LauraPenuh oleh adrenalin dan kemurkaan karena telah mengetahui bahwa bajingan itu menyembunyikan kebenaran bahwa anakku masih hidup selama ini supaya dia bisa memanipulasiku, aku memukul belakang kepalanya dengan tongkat itu, menggunakan seluruh kekuatanku dan berteriak. Richard bersungut, badannya condong ke depan, tapi dia tidak jatuh ke lantai. Tentu saja pukulanku tidak cukup kuat untuk membuatnya pingsan.Dia perlahan berbalik ke arahku, terkekeh seolah tongkat itu hanya menggelitikinya. “Apa-apaan, Laura?” tanyanya, merasa aku telah bertindak konyol. Tongkat itu tergelincir dari tanganku ketika aku menyadari bahwa aku tidak akan bisa menggunakannya lagi. Suara besi dari tongkat itu yang mengenai tembok marmer dengan begitu lantang dan memalukan.“Apa yang kamu pikir kamu lakukan?” tanyanya, masih mengejekku, mulai berjalan ke arahku, tapi aku dengan cepat merogoh pistol yang dia tinggalkan di atas konter dan langsung mengacungkannya padanya, membuatnya menjauh.“Jangan berg
Suzy“Apakah kamu melakukan ini karena anak kita?” tanyaku dengan tenang dan aku melihat Tama menghela nafas pelan.“Aku hanya ingin kamu pergi dari sini secepat mungkin dan kamu akan pergi secepatnya. Seperti yang kamu lihat, pengacara yang telah kusewa adalah pengacara terbaik untuk kasus seperti ini dan pembelaannya luar biasa. Dia telah memanfaatkan tindakan heroikmu yang menyelamatkan Anna untuk menebus kesalahanmu. Paling tidak, kamu hanya perlu membayar sejumlah uang,” katanya sambil duduk di seberang ruang sidang di pengadilan Jakarta Selatan, tempat persidangan percobaan penculikanku berlangsung.Walaupun aku telah membantu banyak dengan memberi tahu semua hal yang kuketahui mengenai Richard, yang membantunya memperinci daerah pengepungan di sekitar kota itu supaya Richard tidak bisa kabur dengan Laura, Jason masih tidak bisa memaafkan aku sehingga dia memanggil polisi untuk menangkapku karena telah menjadi komplotan dalam penculikan itu dan meninggalkan aku di penjara, mel
Aku membaringkan tubuhku dengan posisi telentang di kasur dan menatap langit-langit di ruang tahananku. Sungguh luar biasa bagaimana orang-orang bisa mengambil kesempatan dan hanya memikirkan diri mereka sendiri. Aku memikirkan Anna dan malam yang berbahaya itu ketika aku hampir mengorbankan nyawaku untuk menyelamatkannya. Aku belum pernah melihatnya lagi sejak pagi itu karena aku diperlakukan dengan penuh hina. Apakah dia baik-baik saja? Apakah mereka telah berhasil menemukan Laura? Aku menghela nafas dalam, tidur ke samping. Orang-orang sangat bodoh dan hanya memikirkan diri mereka sendiri…*****Tidak membutuhkan waktu lama bagiku untuk dibebaskan dari penjara. Tama melakukan apa yang telah dia janjikan. Dia membayarkan deposito untukku dan bahkan mencarikan hotel yang seadanya untuk kutinggali sambil menunggu jadwal aborsiku.“Tempat seperti itu, Tama? Kamu pikir aku siapa? Itu sebuah penghinaan, tahu? Kenapa kamu tidak sekalian membuangku ke gorong-gorong?” kataku ke ponselku,
SuzyKopi dan kue yang telah kupesan masih belum tersentuh di atas meja. Aku mengetukkan jemariku ke meja dengan gelisah karena aku akan berbicara dengan seseorang yang telah membuat janji temu denganku di kedai kopi di Jakarta Selatan. Ini adalah tindakan terakhirku sebelum aku meninggalkan kota ini selamanya.Tama tersayangku bahkan mencoba untuk menghentikan aku, mengirimkan anjingnya bernama Raffa di dekatku untuk menghentikan aku, tapi aku adalah gadis yang tumbuh besar di jalanan. Aku tahu betul bagaimana caranya untuk menyelinap dan kabur tanpa diketahui, jadi mudah bagiku untuk melarikan diri dari Raffa dan datang ke kedai kopi ini.Ketika aku mengirimkan pesan itu pada istri Tama, aku kira dia akan mengabaikan aku dan tidak memedulikannya, tapi wanita itu mengejutkan aku karena langsung meneleponku. Pada saat itu, aku tertawa dan beranjak ke lobi dari kamar hotel bintang limaku.“Halo?” kataku setelah mengangkatnya. Aku sangat santai dan suaraku terdengar percaya diri.“H
”Aku juga hamil, Suzy. Karena itulah aku kemari,” ungkapnya.Mataku membelalak dan aku tertawa. “Wah! Itu berarti Tama kesayangan kita mencetak dua gol di gawang yang berbeda,” kataku sambil tertawa. Jadi, dia juga hamil? Ternyata, itulah mengapa Tama tidak pernah ragu untuk membatalkan kehamilanku. Lagi pula, istri cantiknya ini akan melahirkan anaknya.Pada saat itu, pelayan tadi kembali, meletakkan kopi wanita itu di hadapanku, lalu melangkah pergi lagi. Istri Tama menyesap kopinya dalam diam, tapi jelas sekali bahwa dia tidak nyaman.“Aku harus melalui tindakan medis untuk menjadi hamil, Tama dan aku tidak cocok,” katanya.“Apa? Apa maksudmu?” tanyaku kebingungan.“Dengar, aku bahkan tidak mengerti maksudnya bahkan setelah para dokter menjelaskannya padaku,” katanya. Sekarang, raut wajahnya terlihat kebingungan dan sedih seraya dia melamun. Tampaknya seperti dia telah melalui banyak kesulitan karena masalah itu.“Pokoknya, cocok maupun tidak cocok, kamu hamil sekarang,” katak
FiaWanita ini, Suzy, memberitahuku mengenai keterlibatannya dalam penculikan Laura. Aku tahu bahwa orang itu adalah seorang wanita, tapi aku tidak tahu bahwa itu adalah dia. Dia memberitahuku bagaimana dia menyelamatkan Anna dan bagaimana dia membantunya. Itulah mengapa dia juga mengkhawatirkan Laura, jadi aku tidak bisa menolak permintaannya untuk ikut denganku ke rumah sakit.Oke, mendapati dia di dalam mobilku memang canggung. Maksudku, dia sedang mengandung anak suamiku, sesederhana itu, dan aku tidak bisa melakukan apa pun mengenai hal itu. Wanita itu cantik. Aku sudah melihatnya ketika aku melihat foto provokatif yang dia kirimkan ke ponsel suamiku. Dia kurus dan menarik dan aku mengerti kenapa para lelaki tertarik padanya, tapi tidak dengan Tama.Aku benar-benar terkejut ketika aku membuka pesan itu dan membacanya, mengetahui hal itu, dan aku bahkan tidak bisa meragukan apa-apa karena aku sadar bahwa Tama akhir-akhir ini bersikap aneh. Sekeras apa pun dia mencoba untuk menye
”Apa…Apa maksudnya ini?” tanya Tama dengan mata yang membelalak, menatapku dan Suzy. Aku memahami keterkejutannya. Lagi pula, dia telah melakukan segala hal untuk menyembunyikannya dariku.“Aku mengetahui semuanya, Tama,” kataku padanya, menatap matanya dengan dalam. Aku bisa melihat ketakutan di matanya. Keputusasaan itu begitu dahsyat sampai terlihat dengan jelas. Aku menatap Jason. “Suzy bilang dia telah diadili karena kesalahannya, dia sudah bebas sekarang dan karena dia jelas-jelas telah membangun ikatan ini dengan putrimu, aku membiarkannya ikut denganku, Jason,” kataku padanya.Dia membuka mulutnya, ingin membantah sesuatu, tapi dia melambaikan tangannya di depannya dengan gestur tidak tertarik. “Terserah, satu-satunya yang penting bagiku sekarang adalah Laura,” katanya sambil menghela nafas, langsung mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.Suzy beranjak untuk duduk di salah satu sofa sambil menggendong Anna di pangkuannya dan kedua orang itu berbincang dengan pelan. Aku me
FiaAda taman di halaman rumah sakit itu tempat dia dan aku bisa berbincang. Tama membawaku ke sana dan berdiri di hadapanku dengan tangan di sakunya. Dia masih tidak bisa menatap mataku.“Bagaimana ini bisa terjadi?” tanyanya pada diri sendiri dibandingkan padaku, mungkin masih ingin memproses kapan situasinya sudah tidak lagi berada dalam kendalinya.“Ini terjadi karena memang seharusnya terjadi. Kebohongan tidak akan bertahan selamanya,” kataku, terdengar tenang. Dia mungkin telah melakukan segala cara untuk menyembunyikannya dariku, tapi cepat atau lambat, aku pasti akan mengetahui kebenarannya.Dia menghela nafas. Fia, aku bahkan tidak tahu apa yang harus kukatakan…” katanya, tampak kecewa.“Kita telah membuat janji temu untuk bertemu dengan putri kita secara langsung di panti asuhan, semua dokumennya sudah diproses untuk adopsi anak itu. Pada saat ini, anak itu sangat berharap bahwa dia akan memiliki pasangan yang akan menyambutnya, bahwa dia akan memiliki seorang ayah dan i
Laura“Apa yang kamu bicarakan, Jason? Kenapa Anna dan kamu akan mengacaukan sesuatu?” tanyaku padanya, ingin tahu apa yang dia maksud. “Apakah menurutmu aku merasa menyesal karena berbicara dengan pacarku saat Anna dan kamu ada di sini? Mengapa aku harus merasa bersalah? Apa salahku? Aku benar-benar berterima kasih padamu karena telah sangat membantuku kemarin, tapi jangan berpikir macam-macam, Santoso. Kamu tahu betul kisah kita sudah berakhir.” Aku memastikan untuk mengatakan itu padanya.Jakunnya bergerak di tenggorokannya seraya dia menelan ludah, merasa gugup mendengar perkataanku. “Aku tahu kita sudah putus, tapi sejujurnya, aku masih merasa itu sangat disayangkan, Laura. Apakah kamu tahu apa yang Anna katakan padaku kemarin? Dia bilang dia berharap kita tinggal bersama lagi sebagai sebuah keluarga, seperti seharusnya. Tidakkah kamu pikir putri kita pantas mendapatkan itu, Laura?” tanyanya dengan penuh harap, alisnya berkerut dengan ekspresi yang sangat sedih. Jelas sekali dia
Laura“Jason? Apakah dia bersamamu?” Di panggilan telepon itu, Gideon bertanya padaku setelah aku merangkum sedikit mengenai hariku yang rumit kemarin. Aku baru saja menyebutkan Jason di laporanku dan bahkan tidak menyadari bahwa itu dapat membuat Gideon cemburu.Aku menggigit bibirku, merasa gelisah, mengingat bagaimana Jason hampir selalu ada dan membantuku dengan hampir segalanya kemarin. Bukankah itu akan membuat Gideon khawatir karena Jason tetaplah mantan suamiku dan kami masih memiliki masalah yang belum terselesaikan?“Oh, iya. Jason muncul di tengah-tengah semua kebingungan ini dan membantuku. Kamu tahu dia dan aku tinggal di kota yang sama,” jawabku, memperbaiki rambut pirangku yang sudah memudar. Mungkin aku harus kembali mengecatnya dengan warna cokelat seperti dulu.“Sungguh, dia muncul untuk membantumu? Untunglah dia ada di sana untuk membantu. Lagi pula, Anna adalah putrinya juga. Akan aneh jika dia tidak ada di sana dalam situasi yang mengkhawatirkan itu,” katanya,
Laura“Jangan terlalu memercayai Graham, Lau. Kamu tahu dia hanya memberitahumu semua kebohongan itu untuk membuatmu kebingungan dan menculik putrimu,” kata Suzy dari ujung telepon lainnya, menunjukkan bahwa dia tidak percaya kalau dia dan aku bersaudara.Aku tidak bisa menyangkal bahwa aku sedikit kecewa dengan jawabannya karena, jika dipikirkan baik-baik kisah kami dan hal-hal yang kami lalui di masa lalu, ada konsistensi yang kuat bahwa, terlepas dari segalanya, Graham telah mengatakan yang sebenarnya. Sebenarnya, mudah untuk mengakui itu, tapi Suzy bersikap seakan-akan dia tidak ingin hubungan ini ada di antara kami dan aku tidak dapat memahaminya.“Iya, Graham memang sangat jahat, tentunya,” jawabku sambil tertawa pelan. “Namun, dengan begini, kita bisa melakukan tes DNA sederhana hanya untuk memastikannya,” saranku seolah-olah aku tidak menginginkan apa-apa.“Oh, kamu tidak perlu mengkhawatirkan itu, Laura. Itu tidak penting sekarang. Ada hal-hal yang lebih penting dan mendes
LauraJason membawaku ke rumahnya dan tidak ada yang dapat kukeluhkan karena aku ingin memeluk putriku dan menghabiskan sisa malam ini bersamanya. Jason membawaku ke tempat Anna sedang tertidur dan aku hampir mati ketika aku melihatnya berbaring di ranjang dan memeluk bantal. Aku menghampirinya dan berlutut, memeluk dan menciumnya.“Aku sangat mencintaimu, sayang …. Aku sangat merindukanmu,” tangisku. Tiba-tiba, seluruh diriku hancur karena apa yang terjadi padaku hari ini. Aku merasa sangat lemah dan ketakutan. Demikian pula, aku telah melalui banyak hal.“Apakah kamu mau mandi dulu? Aku telah mengatur airnya dengan temperatur yang kamu suka,” kata Jason padaku sambil menghampiriku dengan lembut.Aku menatapnya, sedikit ketakutan, dan mengusap air mataku, mencoba membetulkan posturku. “Terima kasih. Aku akan mandi,” kataku sambil bangkit dari lantai dan beranjak ke kamar mandi kamar itu. Akan tetapi, aku memberi tahu Jason dulu. “Temani dia, oke? Jangan tinggalkan dia sendirian.”
LauraAku baru saja berbicara dengan Suzy. Aku masih memegangi ponselku dan senyuman konyol tersungging di wajahku. Aku sangat bahagia semua hal berakhir dengan baik dan Suzy telah terbangun hingga aku mau tidak mau tersenyum. Hari itu terasa seperti wahana halilintar bagiku, dengan begitu banyak ketegangan dan aksi yang terjadi dalam waktu yang sangat singkat. Segala halnya sangat sulit untuk ditangani, tapi setidaknya semuanya berakhir dengan baik. Setidaknya, aku berharap semuanya berakhir dengan baik.“Jadi, mengenai wanita yang meneror putrimu …,” kata Detektif Gunadi, yang memimpin penggerebekan markas Lukman, seraya dia menghampiri mobil ambulans tempat Clara dan aku sedang menerima perawatan. Pria itu masih tertutupi oleh debu dari puing-puing bunker akibat ledakan salah satu dindingnya, tapi dia tidak terlihat terluka atau terguncang. Lagi pula, itu adalah pekerjaannya dan dia baru saja mencapai kesuksesan yang luar biasa hari ini karena Lukman dan bawahannya telah menyulitk
SuzyAnehnya, Tama terus menemaniku lebih lama dari yang kukira. Dia terus memberitahuku berita-berita baru, hal-hal yang telah terjadi ketika aku tidak sadarkan diri. Baru beberapa jam berlalu sejak aku kehilangan kesadaranku, tapi tampaknya seluruh dunia telah hancur. Aku diberi tahu bahwa berkat bantuan Jason, Laura berhasil menyelamatkan putrinya karena Jason dengan pintar memasang GPS pada kalung Anna dan terus melacak langkahnya untuk memastikan keamanan gadis itu karena mereka menghadapi banyak ketegangan dengan ancaman dari Kinan.Aku juga diberi tahu bahwa Jason bahkan menemaninya dalam misi berbahaya Laura, yang mana Laura harus pergi ke markas Lukman untuk menyelamatkan nyawaku dan temanku. Entah dari mana, apakah Jason telah menjadi orang yang baik ataukah dia hanya melakukannya untuk meyakinkan Laura untuk kembali padanya? Jelas sekali bahwa dia belum menyerah terhadap Laura, jika dia memang akan menyerah terhadapnya.Yang lebih membuatku terkejut adalah pasangan yang t
SuzyKetika aku terbangun, rasanya seperti aku baru saja bangun dari mimpi buruk. Hal pertama yang kulakukan adalah mengusap perutku dan aku terkejut ketika aku menyadari bahwa perutku kosong. Apa? Apa artinya itu? Apakah aku telah kehilangan bayiku? Aku ingat Graham menendangku dan mendorongku di tangga, tidak peduli jika aku sedang hamil atau tidak.“Tidak …. Putriku,” tangisku, meraba-raba perutku dengan ketakutan. “Kumohon, putriku ….”Alarm pun berbunyi. Aku bahkan tidak bisa bangun karena aku merasa sangat lemah. Kemudian, tim medis memasuki ruangan itu.“Tenanglah, Nona Allen. Putri Anda aman dan sehat. Anda telah melahirkannya,” kata mereka padaku, membuatku terkesiap terkejut.“Apa? Putriku sudah lahir?” tanyaku terkejut.“Iya. Dia sudah menunggu Anda. Jadi, Anda harus menenangkan diri dan bekerja sama supaya Anda bisa segera pulih. Putri Anda sedang menunggu Anda,” kata mereka padaku.Aku menangis, tapi sekarang karena merasa lega. “Putriku sudah lahir …. Dia baik-baik
TamaAku memperhatikan Laura meninggalkan rumah sakit bersama Jason dan putrinya. Pundak wanita itu tegang karena dia sangat mengkhawatirkan adiknya, tapi itu adalah hal yang wajar. Hari ini bukanlah hari yang baik baginya karena segala hal yang sedang dia lalui. Hari ini benar-benar tidak berjalan dengan baik bagi kami semua, setidaknya bagiku. Perdebatan dengan Fia membuatku hancur. Aku tidak egois. Aku tahu Fia juga sedang kesulitan, tapi momen itu sangat sensitif bagi kami semua. Seorang bayi baru saja lahir, ditambah, Suzy terancam akan mati. Fia harus menerimanya, menenangkan diri, dan membiarkan segala halnya begitu saja.Aku menghela napas dan bangkit untuk mengambil minum. Aku berencana tinggal di rumah sakit setiap malam jika diperlukan hingga mereka memulangkan putriku dan Suzy sudah terbebas dari bahaya. Aku melakukannya bukan karena aku menyukai Suzy, tapi karena dia pantas mendapatkannya. Aku berterima kasih padanya karena telah melahirkan putriku ke dunia ini.Aku tid
Laura“Sekarang giliranmu. Berikan tanganmu,” kata Jason sambil mengulurkan tangannya padaku untuk mengeluarkan aku dari bunker berbahaya, tempat baku tembak sedang terjadi antara para polisi dan penjahat yang telah mengancam akan membunuh adikku dan temannya.Ada garis ketegangan di antara mata Jason dan rahangnya terkatup. Dia tidak suka aku bersikeras menyuruhnya mengeluarkan Clara terlebih dulu, tapi aku tidak memberinya kesempatan selain menyelamatkan gadis itu terlebih dulu.Jadi, sekarang aku mengangkat tanganku ke arahnya supaya dia bisa membawaku pergi dari sana, tapi sebelum dia bisa menggenggam tanganku, tubuhku terpukul dengan keras dan terbanting ke lantai. Aku terengah-engah dengan berat ketika aku merasa paru-paruku kehabisan udara. Rasa sakit di bagian tubuhku yang terbentur mengenai lantai menyebar ke seluruh tubuhku. Sebelum aku mengetahuinya, seorang pria mencengkeram leherku dengan erat dengan tatapan membunuh di matanya.“Kamu yang menelepon polisi, ‘kan, dasar