“Orang luar tidak sepantasnya mengomentari kehidupan keluargaku,” jawabnya dengan geraman. Burka menelan salivanya dengan kesulitan, wanita itu kembali tertunduk menatap lantai. “Maaf saya sudah lancang. Namun saya akan tetap mengatakannya, nona Leary berhak hidup dengan baik, jika Anda tidak menginginkannya, biar saya antar nona Leary ke tempat yang lebih baik. Saya percaya, jauh di lubuk hati Anda, Anda adalah orang yang baik dan peduli, karena saya harap Anda memikirkan saran saya.” “Atas dasar apa kau berbicara selancang itu padaku?” “Karena saya tahu alasan mengapa selama ini nyonya tidak pernah mau kembali ke sini.” Burka mengungkapkan isi hatinya lebih berani. “Selama nyonya hidup, Anda hanya mengiginkannya kembali, tapi tidak dengan nona Leary. Jika Anda benar-benar mencintai nyonya, Anda juga harus mencintai keluarga Anda. Maafkan atas kelancangan saya Tuan, saya mengatakan ini karena saya percaya dengan kemurahan hati Anda. Selamat malam.” Burka membungkuk dan segera und
“Karena Ferez sangat baik kepadaku, aku bersyukur bertemu Ferez.” Mendadak Ferez kehilangan selera makannya, anak itu termenung memikirkan perkataan Leary yang sudah membuat perasaannya tidak nyaman. Jika orang seperti dia di anggap baik, lantas seperti apa keluarganya?. Ferez menatap Leary dengan serius, pikirannya memaksa Ferez untuk melihat Leary seperti hewan peliharaan yang tengah dia beri makan dan sekadar menjadi teman bermainnya. Ferez tidak ingin terikat lebih jauh meski itu sebuah pertemanan dengan mahluk berjenis perempuan. “Ferez kenapa diam saja?” Ferez menggeleng samar mengembalikan kesadarannya lagi. “Ada apa denganmu?” Decih Ferez dengan kesal melihat wajah Leary di penuhi cream yang menempel. “Apa?” Tangan Ferez menjangkau wajah Leary dan mengusap pipinya. Tubuh Ferez menegang kaget, untuk pertama kalinya dia menyentuh pipi lembut Leary, pipi Leary sangat mirip dengan anak macan peliharaannya. Usapan Ferez berhenti, namun anak itu mencubitnya dengan keras dan
Suara riuh penuh antusias terdengar di penjuru tempat, Ferez menempelkan nomer urutnya yang kini sudah mendaftar untuk ikut memanah. Ferez ikut lomba ini hanya sekadar untuk bermain-main saja dengan Petri dan tidak mau susah-susah jika nanti ingin menemui Leary. Ferez melakukan ini karena dia tahu Petri tidak menyukainya, jika nanti Ferez akan pergi menemui Leary, Petri pasti akan melarangnya. Karena itulah, Ferez mengambil jalan sederhana ini untuk mempermudah hidupnya. Ferez segera memasuki lapangan, kepalanya menengadah seketika dan melihat ke sekitar, Ferez berharap jika ayahnya tidak datang. Sangat memalukan untuk Ferez jika ayahnya datang dan melihat, ini untuk pertama kalinya Ferez ikut kompetisi memanah. Bola mata Ferez berhenti bergerak, bibirnya mencebik kesal melihat Chaning melambaikan tangannya sambil memegang sebuah teropong. Chaning duduk di barisan tengah di temani oleh sang kepala sekolah. Alih-alih senang, Ferez berdecih kesal dan memaki didalam hati. Ferez seger
Riuh penonton masih terdengar, Chaning ikut bertepuk tangan bersama para penonton yang lainnya mengapresiasi kemenangan Ferez. Chaning tersenyum puas, ternyata ada gunanya dia sering mengajak Ferez pergi berburu di hutan. Tidak jauh dari Chaning, Darrel segera beranjak dari duduknya hendak pulang karena kompetisi yang sudah lakukan Petri sudah usai. Darrel tidak berniat menonton pertunjukan Ellis karena sebentar lagi dia harus melanjutkan pekerjaannya. Dalam langkahnya yang melewati beberapa anak tangga menuju pintu keluar, Darrel melihat kembali Petri yang kini duduk termenung di kursi sendirian terlihat kecewa dengan kekalahan yang di dapatkannya. Darrel tidak kecewa dengan kekalahan Petri. Sudah hal biasa dalam pertandingan ada yang menang dan ada yang kalah. Sudah saatnya pula Petri belajar berlapang dada ketika dia mengalami kekalahan karena tidak semua hal yang di rencanakan menghasilkan keberhasilan. Darrel melihat ke arah pintu dan segera pergi keluar tanpa berniat menemui
“Kemarin kau mau apa?” Chaning sedikit melunak. Leary sempat terdiam sambil menggaruk pipinya yang tidak gatal, anak itu sedang berusaha keras mengingat apa yang ingin dia tanyakan kemarin. Sebelum menjawab pertanyaan Chaning, Leary sempat merangkak ke atas bangku dan duduk di sisi Chaning. “Kemarin saya mau bertanya apa yang di sukai ayah dari anaknya. Saya ingin membuat ayah saya tidak membenci saya lagi,” cerita Leary terdengar di penuhi banyak tekad. Sayangnya, cerita Leary tidak bisa Chaning pahami dan rasakan, alih-alih mendapatkan simpati Chaning, pria itu malah berpikir, benci atau tidaknya ayah Leary, itu bukan urusan Chaning. Tapi bagaimana cara Chaning untuk mengusir anak itu agar dia berhenti mengikuti dan mengganggunya? Haruskah aku membunuhnya? Lehernya sangat mudah di patahkan. Pikiran Chaning mulai di penuhi hal-hal kotor dan kejam lagi hanya karena tidak ingin di ganggu oleh Leary. “Namamu Leary kan?” tanya Chaning. Leary mengangguk berantusias. Tubuh Chaning
Petri berjalan menyusuri jalan, kekalahan yang dia dapat hari ini membuat Petri terjatuh ke dalam kesedihan yang mendalam. Selama ini Petri selalu berusaha untuk menjadi anak yang sempurna, cerdas, kuat dan bertanggung jawab, ha itu di karenakan Petri adalah tumpuan masa depan keluarga McCwin. Petri selalu berusaha membuat Darrel bangga dengan menjadi anak yang sempurna agar Darrel memperhatikan dirinya. Hari ini Petri mengalami kekalahan, betapa besar rasa kecewa yang dia rasakan di dadanya hingga membuat Petri di landa kekhawatiran jika Darrel juga kecewa padanya. Dalam keramaian di orang-orang di sekitarnya, Petri berjalan sendirian tanpa sopir yang menjemputnya karena mobilnya tengah dipakai Ellis untuk pergi belanja dengan teman-temannya. Mengenai Ellis, seperti biasa adiknya itu lebih sibuk menghabiskan waktu bersma teman-temanya meski dia tahu betul bahwa sekarang Petri tengah sedih. Terkadang Petri merasa kecewa dengan sikap Ellis, adiknya begitu selalu ingin menjadi nome
Dalam keheningan Petri terduduk di kursi belajarnya, anak itu menatap kegelapan dengan sendu. Perasaan kecewa atas kekalahannya dari Ferez masih membelenggu hati Petri hingga membuatnya gelisah. Sudah cukup lama Petri duduk di ruangan perpustakaan sekadar mengurung diri dan menenangkan diri. Selama dua jam duduk tidak ada satupun orang yang masuk, terutama Ellis yang tidak Petri lihat sejak perpisahan mereka di sekolah. Rasa sesak di dada mulai Petri rasakan, wajahnya memanas tidak membuatnya nyaman, Petri demam. *** “Kau mau ke mana?” Chaning bersandar di pagar tangga, melihat Ferez yang kini mengenakan coat hitam keluar dari kamarnya. “Ke luar sebentar,” jawab Ferez terdengar santai, anak itu melewati Chaning begitu saja dan melangkah menuruni beberapa anak tangga. “Ke mana?” tanya Chaning lagi. “Ayah tidak perlu tahu.” “Jika kau tidak memberitahu, pintu rumah ini akan tertutup rapat dan tidak mengizinkanmu masuk sampai besok pagi,” ancam Chaning tidak main-main. “Terserah,
Sudah hampir satu jam Ferez berada di pinggiran sungai Thames, entah sudah ke berapa kalinya dia menengok ke belakang menantikan kehadiran Leary. Sayangnya orang yang Ferez nantikan tidak menunjukan tanda-tanda dia akan datang, padahal Ferez ingin meneraktir Leary makanan lagi untuk merayakan kemenangannya. Cuaca kian dingin, langit yang gelap di hiasi gerimis membuat Ferez harus pergi beranjak dari tempatnya. Ferez pergi dari tempat itu menaiki taksi menuju wilayah Kensington untuk menemui teman satu-satunya yang sudah cukup lama tidak dia temui. Kedatangan Ferez di sambut oleh Noah Brown, seoarang anak laki-laki yang seusia Ferez. Mereka berdua sudah berteman sejak lama karena hubungan bisnis antara Chaning dan orang tua Noah. Koneksi yang di miliki keluarga Brown di jadikan sebuah jalan untuk Chaning memasukan beberapa barang seludupan untuk di jual kepada beberapa bangsawan melalui keluarg Brown. Tidak jarang Chaning juga menjadi penyokong kesuksesan bisnis keluarga Brown kare