Dia menggeram dan mengangguk. “Bayinya tumbuh dengan baik, tapi Suzy sedikit keras kepala,” katanya.“Apa maksudmu keras kepala?” tanyaku penasaran.“Dia tidak suka mengikuti peraturan. Aku pernah menangkapnya merokok diam-diam bahkan setelah aku memintanya untuk berhenti merokok sekarang karena dia sedang mengandung seorang anak,” katanya, terlihat tidak nyaman dengan situasi ini.“Yah, melihat itu adalah Suzy, aku tidak kaget. Dia tidak memiliki latar belakang yang baik, karena itulah dia tidak akan pernah menjadi ibu yang baik,” kataku, membukakan pintu mobil untuknya ketika kami tiba di tempat parkir klinik.“Terima kasih,” ujarnya, memasuki mobil dan memasang sabuk pengaman. Aku juga turut masuk. Aku sudah melaju. “Aku hanya perlu menunggu beberapa minggu sampai bayinya lahir. Lagi pula, aku tidak akan lagi stres karenanya,” kata Fia.“Apa yang kamu akan lakukan terhadap Suzy ketika bayinya telah lahir?” tanyaku, memperhatikan jalanan dan dia sekaligus.“Ini tidak seperti ak
JasonTama tidak mengetahuinya, tapi aku telah mengikutinya seharian. Dia bilang padaku kalau dia akan bertemu dengan Fia untuk kunjungan rutin kehamilannya, jadi tanpa memberitahunya, aku mengikutinya. Aku perlu berbicara dengan Laura dan bertemu dengan putriku, tapi karena Laura telah memblokir seluruh kontaknya denganku dan dia bahkan belum memberitahuku di mana dia tinggal, aku tidak bisa menemukannya, terutama karena aku telah kehilangan semuanya dan aku sudah tidak bisa lagi mempekerjakan penyelidik swasta untuk menguntitnya.Mobil Tama berhenti di bawah gedung apartemen di tengah-tengah Jakarta Selatan dan tidak lama kemudian, Fia turun dari mobil dan memasuki gedung itu. Ah, jadi itu tempat tinggal Laura. Masih di dalam taksi, aku menundukkan seluruh badanku ketika mobil Tama melewati taksiku setelah mengantar Fia. Aku melakukannya supaya Tama tidak akan melihatku di sana karena aku tahu jika dia melihatku, dia akan menghentikanku untuk menemui Laura.“Aku akan turun di sini
Aku kurang lebih telah kehilangan seluruh uang dan posisiku. Pengaruhku di kota telah dirampas dariku dan namaku diasosiasikan dengan hal-hal buruk. Semua teman dan rekanku yang kukira menyayangiku dan akan terus berada di sisiku selamanya telah meninggalkan aku. Bahkan Tama pun terasa sedikit jauh, lebih memilih untuk menjauh dariku untuk menyenangkan Fia. Aku tidak bisa menyalahkannya karena itu. Lagi pula, dia hanya ingin mengembalikan pernikahannya.Namun, aku sedang melalui kesulitan karena segalanya yang berada di bawah namaku tidak lagi menjadi milikku. Ibuku telah menyarankan aku untuk berbicara dengan ayahku dan meminta bantuan finansial darinya, sesuatu yang tidak akan pernah aku lakukan. Aku lebih memilih untuk merangkak melalui sampah daripada meminta bantuan dari pria itu karena aku yakin dia akan senang karena aku telah gagal dalam segala hal di hidupku seolah dia adalah orang paling sempurna di dunia.Jadi, tentu saja aku tidak meminta bantuannya, aku harus membangkitk
Laura “Siapa yang memiliki ide bagus untuk menyewa Barney? Putriku sangat menyukainya,” kataku sambil terkekeh-kekeh melihat Anna bermain dengan penghibur pesta yang sedang memakai kostum dinosaurus Barney.Ada lebih dari 20 anak-anak di sana yang bermain dan bersenang-senang dengan putriku. Mereka adalah teman sekolahnya dan beberapa anak-anak tetangga yang berinteraksi dengan Anna yang ramah ketika dia pergi ke kolam renang dan area bermain, jadi mereka semua hadir di sana untuk merayakan hari yang spesial bagi putriku. Mereka terlihat bersenang-senang dengan Barney.“Itu pasti Fia, aku yakin. Dia menyebutkan beberapa hari yang lalu bahwa kita membutuhkan penghibur pesta,” kata Suzy seraya dia menyajikan jus kepada anak-anak.Aku menatap temanku yang sedang terduduk di sofa dengan seorang gadis yang sedikit lebih tua dari Anna. Itu adalah Abel, gadis yang baru saja dia dan Tama adopsi. Fia mengelus gadis itu, mendorongnya dengan lembut untuk bergabung dengan anak-anak yang lain
”Entahlah, sayang. Terakhir kali aku melihatnya adalah saat kunjungan rutin kehamilan, aku hampir tidak tahan untuk memeluknya. Kurasa aku tidak akan bisa menahannya kali ini,” jawabnya.Aku memegang tangannya dengan lembut dan mengusapnya. “Kenapa kamu harus menahannya?” tanyaku sambil tersenyum.Fia menggelengkan kepalanya. “Aku tidak tahu bagaimana aku akan menanganinya, ditambah Suzy…” katanya.“Apakah menurutmu dia memiliki perasaan pada Tama?” tanyaku. Sepengetahuanku, Suzy hanya berurusan dengan Tama karena uang.“Yah, dia bilang tidak, tapi aku sulit memercayai wanita itu,” jawabnya, mengembuskan nafas.Aku menatap Suzy yang sedang bermain dengan anak-anak sambil tersenyum polos. Apakah dia seburuk itu sampai dia jatuh cinta pada Tama? Dia memang tidur dengannya walaupun dia tahu bahwa dia sudah menikah, jadi kami sepertinya harus mengira sesuatu darinya.“Yah, setidaknya kamu yakin akan hal itu. Apakah Tama tertarik padanya?” tanyaku pada Fia.Dia menggelengkan kepalany
Laura “Apa-apaan? Dasar pencuri gila!” seru Suzy seraya kami semua menatap Jason terkejut.Apakah dia benar-benar telah berpakaian menjadi Barney untuk memasuki rumahku sementara pesta putriku sedang diadakan? Kenapa aku tidak keheranan?Aku mengangkat tanganku padanya. “Berikan ponselku,” kataku dengan raut wajah marah.Dia menggeram, meletakkan tangannya ke dalam kostumnya, mengeluarkan ponselnya, dan menyerahkannya padaku. Aku merenggut ponsel itu dari tangannya dengan tidak sabar.“Apakah kamu benar-benar berpikir bahwa aku tidak akan mencari cara untuk hadir di pesta anakku sendiri? Kamu benar-benar merendahkanmu, ya, Laura?” katanya, tersenyum dengan sinis.“Kamu harus panggil pengawal untuk membawanya keluar dari sini, Lau,” ujar Fia, menghampiriku.“Papa!” panggil Anna dengan semangat, berlari ke arah Jason dan memeluknya dengan bahagia. “Jadi, Papa adalah Barney!” tanyanya pada ayahnya.“Apakah kamu menyukainya? Aduh! Aku benar-benar merindukanmu, sayang,” kata Jason,
”Mama, kenapa Papa tidak bisa tinggal dengan kita?” tanya Anna, terduduk sangat dekat dengan ayahnya.Aku menghela nafas, menggigit bibir bawahku, tidak bisa membicarakan hal itu.“Anna, sayang. Mama dan aku sudah tidak lagi bersama, karena itulah kami tidak bisa tinggal bersama lagi,” jelas Jason pada gadis itu.“Benarkah? Sedih sekali,” ujar Anna, meratapi hal itu dengan bibir yang merengut.Aku menghela nafas dan menyentuh tangannya dengan penuh kasih sayang. “Bagaimana kalau kamu mengambil cemilan untuk Papa?” kataku padanya dan matanya berbinar lagi sambil tersenyum antusias.“Tentu saja, aku akan mengambilkannya,” katanya, bangkit dari kursinya dan berlari pergi.“Polos sekali. Aku harap dia tetap seperti ini, selamanya anak-anak,” kata Jason, menatap ke arah Anna yang baru saja pergi.“Apa yang kamu lakukan di sini, Jason? Apa yang kamu rencanakan? Apakah kamu berniat untuk menyerangku karena aku melakukan kesaksian terhadapmu? Kenapa kamu mengambil ponselku?” tanyaku sam
LauraTerkadang, aku merasa bahwa bertengkar dengan Jason seperti sedang melawan angin laut. Bagaimana aku bisa menyangkal perasaanku sambil bersikeras untuk tetap tinggal? Bagaimana aku bisa menghindar dari mata cokelat indahnya yang menatapku dengan begitu dalam? Apa yang dia inginkan? Aku telah melakukan segala cara untuk membuatnya membenciku—untuk membuatnya membenciku dan tidak ingin menatapku lagi. Yang kuinginkan adalah menjadi musuhnya, jadi aku sangat waspada setiap aku melihatnya lagi, tapi Jason menatapku dengan begitu dalam, matanya begitu berat dan dalam yang membuatku berpikir bahwa dia akan menarik pinggangku dan menciumku.Namun, sebelum itu terjadi, Fia menyingkirkan kesempatan itu. “Kukira kamu akan pergi, Santoso,” katanya seraya dia memasuki dapur, membuatku menjauh dari Jason, menyisir rambutku dengan jemariku.“Aku sudah bilang bahwa aku akan pergi,” jawab Jason pada Fia, mendecakkan lidahnya, lalu menatapku. “Seharusnya kamu menyewakan lebih banyak pengawal u
Suzy“Hei, ada pengunjung untukmu hari ini,” kata penjaga penjara ketika dia tiba di selku.Aku sedang berada di pojokan tempat tidur susun, memainkan rambutku, mencoba mengabaikan suara-suara menyebalkan dari teman-teman satu selku, para j*lang menyebalkan itu. Aku membenci mereka, mereka menjijikkan dan tidak mau membiarkan aku sendirian. Bukan hanya itu, aku tidak sabar untuk keluar dari tempat menjijikkan ini.“Ada yang datang untuk bertemu denganku?” tanyaku, sudah bangkit dan menghampiri kepala penjaga penjara itu. “Siapa dia?”Untuk sesaat, kukira Laura-lah yang kembali untuk mempermalukanku seperti yang dia lakukan terakhir kali, tapi sudah bertahun-tahun berlalu sejak dia datang untuk melakukannya. Sejak saat itu, aku tidak pernah menerima kunjungan dari siapa pun karena semua orang telah mengkhianatiku, termasuk Clara. Orang yang kupercayai dan telah banyak kubantu telah mengkhianatiku dan merencanakan hal-hal jahat untuk mengalahkanku karena dia iri padaku ketika aku mas
Jason“Apakah kamu percaya kali ini kalian berdua akan berhasil?” tanya Tama. “Sejujurnya, ketakutan terbesarku adalah kamu datang ke rumahmu lagi dan minta bercerai dengan tiba-tiba, meninggalkan semua orang dengan mulut yang menganga dan kepala mereka yang meledak.” Dia membuat gestur lucu seraya dia berbicara, mengacu hari penentuan saat aku minta bercerai dengan Laura dulu.Hari ini, kami menertawakannya seakan-akan itu adalah ingatan dari sebuah momen yang terlihat lebih memalukan bagiku. “Aku benar-benar b*jingan pada saat itu, si*lan! Aku bahkan merasa geram hanya memikirkan bahwa aku benar-benar telah melakukannya.”“Benar-benar krisis usia 30, ya?” komentar Tama.“Terlalu kekanak-kanakan untuk seusiaku,” jawabku sambil bersandar kembali di kursiku.Pada saat itu, senyumanku pudar seraya aku mengingat masa laluku itu. Aku benar-benar tidak bangga dengan apa yang telah kulakukan. Padahal, ada banyak cara bagiku untuk melakukannya dengan lebih manusiawi. Meskipun aku tidak i
JasonSekrup pada botol sampanye mengeluarkan bunyi “pluk” dan kemudian sampanyenya terbuka, membuat tangan Tama sepenuhnya tertutupi oleh busa.“Hore! Itu dia, kawan,” serunya seraya dia mulai menuangkan minumannya ke gelas kami.“Sempurna,” komentarku sambil tertawa.“Luar biasa! Jangan minum terlalu banyak, oke? Kamu tidak boleh mabuk sebelum diperbolehkan. Kamu tidak mau menerima ‘tidak’ sebagai jawaban di altar hanya karena kamu mabuk, ‘kan?” katanya, membuatku dan teman-temanku tertawa.“Jangan membawa sial!” bantahku. Teman-temanku dan aku berada di ruangan privat di gedung perayaan pernikahanku. Kami sedang merayakannya sebelum perayaannya dimulai. Kami bersulang dan minum-minum sambil mereka memelukku dan memberiku selamat.“Aku tidak membawa sial, berhentilah menjadi orang b*rengsek. Laura tidak akan pernah menolakmu. Kamu tahu apa yang kubicarakan, ‘kan?” kata Tama sambil menepuk pundakku. “Wanita itu tergila-gila olehmu!”“Hmpf,” gerutuku setuju. “Aku tahu itu,” jawa
Tiga tahun kemudianLauraAku sedang memandang diriku sendiri di cermin saat aku selesai menambahkan sesuatu pada riasan wajahku, beberapa sentuhan diriku sendiri yang kami selalu berakhir lakukan bahkan setelah penata rias profesional melakukan pekerjaannya di wajah kami.Hari ini adalah hari yang sangat spesial. Itu adalah hari yang mana Jason dan aku akan menikah untuk kedua kalinya. Iya, butuh bertahun-tahun sejak kami kembali menjadi pasangan agar pernikahannya terjadi lagi. Pada awalnya, aku tidak terburu-buru untuk menikahi Jason karena pernikahan kami pada pendeta hanya dilakukan untuk mengonfirmasi cinta kami. Pernikahan kami yang sebenarnya terjadi setiap hari ketika aku terbangun di sampingnya dan kami memiliki pertukaran rasa hormat dan kedekatan pada satu sama lain setiap harinya.Jason telah banyak mengejutkanku selama beberapa tahun belakangan. Dia telah meningkat banyak dari sudut pandangku. Selama bertahun-tahun kami bersama setelah menjadi pasangan lagi, dia telah
Laura“Itu adalah masalahmu, Laura. Kamu berpikir aku bukan orang yang lebih baik, tapi aku tidak masalah dengan diriku yang saat ini, oke? Aku sangat bahagia dengan kehidupan yang kujalani dan keputusan-keputusan yang kubuat,” katanya, ingin bersikap kurang ajar.Apakah dia bahagia dengan keputusan yang dia buat yang membawanya ke dalam penjara?“Kalau begitu, bolehkah aku memberi tahu polisi kalau kamu mengirimkan Lukman untuk membunuh Graham di penjara? Dengan begitu, hukumanmu akan jauh lebih parah dan kamu akan menghabiskan sebagian besar hidupmu di penjara. Kalau begitu, apakah kamu masih bisa mengatakan bahwa kamu senang dengan keputusan yang kamu buat?” tanyaku padanya, melihatnya membelalakkan mata dengan terkejut.“Apa? Apa yang kamu bicarakan?” Dia terlihat terkejut saat dia mengatakan kata-kata itu.“Kamu tahu betul apa yang kubicarakan, Suzy. Jangan berpura-pura bodoh,” jawabku padanya dengan tanpa ampun hari ini. “Kamu menyewa Lukman untuk menyingkirkan Graham ketika
LauraSuzy mengenakan pakaian oranye ketika dia menerima kunjunganku di penjara. Dia terlihat berbeda, dengan beberapa lebam di wajahnya, seakan-akan dia terlibat pertengkaran, sesuatu yang tidak kuragukan karena dia adalah orang yang agresif dan sulit untuk ditangani. Wajar saja dia terus-menerus terlibat dalam pertengkaran dengan orang-orang di satu sel yang sama dengannya.Dia sedang memandangku dengan rendah. Meskipun dia tampak benar-benar kelelahan dalam seragam penjaranya, dia duduk di hadapanku di balik kaca kedap suara yang memisahkan kami.Dia menggenggam interkomnya dan kemudian berkata, “Apa yang kamu lakukan di sini? Apakah barangkali kamu datang kemari untuk memamerkan kebahagiaanmu padaku? Betapa bahagia dan kaya rayanya kamu? Kamu pasti menikmati hal itu, ‘kan? Aku ada di dalam tempat sampah ini dan kamu di luar sana menikmati kehidupanmu yang baik.” Dia tertawa cekikikan dengan aneh.Ada begitu banyak kegetiran dalam kata-katanya hingga itu membuatku takut. Sulit u
LauraSore itu, aku meninggalkan anak-anakku dengan ayah mereka dan pergi ke penjara tempat Suzy ditahan. Aku sudah ingin mengunjunginya dari beberapa waktu lalu. Itu adalah sore yang indah, dedaunan di pohon-pohon mulai berubah menjadi cokelat.Sejujurnya, aku merasa senang dengan kehidupan yang kujalani dalam beberapa bulan belakangan. Jason dan aku lebih memahami satu sama lain dan berusaha membuat cinta kami berhasil setiap harinya. Anak-anak kami pun makin bersinar. Si kembar sudah berusia tiga bulan, tumbuh menjadi makin kuat dan sehat. Bisnis berjalan dengan lancar. Ibuku kian pulih dari traumanya setiap hari tanpa banyak hambatan. Ada malam-malam ketika dia terbangun di pagi buta ketakutan, berteriak, dan memanggil-manggil Ernest karena mimpi buruk yang dia miliki membuatnya menerima masa lalu dengan mengerikan dan menakutkan.Di malam-malam seperti itu, aku berlari ke kamarnya untuk memeluknya dan menenangkannya, memberitahunya bahwa semuanya baik-baik saja dan bahwa monste
LauraAku menggenggam tangannya dan dengan lembut mendekat ke tempat tidur bayi. “Tidak apa-apa, Ma. Kamu tidak perlu takut,” ujarku menyemangatinya.Dia tersenyum padaku dan menatap para bayi dengan senyuman manis di wajahnya, tapi kemudian senyumannya hancur dan ekspresi terkejut terpampang di wajahnya. “Ernest?”Dia menatapku. “Kenapa bayi-bayimu terlihat seperti suamiku?” Dia terlihat tertekan dan bingung.Aku mengedipkan mata, terkejut oleh perkataannya. “Apa maksudmu?”“Aku membicarakan bayi-bayimu. Mereka mirip sekali dengan Ernest. Kamu terus mengatakan kalau kamu adalah putriku. Jadi, itu benar?” tanyanya dengan alis yang berkerut.Aku mengusap tangannya berantisipasi. Apakah dia akan mendapatkan kembali ingatannya sekarang? “Vivian?”“Dia sudah mati, ya? Brian berhasil menjauhkan aku darinya, ya?” tanyanya dengan sedih, mengingat bagaimana Brian Tanusaputera telah berdosa padanya.“Ini semua sudah tidak penting lagi, Ma. Yang penting adalah kamu ada di sini bersamaku
Laura“Bayi-bayinya lahir dengan sehat seperti yang diduga. Perjalanan kita yang panjang berakhir hari ini,” kata Dokter Joanna, memberi selamat pada Jason dan aku yang menghadiri kelahiran mereka.“Kami juga berterima kasih padamu, Joanna, karena telah banyak membantu,” ujar Jason. Dia memelukku dari belakang selagi dia dan aku memandang bayi-bayi kami, sekarang sudah bersih dan diselimuti dengan baik, tertidur di tempat tidur mereka seperti dua malaikat kecil.“Sama-sama, saya hanya melakukan pekerjaan saya,” jawab wanita itu sambil tersenyum.“Mereka mirip sekali,” komentarku, masih terkagum oleh penampilan mereka. Mereka adalah bayi yang baru lahir, tapi aku sudah dapat melihat betapa miripnya mereka dengan satu sama lain.“Yah, kemungkinan besar mereka membawa genom yang sama karena mereka kembar identik,” jelas sang dokter, membuat Jason dan aku mengangguk setuju. “Sekarang, kita hanya perlu mengetahui siapa yang akan menjadi Daniel dan siapa yang akan menjadi Stefan,” katan