Share

197. Sedikit Masa Lalu

Penulis: Henny Djayadi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-13 18:22:45

Setelah selesai melakukan podcast yang berlangsung lancar, Lila dan Nadya keluar dari studio dengan senyum puas.

Sopir yang ditugaskan Sean untuk mengantar kemana pun istri pergi terlihat sigap. Dia langsung membukakan pintu saat melihat Lila dan Nadya semakin mendekat.

Di dalam mobil yang nyaman, mereka bersiap menuju rumah sakit untuk melihat kondisi Rangga. Nadya duduk di sebelah Lila, tampak lebih santai setelah acara selesai.

“Lila, aku ingin tanya sesuatu,” kata Nadya dengan nada hati-hati, memulai pembicaraan.

Lila melirik sahabatnya sambil mengatur posisi duduknya. Kehamilannya yang sudah besar sering membuatnya tidak nyaman saat duduk.

“Tanya saja, Nad?”

Nadya memainkan jari-jarinya, sedikit gugup. “Kamu sudah tahu rencana pernikahanku dengan Rangga?” tanya balik Nadya.

“Sudah, dari Sean.”

Lila tidak pernah menduga jika dalam waktu singkat sahabatnya itu memutuskan untuk menikah dengan Rangga yang baru dikenalnya. Meski dari cerita yang dia dengar, itu terjadi atas paksaan Se
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   198. Makan Siang Bersama

    Di kantornya, Sean mengerutkan kening di hadapan layar laptop. Dokumen menumpuk di mejanya, setiap satu selesai, rasanya tiga lainnya muncul. Absennya Rangga benar-benar membuat beban kerja Sean meningkat drastis. Sean tahu Rangga butuh waktu untuk pulih, tapi situasi ini mulai menguji kesabarannya. "Pak Sean," Bella mengetuk pintu sebelum masuk, membawa sebuah map tebal berisi jadwal kerja yang telah diperbarui. "Ini jadwal Anda hari ini, cukup padat, terutama ada rapat dengan investor jam dua siang." Sean memijit pelipisnya, lalu melirik map tersebut. "Tolong kosongkan jadwal saat makan siang, Bella," katanya sambil menarik napas panjang. "Saya butuh waktu untuk diri sendiri." Bella mengangguk cepat, meskipun terlihat ragu. "Baik, Pak. Saya akan sesuaikan. Tapi jadwal sore tetap berjalan seperti biasa, ya?" Sean mengangguk tanpa menoleh. "Ya, tetap lanjutkan. Saya hanya butuh istirahat sebentar. Pastikan tidak ada gangguan saat makan siang." “Anda akan makan siang di luar atau

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   199. Setelah Makan Siang

    Sean baru saja menempelkan sedotan ke bibirnya, tiba-tiba suara ketukan terdengar dari pintu. Dia menghentikan gerakannya, menoleh ke arah pintu dengan ekspresi yang berubah seketika. Seolah sudah tahu siapa yang datang, Sean berdiri, meninggalkan meja tanpa sempat meminum minumannya. Bella yang masih berdiri di sudut ruangan tampak kaku, senyumnya perlahan memudar. Matanya mengikuti langkah Sean yang dengan cepat menuju pintu. Saat pintu terbuka, wajah Sean berseri-seri melihat sosok Lila berdiri di ambang pintu. “Kamu sudah sampai,” ucapnya hangat. Tanpa ragu, Sean meraih tangan Lila dan menariknya masuk. Dia menyambut istrinya dengan kecupan lembut di pucuk kepala, sebuah isyarat kasih sayang yang tulus. Lila tersenyum kecil menikmati sambutan tak terduga dari Sean. “Aku pikir kamu masih sibuk,” ujar Lila sambil melirik ke dalam ruangan. Matanya sempat menangkap Bella yang berdiri di sudut dengan ekspresi yang sulit diartikan. “Aku sudah selesai dengan sebagian pekerjaan, dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   200. Ancaman yang Nyata dan Sangat Dekat

    Sean memandang wajah lelah Lila yang tertidur di sofa, posisi yang sangat tidak ideal untuk ibu hamil. Tampaknya aktivitas panas yang baru saja mereka lakukan membuat Lila mengantuk dan langsung tidur. Tanpa berpikir panjang, Sean meraih blazer Lila yang tadi diletakkannya di samping sofa. Dengan hati-hati Sean menutupi tubuh istrinya, memastikan Lila merasa nyaman. Matanya kemudian melirik jam di pergelangan tangannya. Waktu menunjukkan bahwa dia hampir terlambat untuk bertemu klien penting. Sean menghela napas, menyadari bahwa mengundang Lila untuj makan siang bersama telah memakan lebih banyak waktu dari yang direncanakannya. Tetapi senyum kecil tersungging di wajahnya, dia tidak menyesal sedikit pun. Apa yang baru saja mereka lakukan seolah menjadi bahan bakar yang menyulut semangatnya untuk bekerja lebih keras lagi. Sean merapikan dasinya, lalu berlutut di samping sofa untuk membisikkan sesuatu ke telinga Lila. "Aku harus pergi meeting sebentar. Kamu tidur saja di sini," ucap

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   201. Siap Nyonya!

    Sean duduk di ruang kerjanya setelah meeting selesai. Wajahnya terlihat lebih santai saat dia membuka ponselnya. Ternyata Lila mengirimkan link podcastnya yang ternyata sudah dirilis. Sean tersenyum lebar melihat thumbnail istrinya, tampak begitu anggun dan percaya diri. Tanpa ragu, dia memutar podcast itu, membiarkan suara lembut Lila mengisi ruangannya.“Cantik,” gumam Sean sambil menyandarkan tubuhnya.Sebenarnya Sean bukan hanya terpesona oleh penampilan fisik istrinya yang semakain hari terlihat semakin cantik di matanya. Tetapi juga cara berbicaranya yang begitu elegan, cerdas, tenang, dan tetap ramah. Setiap kalimat yang keluar dari mulut Lila terasa terarah, memberikan nilai tanpa terkesan menggurui audiensnya. Terbersit penyesalan yang mendalam, karena pernah menyia-nyiakannya dengan mengabaikan segala kelebihan Lila selama dua tahun pernikahan mereka yang terdahulu.Namun, kesenangan Sean mulai terusik saat matanya terpaku pada kolom komentar.“Apa-apaan ini …” gumamnya, e

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   202. Salahkah jika Mendua?

    Bella menundukkan kepala, suaranya hampir berbisik ketika ia berbicara. “Maaf, Pak Sean. Saya tidak bisa menahan Bu Miranda.”Sean menghela napas panjang, rasa kesal beradu dengan kelelahan yang menumpuk di benaknya. Ia menatap wanita yang berdiri di hadapannya, seseorang yang pernah menjadi bagian dari hidupnya, kini terlihat rapuh, hampir hancur.Sean mengeraskan hatinya, tetapi sulit baginya untuk sepenuhnya mengabaikan Miranda. Ada sesuatu dalam matanya yang membuatnya merasa bertanggung jawab, meski dia tahu seharusnya tidak lagi.Sean mengisyaratkan kepada Bella untuk meninggalkan ruangan. Tanpa protes, sekretarisnya segera melangkah pergi, menutup pintu perlahan. Kini, hanya tinggal mereka berdua di ruangan tersebut. Hening terasa berat, seperti menyelimuti setiap sudut ruang kerja itu.“Sean, aku mohon.” suara Miranda pecah, serak, terhenti oleh isak tangis yang tidak bisa dia tahan. “Aku tahu aku tidak seharusnya datang ke sini, tapi aku tidak punya pilihan lain, Sean. Kamu s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   203. Masa Lalu yang Menyelamatkan

    Lila menjalani sesi latihan senam hamil di rumahnya. Meski sempat merasa tidak nyaman dengan Vicky yang dia ketahui adalah teman dekat Bella, tetapi Lila tidak menggantinya. Selama Vicky bisa bersikap professional, Lila tidak akan menggantikannya.Mungkin terdengar naif, tetapi Lila masih memegang teguh nasihat dari sang ayah. “Jangan pernah kau mempersulit jalan rezeki orang lain, kalau kamu tidak mau jalan rezekimu akan di hambat Tuhan.”“Senang ya, selalu diperhatikan suami,” ucap Vicky sambil membetulkan posisi tubuh Lila saat melakukan salah satu gerakan pendinginan.“Dia hanya sedang menjalankan tanggung jawabnya, tidak ada yang istimewa” jawab Lila dengan ekspresi datar, seolah apa yang dilakukan oleh Sean tidak ada istimewanya.Bukan tanpa alasan Lila melakukan hal tersebut. Bukan bermaksud tidak menghargai suaminua, Lila hanya tidak ingin memamerkan segala bentuk perhatian Sean untuknya kepada perempuan lain. Apalagi yang sudah terindikasi menunjukkan rasa tertariknya kepada

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   204. Rumah yang Di Tuju

    Miranda melangkah keluar dari ruang kerja Sean dengan langkah gontai, matanya masih basah oleh air mata. Wajahnya yang biasanya cerah dan penuh percaya diri kini tampak kusut seolah telah memudar auranya.Di koridor, Bella berdiri dengan ekspresi penuh tanya, menatap Miranda yang tampak hancur. Tanpa sepatah kata pun, Miranda melewati Bella, karena masih meratapi hidupnya yang telah hancur.Bella memperhatikan kepergian Miranda. Selama ini, dia selalu berpikir bahwa Miranda adalah ancaman nyata bagi Lila dan saingan berat baginya untuk bisa mendapatkan Sean.Bagaimana tidak? Miranda memiliki masa lalu dengan Sean, kecantikan luar biasa, dan status karir sebagai model papan atas. Tapi kenyataan di depan matanya membuat Bella terhenyak. Sean menolak Miranda, bahkan saat Miranda jelas-jelas menawarkan diri.Perlahan, Bella mulai menyadari sesuatu yang tidak pernah dia pikirkan sebelumnya. Ternyata dia tidak bisa meremehkan Lila begitu saja.Posisi Lila lebih kuat dari sekadar cinta. Dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   205. Istri yang Diidamkan

    Tidak bisa dipungkiri jika pada awalnya sosok Miranda masih mengganggu benak Sean. Cinta untuk sang mantan terasa masih membelenggu. Rasa ragu sempat menguasai hatinya.Tetapi semua itu seolah sirna, saat dirinya sudah menyatu dengan Lila. Meskipun untuk saat ini, bentuk tubuhnya tidak proporsional, tetapi tetap menjadi candu yang tidak tergantikan. Tidak ada lagi sosok Miranda terbayang di benaknya,“Lila,” ucap Sean dengan suara serak yang hampir berbisik. Dalam keheningan malam, nama itu terdengar seperti doa. “Aku mencintaimu,” lanjutnya diikuti kecupan kecil yang ia jatuhkan di setiap sudut wajah Lila.Lila mengangkat tangannya, menyentuh wajah Sean dengan lembut. Air mata menggantung di pelupuk matanya, menggenang tetapi tak tumpah.“Sean ...” Hanya itu yang mampu ia ucapkan, karena kata-kata lainnya terjebak dalam pusaran emosi yang memenuhi ruang hatinya.Bukan hanya sekali, kata cinta yang tidak pernah terucap sebelumnya, terdengar berulang kali dari mulut Sean. Seakan menjad

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16

Bab terbaru

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   263. Pengaman

    Lila sedang menimang Brilian dengan lembut, membisikkan lagu nina bobo hingga bayinya tertidur lelap. Tepat saat dia meletakkan Brilian ke dalam boks bayi, pintu rumah terbuka, dan Sean muncul dengan wajah lelah dan cemberut."Sudah pulang?" Lila menyapa dengan senyum kecil.Sean mengangguk pelan, menghempaskan diri ke sofa. Matanya melirik ke arah Brilian yang sudah terlelap."Terlambat lagi. Nggak bisa main sama Brili hari ini," gumamnya, nada suaranya penuh penyesalan.Beberapa hari terakhir, pekerjaan Sean terasa mulai menumpuk. Sean tidak lagi menyerahkan pekerjaan pada Rangga, karena Rangga sendiri sedang mempersiapkan pernikahannya.Lila mendekat, menyentuh bahu Sean dengan lembut, mencoba menenangkan hati suaminya. "Kamu masih bisa bermain dengannya besok pagi. Brilian juga butuh istirahat yang cukup supaya tumbuh sehat," ujarnya, mencoba menghibur. "Sekarang, kenapa nggak kamu mandi dulu? Aku siapkan air hangat, ya?"Sean menggeleng samar, lalu menarik tangan Lila hingga jatu

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   262. Sekretaris Baru

    Pagi itu, Sean kembali tenggelam dalam rutinitas pekerjaannya. Setelah beberapa minggu cuti untuk mendampingi Lila dan Brilian, ia merasa harus segera mengejar pekerjaan yang sempat tertunda. Beruntung, Alex, sekretaris baru yang sebelumnya dilatih Rangga selama masa trainee, sudah cukup paham dengan ritme kerja Sean.Di ruang kerjanya, Alex dengan serius membacakan jadwal hari ini. "Pukul sepuluh, ada rapat dengan tim pemasaran. Setelah itu, makan siang dengan klien potensial dari Singapura. Dan sore, wawancara dengan media terkait peluncuran produk baru."Sean mengangguk mendengarkan, sesekali mencatat poin penting. Meskipun Alex masih baru, Sean menghargai kerja kerasnya. Ia paham bahwa semua orang butuh waktu untuk beradaptasi, termasuk dirinya yang kini harus terbiasa bekerja dengan Alex.Saat Rangga masuk ke ruangan, ia melihat Sean masih tampak canggung dengan sekretaris barunya. Dengan gaya santai, Rangga melemparkan komentar sambil tertawa kecil. "Setidaknya sekarang Mas Sean

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   261. Trauma

    Pagi itu, sinar matahari menerpa lembut taman kecil di depan rumah. Sean tampak berdiri di bawah bayangan pohon sambil menggendong Brilian. Ia memiringkan tubuhnya sedikit agar wajah mungil putranya terkena sinar matahari pagi yang hangat. Wajah Sean terlihat begitu damai, penuh kasih, saat ia berbicara pada bayi kecil itu."Brilian, lihat itu burung di sana," ujar Sean sambil menunjuk burung pipit yang hinggap di cabang pohon. "Kamu tahu nggak? Burung itu terbang untuk mencari makan. Papa juga bekerja untuk memastikan kamu selalu punya makanan yang bergizi. Biar nanti kamu tumbuh kuat."Di dalam rumah, Lila memperhatikan pemandangan itu dari balik jendela. Senyum hangat tersungging di bibirnya. Tak pernah terlintas di benaknya bahwa Sean, yang dahulu tidak mau memiliki anak, bahkan melakukan segala cara untuk mencegahnya, kini berubah menjadi seorang ayah yang begitu penuh cinta dan perhatian.Bi Siti datang dengan langkah ringan, kini sudah berdiri di belakang Lila. "Mbak, sarapan s

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   260. Berondong

    Pagi itu matahari bersinar cerah, menembus tirai jendela rumah Sean dan Lila. Waluya sudah bersiap dengan tas kecilnya, berdiri di ruang tamu dengan wajah tenang dan tatap mata hangat penuh kasih sayang.Waluya ingin segera pulang untuk kembali ke kesibukannya beternak, bukan karena tidak betah, tetapi dia tidak ingin mengganggu kehidupan pribadi anaknya. Namun, berbeda dengan Waluya, Inayah terlihat masih enggan meninggalkan rumah putrinya yang besar dan mewah. Pandangannya terus menyapu setiap sudut ruangan, seolah tidak rela meninggalkan kenyamanan yang baru saja dirasakannya.“Lila, Sean,” ujar Waluya dengan suara lembut namun penuh wibawa. Ia memandang putrinya dan menantunya bergantian. “Jaga rumah tangga kalian baik-baik. Suami istri itu harus bisa saling memahami dan bekerja sama. Jangan sampai masalah kecil memicu perpecahan. Dan ingat, Brilian adalah titipan Tuhan. Besarkan dia dengan kasih sayang dan ajarkan dia menjadi manusia yang berguna.”Lila menatap ayahnya dengan mat

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   259. Adik Ipar

    Acara akikah Brilian akhirnya selesai menjelang sore. Para tamu mulai berpamitan satu per satu, meninggalkan rumah yang kembali tenang setelah hiruk-pikuk sejak pagi. Sean mengantar tamu terakhir hingga ke gerbang, sementara Lila duduk di ruang keluarga bersama orang tuanya.Waluya melihat jam tangannya, merasa waktunya untuk pulang sudah tiba. "Kami pamit pulang, Nak," katanya kepada Lila, suaranya terdengar lembut tetapi ada rasa yang belum tertuntaskan."Sudah malam, Pak. Menginap saja di sini," Lila mencoba membujuk, rasa rindunya terhadap sang bapa belum terobati.Waluya menggeleng, tersenyum tipis. "Sekarang bapak sudah tidak nganggur lagi di rumah, Lila. Bapak diberi modal Sean untuk beternak ayam. Daripada bapak tidak ngapa-ngapain, bikin badan sakit semua.”Sebenarnya alasan Waluya beternak karena dia tidak ingin terus bergantung pada Sean. Dia ingin bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Baginya sudah terlalu banyak pemberian dari menantunya tersebut.Lila terdiam, menata

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   258. Dua Rumah yang Berbeda

    Rumah Sean dan Lila penuh dengan kebahagiaan saat acara akikah Brilian berlangsung. Tamu-tamu datang silih berganti, membawa doa dan harapan terbaik untuk bayi mungil itu.Sean tampak sibuk menyapa tamu, sementara Sekar dengan sigap memonopoli perhatian Brilian. Sekar hampir tidak memberikan kesempatan bagi Lila untuk menggendong anaknya sendiri."Kamu masih dalam masa pemulihan, Lila. Jangan memaksakan diri," ucap Sekar yang terdengar sangat otoriter dan tidak ingin dibantah. Ia bahkan menambahkan alasan yang terdengar aneh, "Kalau sampai Brilian menendang perutmu bagaimana? Bahaya kalau sampai bekas jahitanmu terbuka lagi?"Lila hanya tersenyum tipis, memilih untuk tidak memperdebatkan hal itu. Dia tahu, meskipun terkadang menyebalkan, perhatian Sekar adalah bentuk kasih sayangnya.Di tengah keramaian, hadir Waluya dan Inayah, orang tua Lila. Kehadiran mereka membuat mata Lila berbinar."Bapak, Ibu!" seru Lila dengan penuh haru. Dia bergegas bangkit dari duduknya untuk menyambut ked

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   257. Papa juga Pengen

    Sean mengepalkan tangannya, tetapi tetap menjaga nada suaranya rendah, mengingat Lila dan Brilian ada di sana. “Aku tidak memperumit apa pun. Aku hanya meminta waktu, Mama.”Sekar mendesah berat, lalu mengalihkan pandangannya ke Lila. “Lila, kau tahu aku hanya ingin yang terbaik untuk Brilian. Tetapi lihat saja apa yang sudah Sean lakukan. Bertahun-tahun kau dibuat seperti wanita yang tidak bisa memberikan keturunan. Siapa yang melakukan semua itu, Lila? Bukankah Sean?”Lila hanya diam. Ucapan Sekar seolah mengorek luka lama yang membuatnya pernah bercerai dengan Sean.“Itu sudah masa lalu. Aku mohon jangan mengungkitnya lagi.” Sean tidak ingin pembicaraan tentang masa lalu itu kembali mempengaruhi Lila.Saat ini dia dan Lila ingin memperbaiki rumah tangganya. Apalagi saat ini sudah ada Brilian di antara mereka“Masa lalu itu berpengaruh pada masa kini, Sean. Kalau saja kau tidak keras kepala, semua ini tidak perlu terjadi,” Sekar balas menukas.Melihat Lila semakin tertekan, Sean men

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   256. Drama Sebelum Pulang dari Rumah Sakit

    Ruangan bayi itu terasa hangat dengan sinar matahari pagi yang masuk melalui tirai jendela. Di sebuah kursi empuk, Lila duduk dengan Brilian di pelukannya. Bayi kecil itu, dengan kulitnya yang mulai merona sehat, menyusu dengan tenang. Sean duduk di sampingnya, matanya tidak pernah lepas dari pemandangan menakjubkan di depannya.“Dia sangat kuat,” bisik Sean dengan suara penuh rasa syukur, tangannya menyentuh lembut bahu Lila.Lila tersenyum, meski matanya masih sedikit berkaca-kaca. “Aku tidak pernah merasa sebahagia ini, Sean. Melihatnya seperti ini, mendekapnya ... Semua rasa sakit itu terasa sepadan.”Dokter spesialis anak yang selama ini menangani Brilian tampak lega melihat interaksi keluarga kecil di hadapannya. Dia pun langsung menyampaikan kabar baik untuk mereka.“Brilian telah menunjukkan perkembangan yang luar biasa. Berat badannya sudah meningkat stabil, dan paru-parunya bekerja dengan baik. Jika tidak ada perubahan signifikan, dalam beberapa hari ke depan, kalian bisa me

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   255. Nasib Dua Wanita Ular

    Kedatangan Theo di sambut hangat, mereka seperti teman yang sudah lama tidak bertemu.“Abang ada?”“Di dalam,” jawab singkat pria berbadan tegap di hadapannya.Setelah berbasa-basi sebentar, Theo melangkah mantap menuju ke sebuah ruang yang sepertinya sudah sangat dia kenal.“Bang!” sapa Theo sambil membuka pintu.Selo Ardi tersenyum tipis melihat kedatangan Theo. Pria itu sedang duduk di balik meja kayu besar dengan secangkir kopi di tangannya.Selo Ardi bergegas bangkit menyambut kedatangan Theo yang dahulu adalah anak buahnya. Mereka berpelukan sebentar sambil menepuk punggung."Duduklah," ucap Selo Ardi sambil menunjuk kursi di depan meja."Terima kasih, Bang," sahut Theo dengan penuh rasa hormat setelah mengambil tempat.Sejenak kedua saling beradu pandang. Selo Ardi menghembuskan napas kasar sambil tersenyum lebar kala menatap mantan anak buahnya dulu.“Aku bangga padamu.” Selo Ardi merasa Theo banyak belajar dan bisa menjalankan setiap misi dengan baik.“Ini semua juga karena A

DMCA.com Protection Status