Share

205. Istri yang Diidamkan

Penulis: Henny Djayadi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-16 19:21:37

Tidak bisa dipungkiri jika pada awalnya sosok Miranda masih mengganggu benak Sean. Cinta untuk sang mantan terasa masih membelenggu. Rasa ragu sempat menguasai hatinya.

Tetapi semua itu seolah sirna, saat dirinya sudah menyatu dengan Lila. Meskipun untuk saat ini, bentuk tubuhnya tidak proporsional, tetapi tetap menjadi candu yang tidak tergantikan. Tidak ada lagi sosok Miranda terbayang di benaknya,

“Lila,” ucap Sean dengan suara serak yang hampir berbisik. Dalam keheningan malam, nama itu terdengar seperti doa. “Aku mencintaimu,” lanjutnya diikuti kecupan kecil yang ia jatuhkan di setiap sudut wajah Lila.

Lila mengangkat tangannya, menyentuh wajah Sean dengan lembut. Air mata menggantung di pelupuk matanya, menggenang tetapi tak tumpah.

“Sean ...” Hanya itu yang mampu ia ucapkan, karena kata-kata lainnya terjebak dalam pusaran emosi yang memenuhi ruang hatinya.

Bukan hanya sekali, kata cinta yang tidak pernah terucap sebelumnya, terdengar berulang kali dari mulut Sean. Seakan menjad
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   206. Podcast Kedua

    Pagi itu terasa hangat. Sinar matahari menyelinap melalui bukaan lebar, menerangi meja makan tempat Sean dan Lila duduk bersama. Di depan mereka, sepiring roti panggang, omelet, dan secangkir kopi hangat mengisi meja.“Kamu yakin bisa sendiri untuk podcast hari ini?” Sean bertanya sambil menyeruput kopinya. “Biasanya Nadya selalu ada di sana buat kamu.”Lila tersenyum kecil, mengaduk teh di cangkirnya perlahan. “Aku yakin, kok. Lagipula, Nadya juga butuh fokus untuk pernikahannya. Ini kesempatan bagus buat aku belajar lebih mandiri.”Sean mengangguk, menatap istrinya dengan bangga. Tetapi ada rasa takut yang tidak bisa dia tutupi. “Jangan tergoda sama Dennis, ya. Dia itu terkenal playboy.”Lila tertawa pelan mendengar ucapan Sean. “Playboy bilang playboy.”“Aku serius, Lila. Kamu tahu sendiri kan skandal yang melibatkan dirinya.”“Sejujurnya aku lebih khawatir denganmu. Kalau kamu tidak hati-hati, bisa saja kamu terjebak skandal seperti Dennis,” ucap Lila diikuti helaan napas panjang,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   207. Jebakan Sekar

    Di sebuah bridal ternama, Nadya berdiri di depan deretan gaun pengantin yang berkilauan di bawah sorotan lampu. Tangannya menyentuh lembut salah satu gaun yang menjuntai anggun, Jari-jarinya menyentuh lembut renda halus di salah satu gaun, matanya terpaku pada detail kristal swarovski yang tertata sempurna.Namun, ketika matanya jatuh pada label harga yang tergantung di sana, napasnya tercekat. Angka yang tertera lebih dari sekadar nominal, itu adalah jurang pemisah antara mimpinya dan kenyataan."Semua gaun di sini adalah koleksi eksklusif, Kak," suara ramah seorang karyawan menyapa Nadya. Perempuan itu melangkah mendekat, senyumnya hangat. "Desainnya dibuat langsung oleh desainer terkenal, dan materialnya diimpor dari Eropa. Gaun ini, misalnya, menggunakan sutra terbaik dari Italia."Nadya mengangguk pelan, berusaha menyembunyikan rasa gentar di balik wajahnya yang berusaha tetap tenang. "Oh, bagus sekali," gumamnya, meski pikirannya melayang ke tabungannya yang jelas tidak cukup un

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   208. Keberanian Nadya

    “Maksud Bu Sekar?” tanya lirih Nadya sambil menyeka air matanya.Sekar menatap Nadya dengan dingin, senyum kecil tersungging di bibirnya. “Sebenarnya yang saya minta bukanlah hal yang sulit.”“Jika saya bisa, tentu saya akan melakukannya.” Bagi Nadya hutang budi atau pun uang sama-sama membuatnya tidak nyaman. Tetap ada yang harus dibayar.“Pertemukan saya dengan Lila!” ucap Sekar dengan suara yang terdengar dingin dan tatap mata yang tajam.“Maksud Bu Sekar?” tanya Nadya yang terlihat bingung dengan permintaan perempuan paruh baya di hadapannya.Nadya mengerutkan dahinya. Setahunya Sekar adalah ibu mertua Lila, tentu dengan mudah dia bisa menemui Lila kapan saja. Tetapi mengapa harus meminta bantuan dari dirinya?“Setelah Sean dan Lila rujuk, Sean melarangku untuk bertemu dengan Lila. Sean masih marah padaku, karena dia menganggap aku yang membuat mereka bercerai.” Sekar memperlihatkan wajah sedihnya, berusaha menarik simpati Nadya.Nadya terdiam, dia merasa ada alasan lain yang memb

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   209. Jadi Simpanan Sekar

    Sekar meninggalkan restoran dengan langkah cepat, ekspresinya penuh amarah. Nadya hanya bisa menghela napas panjang, perasaan bersalah menghantui dirinya. Dia sadar, kebodohannya menerima bantuan Sekar tanpa berpikir panjang telah menyeretnya ke dalam masalah besar.Sambil meremas tasnya erat, Nadya segera memutuskan untuk menemui Rangga. Apapun nanti yang akan terjadi, yang Nadya tahu adalah dia harus jujur tentang masalah ini kepada calon suaminya.Nadya melangkah gontai menyusuri Lorong rumah sakit. Seharusnya saat ini Rangga bisa fokus pada pemulihan kesehatannya setelah mengalami kecelakaan. Tetapi kebodohannya telah memberi beban berat kepadanya.Wajah Rangga terlihat letih karena baru saja selesai fisioterapi, tetapi senyum kecil tersungging ketika melihat calon istrinya datang.“Sudah kangen, ya?” tanya Rangga dengan nada menggoda.Nadya menggelengkan kepala lemah. Air matanya tidak tertahan lagi, menangisi kesalahan dan kebodohan yang telah dia lakukan.“Jangan katakana kalau

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   210. Masa Depan Baru

    “Sepertinya otak cantik calon istriku ini pola pikirnya harus ditata ulang,” ucap Rangga sambil menoel hidung Nadya. “Bu Sekar tidak serendah itu.”Bagi Rangga, Sekar benar-benar sosok pahlawan yang telah banyak berjasa kepadanya. Dengan segala bantuan yang diberikan Sekar, Rangga mampu mengangkat derajat keluarganya.“Lalu apa yang diinginkan oleh Bu Sekar darimu?” tanya Nadya terdengar mendesak jawaban secepatnya.“Bu Sekar memintaku untuk memata-matai setiap gerak-gerik Mas Sean, terutama yang berhubungan dengan perempuan. Tapi aku tidak mau, karena menurutku Mas Sean sudah dewasa dan tahu apa yang dia lakukan.”“Dia suka main perempuan?”Rangga tersenyum mendengar pertanyaan Nadya. “Mas Sean bukan lelaki yang seperti itu. Bu Sekar hanya tidak ingin ada skandal yang bisa menghancurkan reputasi perusahaan.”“Kalau kamu?”“Maksudnya?” tanya balik Rangga sambil mengerutkan dahinya, tampak bingung dengan pertanyaan yang baru saja terlontar dari calon istrinya.“Kamu suka main perempuan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   211. Pelampiasan Nafsu Semata

    Podcast bersama Dennis Surahman telah berakhir. Dennis Surahman mengantar Lila sampai di depan studionya.“Ini podcast yang luar biasa banget. Terima kasih, Lila, sudah mau berbagi cerita di sini. Kalau ada kata-kata saya yang salah atau terlalu nyentil, saya minta maaf. Jangan kapok, ya, kalau diundang lagi!” ucap Dennis dengan gayanya yang begitu akrab sambil terkekeh.Lila tersenyum, merasa nyaman dengan suasana santai yang diciptakan Dennis. “Saya justru senang bisa berbagi di sini. Kalau diundang lagi dan ada waktu dengan senang hati saya akan datang,” jawab Lila sambil tertawa kecil.Dennis mengangguk antusias. “Mantap, itu baru jawaban seorang Lila. Oh iya, satu lagi nih sebelum kita tutup. Saya doakan semoga proses persalinannya nanti lancar, bayinya sehat, dan ibunya juga sehat. Kalau lahirnya cowok, boleh dong disekolahin buat jadi atlet basket, biar kaya bapaknya dulu.”Lila mengerutkan keningnya, karena dia tidak pernah mendengar Sean pernah menjadi atlet basket.“Belum pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   212. Adu Domba

    Lila duduk di sofa ruang keluarga, laptop terbuka di depannya. Jari-jarinya mengetik naskah untuk konten berikutnya, tapi pikirannya tidak sepenuhnya fokus. Setiap beberapa menit, dia menoleh ke arah pintu, berharap melihat kemunculan suaminya.Dia menghela napas, mencoba kembali fokus pada pekerjaannya. Namun, bayangan foto-foto Sean dengan Miranda terus mengganggu pikirannya.“Kalau sedang dibutuhkan malah pulang telat," gumamnya pada diri sendiri, mencoba meredakan kegelisahan. Tapi semakin dia berpikir, semakin hatinya terasa berat.Lampu di ruang keluarga menyala temaram, menciptakan suasana yang tenang. Namun, ketenangan itu tidak terasa di hati Lila. Dia menatap layar laptopnya, tapi pikirannya melayang ke berbagai kemungkinan yang membuat dadanya terasa semakin sesak.Suara detik jam dinding terasa semakin jelas di telinganya. Lila menoleh lagi ke arah pintu. Tidak ada tanda-tanda Sean pulang. Dia memejamkan mata sejenak, menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri."Aku h

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   213. Suami yang Tidak Peka

    “Sean, apakah kau masih ingat kejadian saat kita makan siang di kantormu, beberapa hari yang lalu?”Sean tersenyum tipis menatap istrinya. “Kau lebih suka makan siangnya atau sesudahnya?” tanya Sean dengan nada menggoda karena mengira Lila ingin mengulang kembali pergulatan panas siang itu.Tetapi Lila tidak membalas senyum Sean, bahkan tatap matanya tetap serius langsung tertuju ke arah Sean.Senyum Sean perlahan memudar. Dia tahu bahwa istrinya tidak sedang bercanda. Nada suara Lila, tatapan matanya yang serius, menandakan bahwa apa pun yang akan dibicarakannya ini bukan hal sepele.“Bukan itu, Sean. Aku merasa ada yang aneh dengan minuman yang aku minum waktu itu.”“Baik, lalu ….” Sean masih ingat saat pertama meminumnya Lila mengatakan ada yang aneh dengan jus miliknya.Lila menghela napas dalam-dalam, mencoba mengatur emosinya agar bisa berbicara dengan tenang hingga mudah dimengerti oleh Sean.“Setelah makan siang aku merasakan tubuhku memberi reaksi yang berbeda. Aku begitu ing

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19

Bab terbaru

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   318. Makan Siang di Hotel Bintang Lima

    Ryan menunduk, suaranya nyaris tenggelam dalam riuh rendah restoran. "Ibuku seorang penderita skizofrenia."Rina terkejut. Matanya membulat, menatap Ryan yang kini tampak begitu rapuh di hadapannya. Ia tidak menyangka, di balik sikapnya yang selalu tenang dan terkendali, Ryan menyimpan luka sedalam ini.Rina bertanya dalam hati, apakah ini yang membuatnya selalu terlihat murung?Ryan menghela napas, menatap ke arah lain. "Aku sadar, menikah denganku tidak akan mudah, Rina. Aku tidak bisa menjanjikan hidup yang sempurna. Aku tidak bisa menjanjikan segalanya akan baik-baik saja. Tapi ..." Ia menatap Rina, dalam dan tulus. "Aku bisa menjanjikan ketulusan."Rina masih diam, hatinya berkecamuk. Ia tidak pernah membayangkan beban yang harus ditanggung Ryan. Ia tahu, memiliki anggota keluarga dengan gangguan mental bukanlah sesuatu yang mudah. Ada tanggung jawab, ada pengorbanan, ada kesedihan yang mungkin tidak bisa dimengerti orang lain.Tanpa sadar, Rina meraih tangan Ryan. Ia menggenggam

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   317. Kenyataan Pahit yang Lain

    Ryan menatap bayangannya di cermin, menyisir rambutnya dengan perlahan. Wajahnya tampak tenang, tapi pikirannya tidak. Rina masih memenuhi benaknya.Sejak perpisahan mereka, ia berusaha mengalihkan perhatian dengan pekerjaan dan kesibukan lainnya, tetapi bayangan gadis itu selalu muncul, terutama di saat-saat seperti ini, saat ia sendiri, berdiri di depan cermin, menghadapi dirinya sendiri.Dengan helaan napas panjang, Ryan meraih ponselnya dari meja. Jemarinya ragu sejenak sebelum akhirnya mengetik pesan."Rina, bisakah kita bertemu? Mungkin untuk yang terakhir kali."Ia menatap layar, mempertimbangkan apakah ini keputusan yang tepat. Namun sebelum bisa berubah pikiran, ia menekan tombol kirim.Detik-detik berlalu terasa lambat. Ia menunggu dalam diam, berharap, tapi juga takut akan jawaban yang mungkin ia terima. Lalu, ponselnya bergetar."Baiklah, di mana?"Ryan merasakan dadanya sedikit lega, meski di baliknya ada kegelisahan. Ia segera mengetik balasan."Bagaimana kalau di Restor

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   316. Jawaban yang tak Kunjung Datang

    Setelah makan malam, mereka duduk santai di ruang keluarga. Sekar duduk di sofa dengan nyaman, sementara Lila menyandarkan kepalanya di bahu Sean yang duduk di sampingnya. Brilian sudah tertidur pulas di kamarnya, membuat malam terasa lebih tenang.Sekar menyesap teh hangatnya, lalu melirik ke arah Sean. “Sean, apartemen kamu di Regal Hight itu sampai sekarang masih kosong, ya?” tanya Sekar santai.Sean menoleh ke ibunya, lalu mengangkat bahu. “Iya, Ma. Kenapa?”Sekar menatapnya dengan tajam. “Apa rencanamu dengan apartemen itu?”Sean menghela napas, melirik sekilas ke arah Lila yang tampak mendengarkan obrolan mereka dengan tenang. “Belum ada rencana, Ma,” jawab Sean akhirnya.Sekar langsung bersuara dengan nada tegas, “Kalau begitu lebih baik disewakan saja. Daripada dibiarkan kosong, hanya menghabiskan biaya perawatan.”Sean kembali melirik Lila, kali ini lebih lama. Sebenarnya, dia punya rencana sendiri untuk apartemen itu. Sesekali, dia ingin mengajak istrinya ke sana, menghabisk

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   315. Kena Marah Semua

    Setelah kelahiran Brilian, ada rasa kurang nyaman saat mereka menikmati kebersamaan. Beberapa kali Brilian terbangun di saat yang tidak tepat, hingga membuat Sean dan Lila terpaksa menyelesaikan dengan cepat, bahkan pernah akhirnya tidak dilanjutkan.Tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada, Sean dan Lila menikmati kesempatan yang diberikan oleh Sekar. Terasa seperti bulan madu saat menikmati kebersamaan penuh gairah tanpa ada gangguan.Tidak harus terburu-buru untuk saling memberikan kenikmatan. Bahkan Sean tidak perlu membekap mulut Lila agar suara desah dan jeritannya membangun Brilian.Setelah berburu kenikmatan bersama dalam berbagai gaya diiringi dengan erangan dan desahan, akhirnya Sean dan Lila bisa mencapai puncak bersama. Sean melabuhkan kecupan lembut di bibir Lila sebelum menjatuhkan tubuhnya tepat di samping Lila dan memeluknya dengan erat. Sementara itu Lila berusaha menormalkan kembali deru napasnya yang tidak beraturan.“Apa motif mama melakukan ini semua?” Lirih suara

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   314. Hadiah dari Sekar

    Sean mendekati mamanya dengan hati-hati. Ia tahu Sekar tidak suka ditentang, tetapi ia juga tidak bisa diam melihat istrinya terluka.Dengan nada lembut berharap tidak menyinggung perasaan sang mama, Sean melontarkan pertanyaan, “Ma, kenapa Lila menangis? Apa ada sesuatu yang terjadi?”Sekar menoleh ke arah Sean, dia terlihat santai sambil tetap bermain dengan Brilian.“Ah, cuma masalah kecil, Sean. Aku hanya bilang ingin tidur dengan Brilian malam ini. Sepertinya Lila tidak terima.”Sean menarik napas panjang, mencoba meredam emosinya. “Ma, aku tahu Mama sangat menyayangi Brili. Tapi Lila sudah seharian di kantor. Dia hanya ingin memeluk anaknya malam ini. Tidak bisakah Mama memberikan waktu untuk Lila dan Brili bersama? Besok, Mama bisa bermain sepuasnya dengan Brili saat kami bekerja.”Sekar menatap tajam ke arah Sean, matanya seolah ingin menembus akal sehat putra semata wayangnya.“Mama tidak ingin mengajakmu hitung-hitungan. Mama tidak pernah meminta imbalan untuk merawat Brili,

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   313. Memonopoli Cucu

    Inayah memijit pelipisnya dengan kesal setelah mendengar keluh kesah Delisa melalui telepon. Kata demi kata yang terlontar dari bibir putri bungsunya masih terngiang-ngiang di telinganya."Bu, Mbak Lila sekarang sombong. Dia nggak peduli lagi sama aku setelah jadi bos. Apa dia lupa kalau aku adiknya?" Nada bicara Delisa terdengar penuh keluhan, membuat hati Inayah ingin segera bertindak.Yang ada dalam benak Inayah, saudara itu harus selalu rukun dan saling menolong. Tidak ada salahnya Lila yang sudah memiliki kehidupan yang baik menolong adiknya yang sedang merintis karir.Tanpa berpikir panjang, Inayah meraih ponselnya dan bersiap menghubungi Lila. Namun, sebelum ia sempat menekan nomor, Waluya menghentikannya."Tunggu dulu, Bu. Jangan bertindak gegabah. Masalah Lila dan Lisa kali ini tentang pekerjaan, bukan urusan keluarga," ucap Waluya dengan tenang."Tapi, Pak, masa Lila begitu sama Lisa? Mereka kan saudara! Lila harusnya lebih perhatian sama adiknya," sahut Inayah dengan nada t

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   312. Sikap Lila di Hadapan Delisa

    Setelah acara pengumuman berakhir, suasana di Mahendra Securitas mulai kembali tenang. Sekar terlihat tenang tetapi penuh perhatian ketika menggendong Brilian yang tertidur pulas di pelukannya.Langkahnya mantap menuju mobil, sementara Lila berjalan di sampingnya dengan raut wajah yang terlihat berat melepas kepergian putranya. Untuk pertama kalinya dia akan terpisah dalam waktu yang lama dengan putranya.Sekar tersenyum lembut, menatap menantunya dengan penuh pengertian. “Lila, Brilian akan baik-baik saja. Aku akan merawatnya dengan baik, seperti dulu waktu merawat Sean. Kamu fokus saja pada tugasmu di sini. Percayalah, ini juga untuk kebaikan Brilian.”Meskipun hatinya masih ragu, Lila akhirnya mengangguk. Dia tahu Sekar memiliki pengalaman dan kasih sayang yang luar biasa. Saat Sekar bersiap memasuki mobil bersama Brilian, Lila dan Sean mendekat untuk memberikan kecupan perpisahan kepada putra kecil mereka.Lila mencium kening Brilian dengan lembut, air mata hampir jatuh dari sudut

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   311. Pengumuman Pemilik Baru

    Mahendra Securitas sedang dipenuhi kasak-kusuk. Di sudut-sudut kantor, pembicaraan tentang pengganti Sekar menjadi topik utama.Beberapa karyawan menduga Andika dan Ryan, dua nama lama yang pernah menjadi bagian perusahaan, akan kembali memimpin. Namun, Nadya, yang dikenal sebagai tangan kanan Sekar, menepis rumor tersebut.Dengan senyuman penuh rahasia, Nadya hanya berkata, “Tunggu saja, kalian akan tercengang.”Di salah satu ruangan, Delisa mendengar percakapan itu. Rasa ingin tahunya memuncak, dan dengan hati-hati, ia mendekati Nadya. Dalam hati Delisa merasa senang saat mendengar jika Sekar akan digantikan. Gadis mud aitu sudah merasa tidak betah dengan sikap keras Sekar kepadanya.“Kak Nadya,” katanya dengan nada penuh harap, “apa benar akan ada pemimpin baru? Siapa dia?”Nadya menatap Delisa, senyumnya penuh teka-teki. “Kamu akan tahu nanti, Delisa. Ini kejutan besar,” jawabnya singkat, meninggalkan Delisa semakin penasaran.Semua karyawan diminta berkumpul di aula perusahaan se

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   310. Aku Bukan Lelaki Seperti Itu

    Akhir pekan itu, suasana cerah menyambut kedatangan Sean dan Lila di rumah Sekar. Mobil berhenti perlahan di depan rumah dengan halaman luas yang dikelilingi pohon-pohon rindang.Sekar yang sejak tadi menunggu di teras langsung bangkit dengan senyum mengembang, begitu melihat Lila turun dari mobil sambil menggendong Brilian, cucunya yang baru berusia enam bulan.“Cucu oma sudah datang!” seru Sekar dengan penuh semangat.Lila menyerahkan Brilian pada ibu mertuanya, dan Sekar langsung memeluk bayi itu erat, mengajak bicara dengan nada lembut penuh kasih sayang.“Gantengnya oma. Sudah besar ya sekarang? Lihat, kamu makin gemuk!” ucapnya sambil mencium pipi Brilian yang montok.Meski Brilian belum mampu memberi jawaban, tetapi Sekar terus berbicara sendiri dengan penuh antusias. Sean dan Lila hanya tersenyum, mengikuti di belakangnya sambil membawa tas perlengkapan bayi.Kebahagiaan terpancar jelas di wajah mereka saat melihat Sekar begitu ceria bersama cucunya.Dan kini, mereka duduk di

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status