Laura“Hei, sayang, bangunlah sebelum kita terlambat,” kata seseorang seraya bahuku terasa digoyangkan. Aku perlahan membuka mataku, hanya untuk mendapati wajah Richard sangat dekat denganku. Aku menjauh darinya, menggunakan seluruh kekuatan yang kumiliki, tapi dia memegangku dengan erat dan menarikku ke pelukannya. “Semangatlah. Kamu tidak perlu bersikap seperti itu,” katanya.“Tolong lepaskan aku,” pintaku dengan suara yang lemah, tapi dia tidak mendengarkan. Dia membawaku turun dari ranjang dan beranjak ke lantai bawah sambil masih memegangiku dengan erat, lalu kami beranjak keluar rumah itu, yang mana kami bertemu dengan seorang pria dengan sebuah amplop di tangannya di sana.“Masuklah ke dalam mobil, sayang, aku hanya akan mengobrol sebentar dengan temanku di sini,” kata Richard, tersenyum padaku. Aku bergidik ngeri karena sikapnya yang sinis, benar-benar merasa jijik, lalu aku beranjak ke arah mobil, tapi pria yang memegang amplop di tangannya itu menghentikan aku.“Tunggu se
Aku terhuyung tidak berdaya, hampir jatuh ke lantai, tapi dia menangkapku dan menopangku. “Apakah kamu baik-baik saja? Mungkin ini akan membantumu,” katanya, mengambil obat lainnya dari sakunya dan memasukkannya ke dalam mulutku.“Tidak…” Aku menolaknya, mengalihkan wajahku walaupun aku tidak bertenaga, tapi dia memaksaku, mendorong obat itu ke dalam tenggorokanku dan membuatku menelannya, lalu membuka pintu kamar. Ada bau jamur yang tertutupi oleh bau pemutih di seluruh ruangan itu. Dia langsung membawaku ke kamar mandi, menopangku ke wastafel di depan cermin kotor dan mulai menyentuh rambutku sementara tangannya menyeimbangkan badanku supaya aku tidak jatuh ke lantai.“Ah, pada saat itu kukira Suzy akan berguna. Aku tidak pernah mengecat rambutku sebelumnya,” gumamnya, tapi suaranya teredam seolah dia berada di dalam air. Sepertinya aku tertidur saat itu, tapi aku terbangun ketika aku merasakan air dingin di kepalaku dan aku hampir langsung panik, tapi ternyata dia hanya sedang men
Laura“Dia masih hidup. Walaupun Laura mengira bahwa putrinya sudah mati, dia masih hidup,” kata Richard seraya dia berbicara dengan seseorang melalui ponselnya. Aku bisa melihat dari jam di meja samping kasur bahwa saat itu pukul 3 pagi dan di luar sana masih gelap gulita. Di kamar itu, Richard sedang duduk di kursi dan berbicara pada seseorang yang tidak kukenali, menceritakan semua pencapaiannya dan mengungkapkan rencananya pada orang itu. Kukira aku akan tertidur seperti biasanya, tapi hari ini aku tidak tidur.Terkadang, aku akan tiba-tiba terbangun, benakku melarikan diri dari mimpi buruk yang sedang kualami, hanya untuk menyadari bahwa aku belum mati dan aku masih disekap oleh Richard seraya dia menunggu kesempatan untuk membawaku keluar dari negara ini. Ketika aku terbangun dari tidur lelapku, yang sebagian besar disebabkan oleh obat yang Richard berikan padaku, aku dengan kesusahan menyeret diriku yang hampir tidak bernyawa ke kamar mandi dan hampir meninggal di sana.Aku b
LauraPenuh oleh adrenalin dan kemurkaan karena telah mengetahui bahwa bajingan itu menyembunyikan kebenaran bahwa anakku masih hidup selama ini supaya dia bisa memanipulasiku, aku memukul belakang kepalanya dengan tongkat itu, menggunakan seluruh kekuatanku dan berteriak. Richard bersungut, badannya condong ke depan, tapi dia tidak jatuh ke lantai. Tentu saja pukulanku tidak cukup kuat untuk membuatnya pingsan.Dia perlahan berbalik ke arahku, terkekeh seolah tongkat itu hanya menggelitikinya. “Apa-apaan, Laura?” tanyanya, merasa aku telah bertindak konyol. Tongkat itu tergelincir dari tanganku ketika aku menyadari bahwa aku tidak akan bisa menggunakannya lagi. Suara besi dari tongkat itu yang mengenai tembok marmer dengan begitu lantang dan memalukan.“Apa yang kamu pikir kamu lakukan?” tanyanya, masih mengejekku, mulai berjalan ke arahku, tapi aku dengan cepat merogoh pistol yang dia tinggalkan di atas konter dan langsung mengacungkannya padanya, membuatnya menjauh.“Jangan berg
Suzy“Apakah kamu melakukan ini karena anak kita?” tanyaku dengan tenang dan aku melihat Tama menghela nafas pelan.“Aku hanya ingin kamu pergi dari sini secepat mungkin dan kamu akan pergi secepatnya. Seperti yang kamu lihat, pengacara yang telah kusewa adalah pengacara terbaik untuk kasus seperti ini dan pembelaannya luar biasa. Dia telah memanfaatkan tindakan heroikmu yang menyelamatkan Anna untuk menebus kesalahanmu. Paling tidak, kamu hanya perlu membayar sejumlah uang,” katanya sambil duduk di seberang ruang sidang di pengadilan Jakarta Selatan, tempat persidangan percobaan penculikanku berlangsung.Walaupun aku telah membantu banyak dengan memberi tahu semua hal yang kuketahui mengenai Richard, yang membantunya memperinci daerah pengepungan di sekitar kota itu supaya Richard tidak bisa kabur dengan Laura, Jason masih tidak bisa memaafkan aku sehingga dia memanggil polisi untuk menangkapku karena telah menjadi komplotan dalam penculikan itu dan meninggalkan aku di penjara, mel
Aku membaringkan tubuhku dengan posisi telentang di kasur dan menatap langit-langit di ruang tahananku. Sungguh luar biasa bagaimana orang-orang bisa mengambil kesempatan dan hanya memikirkan diri mereka sendiri. Aku memikirkan Anna dan malam yang berbahaya itu ketika aku hampir mengorbankan nyawaku untuk menyelamatkannya. Aku belum pernah melihatnya lagi sejak pagi itu karena aku diperlakukan dengan penuh hina. Apakah dia baik-baik saja? Apakah mereka telah berhasil menemukan Laura? Aku menghela nafas dalam, tidur ke samping. Orang-orang sangat bodoh dan hanya memikirkan diri mereka sendiri…*****Tidak membutuhkan waktu lama bagiku untuk dibebaskan dari penjara. Tama melakukan apa yang telah dia janjikan. Dia membayarkan deposito untukku dan bahkan mencarikan hotel yang seadanya untuk kutinggali sambil menunggu jadwal aborsiku.“Tempat seperti itu, Tama? Kamu pikir aku siapa? Itu sebuah penghinaan, tahu? Kenapa kamu tidak sekalian membuangku ke gorong-gorong?” kataku ke ponselku,
SuzyKopi dan kue yang telah kupesan masih belum tersentuh di atas meja. Aku mengetukkan jemariku ke meja dengan gelisah karena aku akan berbicara dengan seseorang yang telah membuat janji temu denganku di kedai kopi di Jakarta Selatan. Ini adalah tindakan terakhirku sebelum aku meninggalkan kota ini selamanya.Tama tersayangku bahkan mencoba untuk menghentikan aku, mengirimkan anjingnya bernama Raffa di dekatku untuk menghentikan aku, tapi aku adalah gadis yang tumbuh besar di jalanan. Aku tahu betul bagaimana caranya untuk menyelinap dan kabur tanpa diketahui, jadi mudah bagiku untuk melarikan diri dari Raffa dan datang ke kedai kopi ini.Ketika aku mengirimkan pesan itu pada istri Tama, aku kira dia akan mengabaikan aku dan tidak memedulikannya, tapi wanita itu mengejutkan aku karena langsung meneleponku. Pada saat itu, aku tertawa dan beranjak ke lobi dari kamar hotel bintang limaku.“Halo?” kataku setelah mengangkatnya. Aku sangat santai dan suaraku terdengar percaya diri.“H
”Aku juga hamil, Suzy. Karena itulah aku kemari,” ungkapnya.Mataku membelalak dan aku tertawa. “Wah! Itu berarti Tama kesayangan kita mencetak dua gol di gawang yang berbeda,” kataku sambil tertawa. Jadi, dia juga hamil? Ternyata, itulah mengapa Tama tidak pernah ragu untuk membatalkan kehamilanku. Lagi pula, istri cantiknya ini akan melahirkan anaknya.Pada saat itu, pelayan tadi kembali, meletakkan kopi wanita itu di hadapanku, lalu melangkah pergi lagi. Istri Tama menyesap kopinya dalam diam, tapi jelas sekali bahwa dia tidak nyaman.“Aku harus melalui tindakan medis untuk menjadi hamil, Tama dan aku tidak cocok,” katanya.“Apa? Apa maksudmu?” tanyaku kebingungan.“Dengar, aku bahkan tidak mengerti maksudnya bahkan setelah para dokter menjelaskannya padaku,” katanya. Sekarang, raut wajahnya terlihat kebingungan dan sedih seraya dia melamun. Tampaknya seperti dia telah melalui banyak kesulitan karena masalah itu.“Pokoknya, cocok maupun tidak cocok, kamu hamil sekarang,” katak
Suzy“Dengar, Tama, aku serius. Kamu tidak perlu berusaha sekeras ini hanya karena kamu merasa itu adalah hal yang benar, oke? Tolong hentikan itu. Ini semua sangat memalukan bagiku, aku tidak bisa menerima rumah ini begitu saja dan berpura-pura semuanya baik-baik saja,” kataku pada Tama setelah dia menawarkan untuk membelikan rumah untukku dan putriku.“Namun, kenapa kamu berkata begitu? Niatku baik …,” ujarnya, tapi pada saat itu, Fia dan Laura memasuki ruangan. Kedua wanita itu sedang membawa buket bunga tulip yang mirip.“Apa itu? Apakah kedua wanita kaya ini berbelanja di toko bunga yang sama?” tanyaku sambil tertawa mengejek. Lagi pula, apa artinya itu? Apakah mereka berdua berteman lagi dan memutuskan untuk membawa buket bunga konyol ini bersama untukku?Laura memandang buket bunga di tangannya, lalu menggumamkan sesuatu yang tidak terdengar seakan-akan dia telah melupakannya. Fia melempar buket bunga itu ke sebuah pojokan dan langsung berlari ke arah suaminya, memegang peru
Laura“Menarik sekali bagaimana kamu terburu-buru melindungi wanita itu dan tidak memihakku, padahal aku selalu berada di sisimu sejak awal, Laura. Ternyata, kamu tidak tahu berterima kasih, ya?” Di tengah-tengah perdebatan, Fia melontarkan hal itu padaku.“Apa yang kamu bicarakan, Fia?” Aku ingin tahu, tidak paham apa yang dia maksud dengan hal itu. “Apakah aku tidak berterima kasih padamu? Apa yang kulakukan hingga membuatmu berpikir aku tidak berterima kasih padamu?”“Jangan melucu, Laura. Itu tidak cocok denganmu,” katanya sambil memasang raut wajah jijik.“Apakah kamu berpikir aku berutang sesuatu padamu?” tanyaku. Mungkin itu karena dia terus berada di sisiku selama masa pascaperpisahan yang kulakui setelah aku bercerai dengan Jason, saat-saat ketika dia meminjamkan uang padaku supaya aku bisa bertahan hidup dalam tahun-tahun pertama itu dan tidak pernah mau menerima uangnya kembali, meskipun aku menghindarinya dan tidak pernah berbagi banyak hal dengannya. Mungkin juga karen
LauraAku mengambil kesempatan untuk mandi dan berganti pakaian di rumah Jason, lalu aku pergi ke rumah sakit tempat Suzy sedang dirawat. Setelah banyak berdiskusi, Jason tidak mau membiarkan aku membawa Anna ke rumah sakit.“Ada banyak kontaminasi di rumah sakit. Putri kita bisa masuk ke tempat itu dalam keadaan sehat dan pulang dalam keadaan sakit. Lagi pula, setelah apa yang terjadi kemarin, Anna mungkin akan merasa terpengaruh ketika dia mengunjungi kembali lingkungan itu dan mengingat momen ketika dia diculik oleh kakakmu,” katanya padaku.“Jangan sebut Graham kakakku. Dia bukan kakakku. Kalaupun dia sebelumnya memang kakakku, maka dia bukan kakakku lagi,” kataku padanya, menegurnya.Dia mengangkat bahunya. “Terserah. Daripada membawa Anna ke rumah sakit, bagaimana kalau kamu membawa dia ke pusat perbelanjaan atau taman hiburan? Kamu tidak pernah melakukan itu untuknya,” kritiknya padaku.Aku tertawa skeptis. “Tentu saja aku melakukan itu, Jason. Kenapa kamu mencoba membuatku
Suzy“Apa? Kamu mau membelikanku rumah karena putriku?” tanyaku pada Tama ketika dia memberitahuku hal itu.“Iya, aku berencana begitu. Kamu tidak memiliki sumber pendapatan yang jelas. Kamu harus mengatur kehidupan finansialmu terlebih dulu, tapi sekarang Emy dan kamu membutuhkan dukungan. Akan lebih logis bagimu untuk menerima penawaranku,” jelasnya sambil mengangkat bahunya seolah-olah itu adalah hal yang sudah jelas.Seperti yang diharapkan, para dokter menyerahkan putriku padaku siang itu, jadi sekarang aku bisa menggendongnya di pelukanku dan melihatnya dari dekat. Dia begitu manis, sangat menggemaskan. Rambut dan matanya sejernih Tama, tapi aku juga bisa melihat beberapa detail diriku pada anak itu.Anehnya, Tama terus berada di rumah sakit itu sampai sekarang. Sejak kemarin, dia hanya pergi ke apartemen Laura untuk mengambilkan barang-barang yang putriku dan aku perlukan, lalu dia dengan cepat kembali. Aku tidak bisa tidak berterima kasih dan mengatakan bahwa bantuannya san
TamaAku masih terkejut oleh perkataan Jason. Aku tidak mengerti kenapa dia terus mendesak percintaan di antara aku dan Suzy meskipun dia tahu aku sudah menikah dan, maka dari itu, kendati segalanya, aku masih mencintai istriku.Setelah itu, aku pergi ke apartemen Laura. Ketika aku tiba di sana, aku melihat bahwa ada petugas polisi dan penjaga keamanan dengan pakaian polos. Aku telah mendengar seseorang ditemukan meninggal di tempat itu, tapi para forensik telah pergi dengan tubuh korban tersebut dan tidak ada penyelidikan yang benar karena rekaman kamera pengawas menunjukkan bahwa Graham adalah pembunuhnya.Begitu aku diperbolehkan memasuki rumahnya, aku mencari kamar Suzy dan mengambil perlengkapan bayi yang Suzy bilang sudah dia persiapkan untuk kelahiran putri kami. Kemudian, aku kembali ke mobil dengan kekhawatiran lainnya. Aku menelan perasaanku dan menelepon Jason meskipun aku tahu aku baru saja meneriakinya.“Ada apa? Kenapa kamu meneleponku setelah kamu mematikan telepon t
TamaSehari sebelumnya, segala hal begitu kacau ketika Suzy harus segera dirawat di ruang gawat darurat dan harus melahirkan. Selain itu, dia harus berjuang mempertahankan hidupnya, jadi dia bahkan tidak dapat mempersiapkan dirinya dengan baik untuk keseluruhan proses melahirkan itu. Putri kami akan meninggalkan tempat penitipan bayi dalam beberapa jam lagi dan kami bahkan belum menyiapkan popok. Bagian terburuknya adalah Suzy masih belum sehat. Dia hampir tidak bisa berdiri karena operasi caesar yang telah dilakukannya dan lain sebagainya.“Apa-apaan! Seharusnya tidak seperti ini. Aku sudah mempersiapkan segalanya untuk tanggal jatuh tempo kelahiran Emy yang seharusnya masih tiga minggu lagi,” komentarnya, merasa frustrasi. Semuanya benar-benar kacau. Bahkan Clara, temannya, tidak dapat membantunya pada saat itu karena luka yang dia terima dari penculikan Lukman dan para bawahannya.“Emy? Apakah itu nama yang kamu pilih untuk putri kita?” tanyaku dengan penasaran.Dia terkekeh mes
Laura“Apa yang kamu bicarakan, Jason? Kenapa Anna dan kamu akan mengacaukan sesuatu?” tanyaku padanya, ingin tahu apa yang dia maksud. “Apakah menurutmu aku merasa menyesal karena berbicara dengan pacarku saat Anna dan kamu ada di sini? Mengapa aku harus merasa bersalah? Apa salahku? Aku benar-benar berterima kasih padamu karena telah sangat membantuku kemarin, tapi jangan berpikir macam-macam, Santoso. Kamu tahu betul kisah kita sudah berakhir.” Aku memastikan untuk mengatakan itu padanya.Jakunnya bergerak di tenggorokannya seraya dia menelan ludah, merasa gugup mendengar perkataanku. “Aku tahu kita sudah putus, tapi sejujurnya, aku masih merasa itu sangat disayangkan, Laura. Apakah kamu tahu apa yang Anna katakan padaku kemarin? Dia bilang dia berharap kita tinggal bersama lagi sebagai sebuah keluarga, seperti seharusnya. Tidakkah kamu pikir putri kita pantas mendapatkan itu, Laura?” tanyanya dengan penuh harap, alisnya berkerut dengan ekspresi yang sangat sedih. Jelas sekali dia
Laura“Jason? Apakah dia bersamamu?” Di panggilan telepon itu, Gideon bertanya padaku setelah aku merangkum sedikit mengenai hariku yang rumit kemarin. Aku baru saja menyebutkan Jason di laporanku dan bahkan tidak menyadari bahwa itu dapat membuat Gideon cemburu.Aku menggigit bibirku, merasa gelisah, mengingat bagaimana Jason hampir selalu ada dan membantuku dengan hampir segalanya kemarin. Bukankah itu akan membuat Gideon khawatir karena Jason tetaplah mantan suamiku dan kami masih memiliki masalah yang belum terselesaikan?“Oh, iya. Jason muncul di tengah-tengah semua kebingungan ini dan membantuku. Kamu tahu dia dan aku tinggal di kota yang sama,” jawabku, memperbaiki rambut pirangku yang sudah memudar. Mungkin aku harus kembali mengecatnya dengan warna cokelat seperti dulu.“Sungguh, dia muncul untuk membantumu? Untunglah dia ada di sana untuk membantu. Lagi pula, Anna adalah putrinya juga. Akan aneh jika dia tidak ada di sana dalam situasi yang mengkhawatirkan itu,” katanya,
Laura“Jangan terlalu memercayai Graham, Lau. Kamu tahu dia hanya memberitahumu semua kebohongan itu untuk membuatmu kebingungan dan menculik putrimu,” kata Suzy dari ujung telepon lainnya, menunjukkan bahwa dia tidak percaya kalau dia dan aku bersaudara.Aku tidak bisa menyangkal bahwa aku sedikit kecewa dengan jawabannya karena, jika dipikirkan baik-baik kisah kami dan hal-hal yang kami lalui di masa lalu, ada konsistensi yang kuat bahwa, terlepas dari segalanya, Graham telah mengatakan yang sebenarnya. Sebenarnya, mudah untuk mengakui itu, tapi Suzy bersikap seakan-akan dia tidak ingin hubungan ini ada di antara kami dan aku tidak dapat memahaminya.“Iya, Graham memang sangat jahat, tentunya,” jawabku sambil tertawa pelan. “Namun, dengan begini, kita bisa melakukan tes DNA sederhana hanya untuk memastikannya,” saranku seolah-olah aku tidak menginginkan apa-apa.“Oh, kamu tidak perlu mengkhawatirkan itu, Laura. Itu tidak penting sekarang. Ada hal-hal yang lebih penting dan mendes