untuk tidak menghancurkan aku. Ada banyak yang dipertaruhkan sekarang. Aku tidak bisa kehilangan Hextec setelah kami men
”Mama?” panggil putriku dengan lembut seraya dia memasuki kamar.Aku dengan cepat mengusap air mataku dan mengangkat kepalaku untuk menatapnya. “Kemari, tuan putriku,” panggilku padanya, membuka kedua tanganku.Dia berjalan menghampiriku, memanjat ranjang, dan memelukku. “Apakah Mama sakit?” tanyanya, khawatir padaku.Aku tersenyum dengan penuh kasih sayang, menggelengkan kepalaku. “Aku tidak sakit, sayang. Mama hanya sedikit lelah,” kataku, mengelus rambutnya.“Bolehkah aku tidur dengan Mama malam ini? Dengan begitu Mama tidak akan merasa sendirian,” katanya sambil menatapku.“Aku menghargai kekhawatiranmu, sayangku,” kataku, memberikan dia ruang supaya dia bisa berbaring, berpelukan denganku. “Apakah kamu merindukan Jason?” tanyaku padanya setelah beberapa saat. Memang benar bahwa aku memiliki masalah dengan pria itu, tapi aku telah memperkenalkannya pada putriku sebagai ayahnya. Anna tidak bisa disalahkan untuk apa pun yang terjadi di antara aku dan ayahnya.“Iya, aku merinduk
TamaBerminggu-minggu kemudianFia dan aku mengunjungi dokter kandungan dengan rutin yang telah mengawasi kehamilannya dengan baik. Fia sedang berbaring di ranjang sementara dokter tersebut melakukan ultrasonografi dan bayi kami ditampilkan di layar.“Apakah kalian bisa melihat jantungnya yang berdetak?” tanya dokter itu, menunjuk ke layar yang menunjukkan gambar seorang bayi yang tidak begitu jelas. “Lihat, bayinya sehat,” tambahnya, membuat aku dan Fia terkagum, benar-benar terharu oleh pemandangan itu.“Kelihatannya seperti kancing kecil. Kecil sekali, benar-benar menggemaskan,” kata Fia, tersenyum terharu, seraya dokter terus menggerakkan alat USG itu pada perutnya.“Apakah jenis kelaminnya sudah bisa dilihat, Dok?” tanyaku dengan cemas, tidak sabar agar anak ini segera lahir.“Apakah kalian menginginkan laki-laki atau perempuan?” tanya dokter itu pada kami.“Aku pribadi lebih memilih laki-laki, tapi aku juga tentunya akan tetap senang menjadi ayah dari seorang perempuan,” j
Dia menggeram dan mengangguk. “Bayinya tumbuh dengan baik, tapi Suzy sedikit keras kepala,” katanya.“Apa maksudmu keras kepala?” tanyaku penasaran.“Dia tidak suka mengikuti peraturan. Aku pernah menangkapnya merokok diam-diam bahkan setelah aku memintanya untuk berhenti merokok sekarang karena dia sedang mengandung seorang anak,” katanya, terlihat tidak nyaman dengan situasi ini.“Yah, melihat itu adalah Suzy, aku tidak kaget. Dia tidak memiliki latar belakang yang baik, karena itulah dia tidak akan pernah menjadi ibu yang baik,” kataku, membukakan pintu mobil untuknya ketika kami tiba di tempat parkir klinik.“Terima kasih,” ujarnya, memasuki mobil dan memasang sabuk pengaman. Aku juga turut masuk. Aku sudah melaju. “Aku hanya perlu menunggu beberapa minggu sampai bayinya lahir. Lagi pula, aku tidak akan lagi stres karenanya,” kata Fia.“Apa yang kamu akan lakukan terhadap Suzy ketika bayinya telah lahir?” tanyaku, memperhatikan jalanan dan dia sekaligus.“Ini tidak seperti ak
Suzy“Hei, ada pengunjung untukmu hari ini,” kata penjaga penjara ketika dia tiba di selku.Aku sedang berada di pojokan tempat tidur susun, memainkan rambutku, mencoba mengabaikan suara-suara menyebalkan dari teman-teman satu selku, para j*lang menyebalkan itu. Aku membenci mereka, mereka menjijikkan dan tidak mau membiarkan aku sendirian. Bukan hanya itu, aku tidak sabar untuk keluar dari tempat menjijikkan ini.“Ada yang datang untuk bertemu denganku?” tanyaku, sudah bangkit dan menghampiri kepala penjaga penjara itu. “Siapa dia?”Untuk sesaat, kukira Laura-lah yang kembali untuk mempermalukanku seperti yang dia lakukan terakhir kali, tapi sudah bertahun-tahun berlalu sejak dia datang untuk melakukannya. Sejak saat itu, aku tidak pernah menerima kunjungan dari siapa pun karena semua orang telah mengkhianatiku, termasuk Clara. Orang yang kupercayai dan telah banyak kubantu telah mengkhianatiku dan merencanakan hal-hal jahat untuk mengalahkanku karena dia iri padaku ketika aku mas
Jason“Apakah kamu percaya kali ini kalian berdua akan berhasil?” tanya Tama. “Sejujurnya, ketakutan terbesarku adalah kamu datang ke rumahmu lagi dan minta bercerai dengan tiba-tiba, meninggalkan semua orang dengan mulut yang menganga dan kepala mereka yang meledak.” Dia membuat gestur lucu seraya dia berbicara, mengacu hari penentuan saat aku minta bercerai dengan Laura dulu.Hari ini, kami menertawakannya seakan-akan itu adalah ingatan dari sebuah momen yang terlihat lebih memalukan bagiku. “Aku benar-benar b*jingan pada saat itu, si*lan! Aku bahkan merasa geram hanya memikirkan bahwa aku benar-benar telah melakukannya.”“Benar-benar krisis usia 30, ya?” komentar Tama.“Terlalu kekanak-kanakan untuk seusiaku,” jawabku sambil bersandar kembali di kursiku.Pada saat itu, senyumanku pudar seraya aku mengingat masa laluku itu. Aku benar-benar tidak bangga dengan apa yang telah kulakukan. Padahal, ada banyak cara bagiku untuk melakukannya dengan lebih manusiawi. Meskipun aku tidak i
JasonSekrup pada botol sampanye mengeluarkan bunyi “pluk” dan kemudian sampanyenya terbuka, membuat tangan Tama sepenuhnya tertutupi oleh busa.“Hore! Itu dia, kawan,” serunya seraya dia mulai menuangkan minumannya ke gelas kami.“Sempurna,” komentarku sambil tertawa.“Luar biasa! Jangan minum terlalu banyak, oke? Kamu tidak boleh mabuk sebelum diperbolehkan. Kamu tidak mau menerima ‘tidak’ sebagai jawaban di altar hanya karena kamu mabuk, ‘kan?” katanya, membuatku dan teman-temanku tertawa.“Jangan membawa sial!” bantahku. Teman-temanku dan aku berada di ruangan privat di gedung perayaan pernikahanku. Kami sedang merayakannya sebelum perayaannya dimulai. Kami bersulang dan minum-minum sambil mereka memelukku dan memberiku selamat.“Aku tidak membawa sial, berhentilah menjadi orang b*rengsek. Laura tidak akan pernah menolakmu. Kamu tahu apa yang kubicarakan, ‘kan?” kata Tama sambil menepuk pundakku. “Wanita itu tergila-gila olehmu!”“Hmpf,” gerutuku setuju. “Aku tahu itu,” jawa
Tiga tahun kemudianLauraAku sedang memandang diriku sendiri di cermin saat aku selesai menambahkan sesuatu pada riasan wajahku, beberapa sentuhan diriku sendiri yang kami selalu berakhir lakukan bahkan setelah penata rias profesional melakukan pekerjaannya di wajah kami.Hari ini adalah hari yang sangat spesial. Itu adalah hari yang mana Jason dan aku akan menikah untuk kedua kalinya. Iya, butuh bertahun-tahun sejak kami kembali menjadi pasangan agar pernikahannya terjadi lagi. Pada awalnya, aku tidak terburu-buru untuk menikahi Jason karena pernikahan kami pada pendeta hanya dilakukan untuk mengonfirmasi cinta kami. Pernikahan kami yang sebenarnya terjadi setiap hari ketika aku terbangun di sampingnya dan kami memiliki pertukaran rasa hormat dan kedekatan pada satu sama lain setiap harinya.Jason telah banyak mengejutkanku selama beberapa tahun belakangan. Dia telah meningkat banyak dari sudut pandangku. Selama bertahun-tahun kami bersama setelah menjadi pasangan lagi, dia telah
Laura“Itu adalah masalahmu, Laura. Kamu berpikir aku bukan orang yang lebih baik, tapi aku tidak masalah dengan diriku yang saat ini, oke? Aku sangat bahagia dengan kehidupan yang kujalani dan keputusan-keputusan yang kubuat,” katanya, ingin bersikap kurang ajar.Apakah dia bahagia dengan keputusan yang dia buat yang membawanya ke dalam penjara?“Kalau begitu, bolehkah aku memberi tahu polisi kalau kamu mengirimkan Lukman untuk membunuh Graham di penjara? Dengan begitu, hukumanmu akan jauh lebih parah dan kamu akan menghabiskan sebagian besar hidupmu di penjara. Kalau begitu, apakah kamu masih bisa mengatakan bahwa kamu senang dengan keputusan yang kamu buat?” tanyaku padanya, melihatnya membelalakkan mata dengan terkejut.“Apa? Apa yang kamu bicarakan?” Dia terlihat terkejut saat dia mengatakan kata-kata itu.“Kamu tahu betul apa yang kubicarakan, Suzy. Jangan berpura-pura bodoh,” jawabku padanya dengan tanpa ampun hari ini. “Kamu menyewa Lukman untuk menyingkirkan Graham ketika
LauraSuzy mengenakan pakaian oranye ketika dia menerima kunjunganku di penjara. Dia terlihat berbeda, dengan beberapa lebam di wajahnya, seakan-akan dia terlibat pertengkaran, sesuatu yang tidak kuragukan karena dia adalah orang yang agresif dan sulit untuk ditangani. Wajar saja dia terus-menerus terlibat dalam pertengkaran dengan orang-orang di satu sel yang sama dengannya.Dia sedang memandangku dengan rendah. Meskipun dia tampak benar-benar kelelahan dalam seragam penjaranya, dia duduk di hadapanku di balik kaca kedap suara yang memisahkan kami.Dia menggenggam interkomnya dan kemudian berkata, “Apa yang kamu lakukan di sini? Apakah barangkali kamu datang kemari untuk memamerkan kebahagiaanmu padaku? Betapa bahagia dan kaya rayanya kamu? Kamu pasti menikmati hal itu, ‘kan? Aku ada di dalam tempat sampah ini dan kamu di luar sana menikmati kehidupanmu yang baik.” Dia tertawa cekikikan dengan aneh.Ada begitu banyak kegetiran dalam kata-katanya hingga itu membuatku takut. Sulit u
LauraSore itu, aku meninggalkan anak-anakku dengan ayah mereka dan pergi ke penjara tempat Suzy ditahan. Aku sudah ingin mengunjunginya dari beberapa waktu lalu. Itu adalah sore yang indah, dedaunan di pohon-pohon mulai berubah menjadi cokelat.Sejujurnya, aku merasa senang dengan kehidupan yang kujalani dalam beberapa bulan belakangan. Jason dan aku lebih memahami satu sama lain dan berusaha membuat cinta kami berhasil setiap harinya. Anak-anak kami pun makin bersinar. Si kembar sudah berusia tiga bulan, tumbuh menjadi makin kuat dan sehat. Bisnis berjalan dengan lancar. Ibuku kian pulih dari traumanya setiap hari tanpa banyak hambatan. Ada malam-malam ketika dia terbangun di pagi buta ketakutan, berteriak, dan memanggil-manggil Ernest karena mimpi buruk yang dia miliki membuatnya menerima masa lalu dengan mengerikan dan menakutkan.Di malam-malam seperti itu, aku berlari ke kamarnya untuk memeluknya dan menenangkannya, memberitahunya bahwa semuanya baik-baik saja dan bahwa monste
LauraAku menggenggam tangannya dan dengan lembut mendekat ke tempat tidur bayi. “Tidak apa-apa, Ma. Kamu tidak perlu takut,” ujarku menyemangatinya.Dia tersenyum padaku dan menatap para bayi dengan senyuman manis di wajahnya, tapi kemudian senyumannya hancur dan ekspresi terkejut terpampang di wajahnya. “Ernest?”Dia menatapku. “Kenapa bayi-bayimu terlihat seperti suamiku?” Dia terlihat tertekan dan bingung.Aku mengedipkan mata, terkejut oleh perkataannya. “Apa maksudmu?”“Aku membicarakan bayi-bayimu. Mereka mirip sekali dengan Ernest. Kamu terus mengatakan kalau kamu adalah putriku. Jadi, itu benar?” tanyanya dengan alis yang berkerut.Aku mengusap tangannya berantisipasi. Apakah dia akan mendapatkan kembali ingatannya sekarang? “Vivian?”“Dia sudah mati, ya? Brian berhasil menjauhkan aku darinya, ya?” tanyanya dengan sedih, mengingat bagaimana Brian Tanusaputera telah berdosa padanya.“Ini semua sudah tidak penting lagi, Ma. Yang penting adalah kamu ada di sini bersamaku
Laura“Bayi-bayinya lahir dengan sehat seperti yang diduga. Perjalanan kita yang panjang berakhir hari ini,” kata Dokter Joanna, memberi selamat pada Jason dan aku yang menghadiri kelahiran mereka.“Kami juga berterima kasih padamu, Joanna, karena telah banyak membantu,” ujar Jason. Dia memelukku dari belakang selagi dia dan aku memandang bayi-bayi kami, sekarang sudah bersih dan diselimuti dengan baik, tertidur di tempat tidur mereka seperti dua malaikat kecil.“Sama-sama, saya hanya melakukan pekerjaan saya,” jawab wanita itu sambil tersenyum.“Mereka mirip sekali,” komentarku, masih terkagum oleh penampilan mereka. Mereka adalah bayi yang baru lahir, tapi aku sudah dapat melihat betapa miripnya mereka dengan satu sama lain.“Yah, kemungkinan besar mereka membawa genom yang sama karena mereka kembar identik,” jelas sang dokter, membuat Jason dan aku mengangguk setuju. “Sekarang, kita hanya perlu mengetahui siapa yang akan menjadi Daniel dan siapa yang akan menjadi Stefan,” katan