LauraKami terkejut melihat kinerja Hextec yang luar biasa dalam proyek peluncuran produk-produk baru W.J,” kata Albert Williams. “Itu adalah masa yang penting dan menantang bagi kami karena aku baru saja mewariskan warisan keluargaku setelah beberapa tahun sejak kematian ayahku, jadi timku dan aku memutuskan untuk mencoba hal ini dan aku harus akui bahwa metode pemasaran revolusionermu telah meningkatkan penjualan kami sekitar 200 persen, yang hampir tidak terbayangkan.” Lelaki itu tersenyum berterima kasih seraya dia berbicara.“Aku lega kalian bisa menjadi sukses,” kataku, merasa bangga pada diriku dan timku.“Kami juga senang dengan kinerjamu, jadi mengertilah pada saat ini menurut kami tidak ada orang lain yang ingin kami pekerjakan untuk langkah baru yang ingin kami ambil untuk perusahaan kami,” tambah Max.Aku secara otomatis mencondongkan badanku sedikit ke depan karena aku penasaran. “Tolong jelaskan dengan lebih baik,” pintaku penuh harapan.Kedua lelaki itu menatap satu
”Tidak apa-apa, Layla. Pulanglah,” kataku padanya sambil mengangguk tanpa mengalihkan pandanganku dari Kinan. Layla awalnya ragu, tapi pada akhirnya, dia dengan enggan pergi. “Kenapa aku tidak merayakannya?” tanyaku pada Kinan yang berdiri di hadapanku. Aku tidak menyambutnya, jadi aku tidak menawarkan tempat duduk padanya.“Karena kalau begitu, kamu bodoh, karena kamu sadar bahwa jika Jason jatuh, kamu pun akan jatuh bersamanya,” katanya, mencemoohku.“Apa? Apa yang kamu bicarakan? Aku tidak punya waktu untuk permainanmu,” ujarku padanya. Lagi pula, apa yang dia inginkan?Dia tertawa, berjalan di sekitar ruanganku, dan menghampiriku. “Jangan bilang kalau kamu lupa bahwa jika aku bercerai, aku akan mengambil semua kekayaan Jason dan ketika aku mengatakan semua, itu juga termasuk tempat indah ini yang dengan bodohnya kamu biarkan Jason mengambilnya,” ungkapnya, memberitahuku, membuat mataku membelalak. “Iya, kamu bodoh karena telah membiarkan Jason menjadi mitra utama di perusahaanmu
LauraAku masih hancur setelah kunjungan Kinan ke kantor Hextec. Malam itu ketika aku pulang, aku membiarkan para gadis berbincang dan menghabiskan waktu bersama di ruang tengah dan aku lebih memilih untuk pergi ke kamar setelah mandi, mengaku bahwa perasaanku sedang baik dan aku sangat kelelahan, dan aku memang begitu.Jadi, aku berbaring di kasur dan mencoba tidur setelah meminum beberapa obat, tapi aku tidak bisa. Pikiranku kalang kabut karena kejadian baru-baru ini. Aku tidak tahu harus berpikir bagaimana terhadap tawaran Kinan. Aku tidak bisa mengelak bahwa Hextec berada di ambang kehancuran karena kesalahanku. Tempat yang merupakan mimpi bagi semua orang yang terlibat terancam ditutup hanya karena aku membiarkan Jason kembali ke dalam hidupku.Jason Santoso selalu seperti angin topan yang menghancurkan segala hal di sekitarku. Tampaknya tidak mungkin baginya untuk tidak menghancurkan aku. Ada banyak yang dipertaruhkan sekarang. Aku tidak bisa kehilangan Hextec setelah kami men
”Mama?” panggil putriku dengan lembut seraya dia memasuki kamar.Aku dengan cepat mengusap air mataku dan mengangkat kepalaku untuk menatapnya. “Kemari, tuan putriku,” panggilku padanya, membuka kedua tanganku.Dia berjalan menghampiriku, memanjat ranjang, dan memelukku. “Apakah Mama sakit?” tanyanya, khawatir padaku.Aku tersenyum dengan penuh kasih sayang, menggelengkan kepalaku. “Aku tidak sakit, sayang. Mama hanya sedikit lelah,” kataku, mengelus rambutnya.“Bolehkah aku tidur dengan Mama malam ini? Dengan begitu Mama tidak akan merasa sendirian,” katanya sambil menatapku.“Aku menghargai kekhawatiranmu, sayangku,” kataku, memberikan dia ruang supaya dia bisa berbaring, berpelukan denganku. “Apakah kamu merindukan Jason?” tanyaku padanya setelah beberapa saat. Memang benar bahwa aku memiliki masalah dengan pria itu, tapi aku telah memperkenalkannya pada putriku sebagai ayahnya. Anna tidak bisa disalahkan untuk apa pun yang terjadi di antara aku dan ayahnya.“Iya, aku merinduk
TamaBerminggu-minggu kemudianFia dan aku mengunjungi dokter kandungan dengan rutin yang telah mengawasi kehamilannya dengan baik. Fia sedang berbaring di ranjang sementara dokter tersebut melakukan ultrasonografi dan bayi kami ditampilkan di layar.“Apakah kalian bisa melihat jantungnya yang berdetak?” tanya dokter itu, menunjuk ke layar yang menunjukkan gambar seorang bayi yang tidak begitu jelas. “Lihat, bayinya sehat,” tambahnya, membuat aku dan Fia terkagum, benar-benar terharu oleh pemandangan itu.“Kelihatannya seperti kancing kecil. Kecil sekali, benar-benar menggemaskan,” kata Fia, tersenyum terharu, seraya dokter terus menggerakkan alat USG itu pada perutnya.“Apakah jenis kelaminnya sudah bisa dilihat, Dok?” tanyaku dengan cemas, tidak sabar agar anak ini segera lahir.“Apakah kalian menginginkan laki-laki atau perempuan?” tanya dokter itu pada kami.“Aku pribadi lebih memilih laki-laki, tapi aku juga tentunya akan tetap senang menjadi ayah dari seorang perempuan,” j
Dia menggeram dan mengangguk. “Bayinya tumbuh dengan baik, tapi Suzy sedikit keras kepala,” katanya.“Apa maksudmu keras kepala?” tanyaku penasaran.“Dia tidak suka mengikuti peraturan. Aku pernah menangkapnya merokok diam-diam bahkan setelah aku memintanya untuk berhenti merokok sekarang karena dia sedang mengandung seorang anak,” katanya, terlihat tidak nyaman dengan situasi ini.“Yah, melihat itu adalah Suzy, aku tidak kaget. Dia tidak memiliki latar belakang yang baik, karena itulah dia tidak akan pernah menjadi ibu yang baik,” kataku, membukakan pintu mobil untuknya ketika kami tiba di tempat parkir klinik.“Terima kasih,” ujarnya, memasuki mobil dan memasang sabuk pengaman. Aku juga turut masuk. Aku sudah melaju. “Aku hanya perlu menunggu beberapa minggu sampai bayinya lahir. Lagi pula, aku tidak akan lagi stres karenanya,” kata Fia.“Apa yang kamu akan lakukan terhadap Suzy ketika bayinya telah lahir?” tanyaku, memperhatikan jalanan dan dia sekaligus.“Ini tidak seperti ak
JasonTama tidak mengetahuinya, tapi aku telah mengikutinya seharian. Dia bilang padaku kalau dia akan bertemu dengan Fia untuk kunjungan rutin kehamilannya, jadi tanpa memberitahunya, aku mengikutinya. Aku perlu berbicara dengan Laura dan bertemu dengan putriku, tapi karena Laura telah memblokir seluruh kontaknya denganku dan dia bahkan belum memberitahuku di mana dia tinggal, aku tidak bisa menemukannya, terutama karena aku telah kehilangan semuanya dan aku sudah tidak bisa lagi mempekerjakan penyelidik swasta untuk menguntitnya.Mobil Tama berhenti di bawah gedung apartemen di tengah-tengah Jakarta Selatan dan tidak lama kemudian, Fia turun dari mobil dan memasuki gedung itu. Ah, jadi itu tempat tinggal Laura. Masih di dalam taksi, aku menundukkan seluruh badanku ketika mobil Tama melewati taksiku setelah mengantar Fia. Aku melakukannya supaya Tama tidak akan melihatku di sana karena aku tahu jika dia melihatku, dia akan menghentikanku untuk menemui Laura.“Aku akan turun di sini
Aku kurang lebih telah kehilangan seluruh uang dan posisiku. Pengaruhku di kota telah dirampas dariku dan namaku diasosiasikan dengan hal-hal buruk. Semua teman dan rekanku yang kukira menyayangiku dan akan terus berada di sisiku selamanya telah meninggalkan aku. Bahkan Tama pun terasa sedikit jauh, lebih memilih untuk menjauh dariku untuk menyenangkan Fia. Aku tidak bisa menyalahkannya karena itu. Lagi pula, dia hanya ingin mengembalikan pernikahannya.Namun, aku sedang melalui kesulitan karena segalanya yang berada di bawah namaku tidak lagi menjadi milikku. Ibuku telah menyarankan aku untuk berbicara dengan ayahku dan meminta bantuan finansial darinya, sesuatu yang tidak akan pernah aku lakukan. Aku lebih memilih untuk merangkak melalui sampah daripada meminta bantuan dari pria itu karena aku yakin dia akan senang karena aku telah gagal dalam segala hal di hidupku seolah dia adalah orang paling sempurna di dunia.Jadi, tentu saja aku tidak meminta bantuannya, aku harus membangkitk
Laura“Kamu mau makan apa untuk makan malam hari ini? Fetucini dengan jamur atau tenderloin dengan kentang?” tanya Jason padaku di ujung telepon lainnya. Dia terdengar bersemangat untuk mempersiapkan makan malam untukku dan itu membuatku senang.“Em, aku suka tenderloin, tapi aku juga ingin fetucini. Aduh, ya ampun, aku harus bagaimana sekarang?” Aku menghela napas sambil berbicara padanya di telepon. Aku sedang berada di tempat kerjaku sambil fokus pada pekerjaanku dan, pada saat yang sama, berbicara dengan suamiku di telepon.“Aku bisa buatkan dua-duanya kalau kamu mau,” usul Jason setelah terkekeh.“Aduh, seharusnya aku pilih satu saja,” gumamku. Jason terkekeh lagi.“Ini bukan salahmu, kamu hanya tidak dapat menahan masakanku, jadi sulit untuk memutuskan. Kamu tahu aku mahir dalam segala hal yang kulakukan,” sombongnya, seperti biasa.“Hm, karena kamu bersikeras, aku ingin dua-duanya,” kataku padanya, tersinggung.“Astaga, aku tahu kamu senang menghukumku, ‘kan, wanita? Namu
AnnaMalam itu, Panca dan aku bersenang-senang bersama. Kami menjahili Paman Juan dan tunangannya, hal-hal yang tidak benar-benar menyakiti mereka, tapi itu merenggut kedamaian mereka. Misalnya, menuangkan minyak zaitun ke dalam anggur Paman Juan, menambahkan garam pada potongan kue pernikahannya, meletakkan bantal kentut di tempat duduknya, dan ketika dia duduk, dia membuat suara kentut yang konyol yang membuat semua orang menertawainya, dan hal-hal semacamnya.Itu sangat menyenangkan bagiku. Meskipun itu belum cukup bagi Panca, melihat Paman Juan mengalami semua hal-hal menyebalkan itu sudah membuatnya lebih gembira. Namun, kami tertangkap di penghujung pesta. Karena kami hanyalah dua anak-anak, tidak ada yang menganggapnya serius. Ayahku dan Paman Juan meneriaki kami dan bilang mereka akan menghukum kami, jadi Panca dan aku berlari untuk bersembunyi ketika para orang dewasa sedang mengomel tentang kami.“Itu luar biasa! Gila,” seru Panca sambil tertawa ketika kami berhasil melari
AnnaIni semua dimulai ketika aku berusia 11 tahun dan Panca Mardian ingin membunuh ayah tirinya.“Apakah ayahmu punya pistol?” tanyanya ketika dia dan aku sedang bersembunyi di langit-langit ruang dansa, tempat pernikahan Paman Juan dan ibunya diadakan.“Apa?” Sesaat, kukira aku salah dengar, jadi aku bertanya.Dia menatapku, mata cokelat tuanya mencolok. Dia masih praremaja, tapi dia sudah sangat misterius dan membuatku penasaran. “Aku butuh pistol untuk membunuh ayah baruku,” ungkapnya padaku.“Paman Juan? Kenapa kamu ingin melakukan itu? Dia adalah orang yang baik,” jawabku dengan marah.Dia menggerutu jijik dan kembali melihat ke lantai bawah. Para orang dewasa sedang berbincang dengan satu sama lain, menikmati pesta pernikahannya. “Pria itu mengirimkan ayahku ke penjara,” kata Panca, kata-katanya penuh oleh amarah.“Namun, itu adalah pekerjaan dia. Paman Juan adalah seorang polisi. Dia memasukkan orang-orang jahat ke dalam penjara,” kataku padanya, sedikit takut ketika aku
AnnaSaat guruku pergi setelah kelasnya berakhir, anak-anak di ruang kelas mulai membuat suara gaduh seperti biasa ketika mereka berbincang dengan satu sama lain. Aku masih tidak bisa percaya bahwa anak yang duduk di belakangku benar-benar Panca Mardian, jadi aku berbalik ke arahnya karena aku sudah memiliki sesuatu untuk dibicarakan, yaitu tentang tugas yang telah diberikan oleh guru aljabar kami.“Kamu mau mengerjakan tugas ini bagaimana? Kita bisa bertemu di mana?” tanyaku padanya, tapi dia hanya mengangkat bahunya sambil mencorat-corat buku tulisnya.“Terserah kamu saja. Aku tidak peduli,” jawabnya, tidak menatapku sama sekali. Dia benar-benar tidak mengenaliku dan aku tidak dapat memercayainya.Astaga, dia telah banyak berubah, dia telah bertumbuh begitu besar. Apa yang telah terjadi padanya selama bertahun-tahun kami jauh dari satu sama lain? Apakah dia telah membuat teman-teman baru? Apakah dia bahkan sudah punya pacar sekarang?Namun, aku terkesiap pelan ketika aku melihat
AnnaAku memutuskan untuk mengabaikan segala hal yang sedang kupikirkan dan fokus saja pada jadwalku. Aku sejauh ini adalah siswa terbaik di kelasku. Aku selalu berdedikasi dan bekerja keras. Aku tidak pernah diomeli. Guru-guru menyukaiku karena aku adalah siswa teladan untuk pada siswa lainnya. Itulah sebabnya mereka telah memilihku sebagai perwakilan kelas. Selain itu, akulah yang paling tahu bagaimana caranya memimpin dan bagaimana caranya mewakili kelas, karena itulah mereka sangat memercayaiku.Jadi, hari ini pun tidak ada bedanya. Ketika guru-guru masuk dan mengajar kami, aku selalu melihat diriku sebagai orang pertama untuk mengajukan diri untuk segala hal, selalu menyelesaikan pertanyaan paling sulit dalam matematika dan pelajaran lainnya yang ditakuti dan tidak disukai semua orang. Aku menantang diriku sendiri untuk selalu menjadi yang terbaik. Aku ingin membuat semua orang bangga karena aku akan menggunakan potensiku untuk menjadi lebih baik daripada orang tuaku dan membuat
AnnaKetika aku kembali ke mobil dan melihat kaca spion seraya aku melaju menuju pintu masuk sekolahku, aku bisa melihat Ciko dengan tangan di kepalanya dan pundak yang merosot, terlihat sedih tentang apa yang baru saja terjadi. Aku menghela napas pasrah dan memutuskan untuk melihat ke depan dan melanjutkan hidupku. Itu adalah hal terbaik yang bisa kulakukan.“Hei, Anna,” panggil Abel padaku begitu dia melihatku berjalan memasuki aula sekolah.“Hai, Abel.” Aku tersenyum kepadanya saat aku melihat dia, beranjak untuk memeluknya. Abel adalah anak kandung dari Bibi Fia, sahabat ibuku. Dia dan aku tumbuh besar bersama sebagai teman dan selalu terhubung dengan satu sama lain.“Apa yang terjadi? Kamu sedikit terlambat hari ini,” katanya sambil memandangku.“Em … itu karena aku tadi berbicara dengan Ciko di luar,” kataku padanya sambil menyelipkan rambutku di belakang telingaku, merasa tidak nyaman hanya memikirkan tentang Ciko.“Oh! Ciko ada di luar? Astaga, dia manis sekali! Kamu beru
Anna“Aku ingin putus denganmu, Ciko.”Ketika kata-kata itu akhirnya keluar dari mulutku, aku hampir tidak dapat memercayainya. Aku sudah ingin mengatakannya sejak lama sekali hingga aku berpikir bahwa saat ini aku hanya membayangkan diriku sendiri mengatakannya seperti sebelum-sebelumnya. Namun, kali ini, itu sungguhan. Aku bisa melihat wajah Ciko hancur di hadapanku—wajahnya yang sesaat yang lalu penuh harapan, sekarang terkejut dan bahkan merasa jijik dengan kata-kataku.Dia tersenyum dengan lemah, seakan-akan dia tidak memahami apa pun. “Kamu ingin putus denganku? Apa maksudmu? Apa yang kamu bicarakan?” tanyanya, terlihat benar-benar kebingungan.Aku menghela napas, menyadari bahwa aku seharusnya tidak mengatakan itu padanya tanpa pendahuluan apa-apa. Namun, aku bukannya bersikap tidak sensitif, itu hanyalah cinta monyet dan aku berhak mengakhirinya.“Kurasa sebaiknya kita bicara lagi nanti, Ciko,” kataku dan berbalik untuk pergi, tapi dia tidak membiarkan aku pergi menjauh da
AnnaKarena adik-adikku sudah marah padaku, salah satu dari mereka sudah tidak menanggapi apa yang kukatakan ketika aku berusaha berkomunikasi dengannya, dan yang satunya menendang-nendang kakinya ke belakang tempat dudukku berkali-kali dan membuatku merasa tidak nyaman, menyebutku anak yang terlalu dimanja.“Hentikan, Daniel,” pintaku, tapi anak itu tampaknya tidak mau menurut.“Kamu mengatakan sesuatu? Aku tidak bisa mendengarnya, aku tidak mendengarkan anak-anak perempuan menyebalkan seperti dirimu,” katanya padaku, membuatku makin jengkel.Aku hanya mengesampingkannya dan bersabar hingga aku akhirnya tiba di sekolah mereka. Apa yang bisa kulakukan tentang itu? Itu adalah hubungan asmaraku, oke? Mereka seharusnya tidak terlibat dalam hal ini seperti itu. Itu bukan urusan mereka.“Kamu bisa turun sekarang,” kataku pada mereka begitu aku berhenti di depan sekolah mereka.Mereka pergi tanpa bahkan berpamitan, tapi Stefan berbalik ke arahku dan berkata, “Kuharap harimu buruk hari
AnnaAku sedang berada di depan cermin sambil duduk di meja riasku selagi. Dengan penuh konsentrasi, aku mencoba memakai eyeliner di atas mataku, tapi suara adikku yang menyebalkan mengagetkanku ketika dia tiba-tiba memasuki ruang gantiku, berteriak-teriak dan meminta perhatianku. Aku berakhir memiliki garis hitam di wajahku, menghancurkan seluruh riasan wajahku.“Kenapa kamu berteriak-teriak, sih, Daniel Williams Santoso?” tanyaku dengan mata yang setengah terpejam, hampir mencekik lehernya dan menarik kepalanya.“Ew, menjijikkan! Kamu terlihat mengerikan dengan riasan wajah itu. Apakah kamu tidak tahu cara memakainya dengan benar?” ejeknya padaku dengan raut wajah jijik.Aku tidak dapat memercayai perkataannya. Dialah yang menghancurkan momen damaiku ketika aku sedang memakai riasan wajah di kamarku sendiri! Aku tidak mau mendengar hal itu dari anak ini yang tidak mengenal apa yang dimaksud dengan ruang pribadi.“Omong-omong, apa yang kamu inginkan?” tanyaku seraya aku mengambil