Semua angan-angan dipatahkan kucing hitam. Li xiao kembali ke kehidupan nyatanya. "Bentar-bentar aaakkkhhh," teriakan begitu nyaring. Baru menyadari kalau kucing hitam bisa bicara, mulut hatinya sudah berbentuk 0.
Serasa ucapannya penuh ledek, "Sudah terlambat! Apa ini kehebatan Assassin? Sepertinya itu terlalu berlebihan. Huuh, dasar manusia tidak memiliki mata yang bagus!" sindir kucing hitam. Mengerti aksi terkejutnya. Sambil mengibaskan ekor dan membuang dagu penuh remeh terhadap Li xiao. Mulut Li xiao kembali komat-kamit, kesal akan ucapan itu, "Sialan, jika bukan dirimu yang menghampiriku! Apa aku akan berada di sini? Siapa si bodoh yang main melompatiku dan berakhir di sini?" tak kalah pedas balasan Li xiao.
Mencoba menegarkan kata, "Huh! Kau saja yang bodoh, seharusnya aku melompat di waktu yang salah dan malah membawa rohmu ke sini!" sergah kucing hitam. 'Sial kenapa waktu itu aku malah melompat ke arahnya? Ku kutuk granat itu menjadi babi gendut dan disembelih!' cicit jantung hatinya. Kucing hitam membohongi Li xiao. Seluruh badan di bulu, hingga ke bola mata berwarna hitam menyala.
'Sst, aku tak percaya tadinya. Kalau kucing hitam pembawa sial, tapi aku malah berakhir di sini,' suara lubuk hati Li xiao. Dia mencoba bangun, ingin meninggalkan kucing hitam. "Haah, sudahlah yang harus di lakukan adalah bertahan hidup di dunia ini 'kan? Jadi nona Keempat, pinjamkan kakak ini tubuhmu dan kakak akan memanfaatkannya sebaik mungkin. Mulai sekarang, tidak akan ada yang menindasmu. Tenang saja, aku akan menjaga tubuhmu dengan baik, bahkan sangat baik. Bila ada yang mengores sedikit saja, heheh. Gini-gini aku seorang Assassin, mata dibayar mata, darah dibayar darah, daging dibayar daging. Karena nama kita yang sama, cuma berbalik. Begitupun dengan nasib kita. Mulai detik ini, namamu menjadi namaku Li xiao, aku anggap Xiao li sudah mati! Semisal, aku tidak mau tinggal di sini--- apa aku masih hidup? Mungkin menyatukan tubuhku di duniaku tidak bisa," langkah demi langkah dilalui dengan ocehan.
Tangan Li xiao menggenggam angin kosong. "Hahahha," tawa iblis. Menemani langkahnya sedari tadi. Baru tersadar di depan pohon. Matanya menyaksikan pohon di depan tampak tidak asing. "Perasaan ini pohon pernah kulihat?" memiringkan kepala. Mengamati keadaan di sekitar. Suaranya melompat keluar, "Akkkkhhhh, aku tidak tahu jalan, hehe 'kan ada Ponsel." Tangan meraba tubuh mencari ponsel. Triiing! Sebuah cahaya ilahi yang mengingat di dalam otaknya.
Brughhh.
Jatuhan diri Li xiao di rerumputan lembab. "Tidak ada ponsel, tidak ada internet, bagaimana caranya aku pulang? Yaahhh, kenapa aku harus berada di sini? Apabila aku bereinkarnasi, bukankah kamu bisa memberiku para Duke? Bukannya berkeliaran di lembah!" rajuk Li xiao. Mulut cemberut tidak tahu arah jalan pulang. Di ingatannya, merasa tempat ini asing. Susah payah mengumpulkan energi, supaya bisa berdiri. Kalau bukan dirinya seorang pembunuh, mati hidup sering dia temui. Dia tidak akan bisa berdiri. Ketika bernapas, paru-paru terasa sesak. Tubuhnya benar-benar berat di saat berjalan. Apalagi, terus-terusan mengelilingi tempat yang sama, dari tangkapan matanya.
"Singkirkan pemikiran bodoh itu!"
"Akhh, bisakah sebelum bicara kau membuat suara terlebih dahulu? Ingatlah, aku belum terbiasa dengan kucing gosong sepertimu! Jelek, hitam, gendut sana glow up dulu!" mulutnya tanpa rem. Mencibir kucing hitam untuk berubah seperti pemikirannya.
"Whatt!" desis kucing hitam mengangkat bibir atas. Sampai memperlihatkan gigi taring. Ekspresi julidnya tidak bisa ditahan. "Haah, dasar manusia, percayalah kamu akan hidup di Zaman batu! Tidak ada internet, tidak ada fasilitas modern!" ketus kucing hitam. Kembali menyungsepkan hati Li xiao. 'Aaahhh! Tidak bisa selfie untuk mengabadikan diriku! Sial kenapa aku ikutan ke sini?' batin kucing hitam. "Cepat jalan!" himbuh kucing hitam menuntun Li xiao .
"Hah! Apa kau tahu jalan?" remeh Li xiao. Menepuk pakaian, baru bangun dari tidur.
"Cih! Kamu mengajukan pertanyaan itu untuk siapa? Bahkan jalan lubang semut pun aku tahu," congkak kucing hitam menaikkan dagunya lagi.
Mereka berdua mulai berjalan, dua putaran. Lalu memasuki goa, terus keluar goa. Tiga putaran, masih saja tidak menemukan pemukiman. Pupil Li xiao menyala, menyoroti kucing hitam. "Heheh, aku tidak pernah ke sini, sst! Pantaku terasa panas," gumam kucing hitam. Masih berjalan memimpin entah ke mana.
"Bajiangn mana yang berani menipuku? Kebetulan aku lapar, akibat berjalan kaki. Emst! Seandainya membuat gulingan daging terasa enak," sarkasnya. Terasa air liur menetes.
"Meow, ide yang bagus. Egkh, itu ide yang buruk!" sangkal kucing hitam. Baru menyadari ucapan Li xiao. 'Ahh dia mau menggulingku? Dasar manusia bodoh! Tapi bila aku belum kunjung menemukan kediamannya, bisa-bisa benar aku menjadi kucing guling,' pikir kucing hitam. Kelopak mata memejam, sambil mengedikkan pundak.
"Ekhh, ayo ikuti aku." Lagi memimpin jalan. Sebisa mungkin meyakinkan Li xiao.
"Uh! Baiklah, tak apa misalkan kembali ke sini lagi. Kamu akan menjadi santapanku heheh," balasan Li xiao. Membuat kucing hitam merinding.
"Ini?" Hentian kaki Li xiao di goa lagi, meski masih siang tetap terlihat malam.
"Cepat masuk, kita istirahat dulu!"
"Idihh, siapa bosnya di sini?"
"Aku, meow-meow grrrr," goar-goar kucing hitam. Agar Li xiao tidak mengerti umpatannya.
Goa itu begitu lembab dan sunyi. Telinga kucing hitam berkedut, mendengar ada yang datang. Bola mata bergerak ke kanan-ke kiri, tetapi Li xiao berjalan seperti biasa. "Ada yang datang!"
Li xiao menoleh sejenak, menghampiri kucing hitam. "Apah? Siapa itu gosong?" sambil mengikuti penglihatan Kucing hitam.
"Meow, aku bukan gosong! Aku peringatkan namaku Xia yu. Jangan panggil aku nama bodoh itu! Aku adalah pemimpin klan kucing ke 19. Beraninya manusia bodoh sepertimu, memperlakukanku begini!" teriak Xia yu si kucing hitam.
Gadis ini tidak percaya, "Pemimpin klan ke 19? Kucing tetaplah kucing."
"Kamu--"
"Hahaha, maaf menyela kalian. Tapi aku tidak suka keributan. Bagaimana kalian mendiam dan menjadi santapanku?" sela seekor kupu-kupu sedikit besar. Jari-jarinya begitu runcing, berwarna merah darah. Xia yu mulai ketakutan. Namun, amarahnya di bangkitkan oleh Li xiao. Malah mereka tidak memperdulikan kupu-kupu.
"Eiggh, apa kau bilang? Kau yang bodoh! Semua leluhurmu bodoh! Coba lihat, di mana kita sekarang? Apa kau buta arah," ejek Li xiao menepis angin lalu. Pertengkaran menjadi-jadi.
"Kamu, dasar manusia bodoh! "
"Apah!"
"Hei! Hei, kalian mengabaikanku? Terima akibatnya!" Kesempatan kupu-kupu mendekati mereka berdua. Selagi mereka bertengkar.
Swusgh!
Lajuan kupu-kupu, menyerang mereka berdua di saat adu mulut.
"Diam kao!"
Sembur mereka secara bersamaan, terganggu oleh kupu-kupu. Namun, kupu-kupu ini masih menyerang. Semakin dekat, dekat dan dekat.
Braghh! Plung-plung-plung!
Sekali hempas oleh Li xiao dan Xia yu, untuk menyingkirkan kupu-kupu yang berubah menjadi besar.
''Aww, apa kalian tidak takut?"
"Sst!" Li xiao dan Xia yu berhenti saling cekcok dan melirik kupu-kupu.
"Bentar! Dia bisa bicara juga?"
"Haah, aku harus menjelaskan lagi! Kamu bisa mengerti bahasa Hewan atau Binatang. Awalnya, hanya aku tapi kamu juga bisa menguasainya. Itu karena tingkat akar roh spiritual, binatang itu sedikit kuat. Kalau lemah atau tidak bersamaku. Kamu tidak akan mengerti," penjelasan Xia yu(Kucing hitam) bak penuh wibawa.
'Aku pikir, aku tidak mengerti juga, tapi aku tidak boleh terlihat bodoh di depan gadis tengik ini! Yang boleh terlihat bodoh hanya dia seorang hehee,' akal licik Xia yu tertawa dalam diam. Li xiao mencoba mempercayai. Karena dia sendiri benar-benar tidak tahu. Semua yang dia lihat dari bukaan mata, begitu asing. Dia menoleh ke kupu-kupu, berubah mengecil, "Hah! Siapa kamu? Mau kuratakan tepat ini."
"Ampun-ampuni saya, Hamba hanya penunggu goa ini," rengek kupu-kupu.
"Penunggu? Bukannya hanya penumpang? Di goa ini," ejek Li xiao. Tanpa belas kasihan, sambil mengorek-ngorek telinga dengan jari.
"Hey! Dasar manusia bodoh! Aku ini Kupu-kupu darah! Sekarang aku belum kuat, karena belum menemukan majikanku!" geramnya yang tidak terima begini.
"Akhhh," dengus Li xiao seraya menggeleng. Kupu-kupu kembali berwujud kecil, itu sekoin perak. Li xiao lagi-lagi terkejut, dia kian mendekat. "Wahh, kamu bisa berubah?"
"Tentunya!"
"Hey, sudahlah di mana jalan menuju negeri Pùbù,'' potong Xia yu.
"Bukannya kamu tahu itu?" balas Li xiao. Yang mana, sudah sedikit curiga dari awal tabiat si kucing hitam satu ini.
Dia memunculkan senyum kuda, "Hehe, aku sedikit lupa."
"Lupa atau tidak tahu jalan?" pancing Li xiao lagi. Membuat Xiao yu kembali kesal.
"Kamu!"
"Sudahlah, biar aku yang antar, aku yakin kalian berdua orang-orang yang kuat," sela kupu-kupu. Memuji mereka berdua. Li xiao dan Xia yu mengeluarkan cengirnya masing-masing.
"Ah, kamu tidak perlu menyanjungku," elak Li xiao. Padahal hatinya sudah berbunga-bunga.
"Meow, kamu boleh juga! Huh aku tidak akan melobangi sayapmu," timpal Xia yu. Sama-sama tersipu akan ucapan manis kupu-kupu.
"Tapi … dibadingaian dengan yang lainnya, kalin lemah!"
"Nanii?"
"Jangan tatap aku seperti itu! Ahh it--tu .…" kelik kupu-kupu semakin mendekati Li xiao. Di telunjuk jari Li xiao terdapat sebuah cincin berwarna Ruby merah. Kupu-kupu menghinggapi telunjuknya, lantas menancapkan mulut. Menghisap darah Li xiao. Dia hanya mendiam menerima sengatan itu yang secepat kilat.
Syurrr!
"Sst, akhh!"
Tiiiing!
"Li xiao manusia bodoh!" sembur Xia yu menghampirinya. Gadis itu tergeletak di bawah, ulah gigitan kupu-kupu. Xia yu spontan mengeluarkan taring dan memaju…*..*
Kupu-kupu berubah menjadi kecil, hinggap di telunjuk Li xiao dan menghisap darahnya. Cukup satu suntikan dan hisapan, mampu membuat Li xiao jatuh dari berdirinya. Matanya kian menutup dan tergeletak di bawah. "Hehehe aku menemukan Tuanku." "Bicara apa kau! Meow! Jika aku tidak membunuhmu sekarang, maka kamu menjadi saudaraku. Meow!" Memperlihatkan kuku. Swutt-swuth. Mencakar! "Hey! Hentikan kucing bodoh! Hentikan." Hushh!
Li xiao perlahan-lahan mengangkat kedua tangan, wajahnya sedikit ragu. 'Meski pria itu berlumur darah dan baju terkoyak. Aku bisa merasakan tekanan yang kuat mengintimidasiku. Tatapan mata itu tidak bisa didekati dan disentuh. Jika aku kabur dari sini? Sepertinya ide yang bagus hehe,' batin Li xiao masih mendiam. 'Bila kau kabur dari sini, jangan meninggalkanku,' balas Xia yu. "Ekkkhh!'' Erang Li xiao membuat pria ini semakin mendekatkan pedang. Hanya beberapa langkah dengan Li xiao. "Emmm," geram Li xiao kembali mendiam. 'Bodoh kita bisa mendengar pikiranmu! Maksudku, pikiran kita saling terhubung. Aku bisa me
Memperhatikan seorang gadis tegap dan berani berbicara kepadanya, pria ini menyunggingkan bibir. Lebih membentuk seringai lalu. "Bagaimana kau menyelamatkanku, sedangkan kau tidak bisa menyelamatkan diri sendiri?" Li xiao tidak bisa menjawab, omongan itu memang benar. Rupanya, Li xiao tidak kehilangan akal, dengan cepat memangkas otak. Agar pria ini percaya dengannya. 'Bagaimana caranya aku mengatasi pria ini? Aku baru bereinkarnasi, apa mau mati lagi? Ahh! Bisa-bisa orang lain yang tahu akan menertawaiku,' hati Li xiao. Tangan yang ke atas mulai menurun dan kian merapat satu sama lain. Membentuk genggaman di depan perut. Baru kali ini merasakan kegugupan. Tanpa sadar, meremas jari-jarinya hingga tidak sengaja. Telunjuk kiri, menyentuh cincin Ruby di telunjuk kanan.
Pria ini menghunus pedang ke depan, disaat Li xiao di bawah. Tidak ada rasa kasihan atau bersalah. Pedang itu merobek Hanfu Li xiao, membuat sayatan di tengah Hanfu. Untung saja, dia bergerak cepat membelah kaki. Jika tidak, pedang itu mendarat di paha dan kaki. Tepat di belahan kaki Li xiao, dari paha ke pinggul. "Yaaah! Bajingan!" pekik Li xiao. Memelototi pedang yang merobek Hanfu di sela-sela kakinya. "Boleh juga," tarikan pedang, dibarengi desisan. Pria ini kembali mengangkat pedang, menyerang kedua kalinya. 'Tidak-tidak, aku tidak ingin mati, sial tubuh ini begitu lemah dan lambat!' rutuk hati Li xiao. Swush. "Etss, tidak kena," ledek Li xiao cepat memundur. Lelaki ini kembali mengeluarkan ringisan, ulah luka yan
Seorang pria tua, membawa sebuah kotak persegi empat. Seperti laci yang ditumpuk menjadi satu, bila ditarik setiap lubang memiliki peralatan medis. Dia berjongkok, meletakan kotak yang berwarna cokelat tua. Sedikit ukiran di pintu dan di atasnya ada sebuah gagang untuk pegangan. Memusatkan mata, tangan meraih tangan kanan pria yang terluka. Benih mata bergeser kekanan-kekiri sedikit pejaman. Mengangguk, tangan kirinya berada di bawah tangan pangeran. Jari telunjuk kanan dan tengah disatukan, diletakan di tangan pangeran, tepat di pergelangannya. Mengintip ke botol yang dipegangnya. "Pangeran, ini-ini obat apa? Tapi menurut nadi Pangeran. Sudah stabil, serta suhu badan pangeran tidak tinggi, tetapi Hamba akan melakukan yang terbaik. Untuk mengeluarkan sisa-sisa serpihan ini," ucap hati-hati seorang tabib.
Suara lembut memburu, "Adik, kamu masih hidup? Aku tak percaya ini, apa benar ini kamu?" menghampiri mereka. Li xiao menoleh sesudah mendapat pelukan hangat dan rasa khawatir. Sehabis melewati hutan, lembah dan goa. 'Lihat penampilan ini, anggun dan menawan, tapi kata-katanya busuk! Kamu pikir aku sudah mati?' lirih jantung hati Li xiao. "Matalu buta?" "Adik, apa yang adik katakan?" Tampaknya sang kakak tidak terlalu mengerti, tetapi maksud dari Li xiao mungkin dimengerti. 'Kenapa si bodoh ini menjadi sangat agresif? Angkuh! Apa otaknya kebentur?' pikir nona pertama. Melihat gelagat adiknya terbilang aneh. "Dasar tidak berguna! Sudah baik Kakakmu mengkhawatirkan, kamu malah membentaknya! Seharusnya, memberi hormat terlebih dahul
Meluncur ke atas. Tangan kurus mengambil sebuah pisau, melempar! Scukk! "Aghhk!" Gedebrak! "Aaaghh!" teriak dayang. Mencering seorang pria berbaju hitam, jatuh tepat di depannya. Menarik tubuh ke belakang, tangan dan kaki semakin bergetar. Pria itu telah dipastikan mati. Mendapat, satu lemparan pisau oleh Li xiao. “Boleh juga kau, meski belum memasuki akar spiritual,” ledek Xia yu. “Bukan berarti, aku tidak bisa membunuh satu tikus 'kan? Sial, tubuh ini begitu lemah. Dulu, aku melempar pisau anginku--- bergerak lebih cepat dari ini!" melihat tangannya. Kembali menggenggam kesal! Memang dia menguasai t
Li xiao menegakkan badan. Bibir seperti jantung, memucat dan mengering. Wajahnya penuh lebam-lebam, kerusakan fisik yang dideritanya sedikit menghilang. Akibat terendam di lembah Húdié. Kekuatan magis di kawah lembah, paling tinggi diantara negeri Pùbù. Kultivator tingkat 1 yang berendam di sana, ketika keluar menjadi tingkat 2. Seperti Li xiao, tubuh Xiao li tidak bisa membuka akar jiwa spiritual. Dia tidak bisa memasuki cincin ruang. Namun, badannya terendam ke dasar mendapatkan sedikit manfaat. Dia bisa membuka cincin ruang. Tetap belum bisa berkultivasi, manfaat yang diterima. Bisa membuka cincin ruang dan menjalin hewan kontrak. Lewat dari satu hari saja, dia tidak bisa melakukan hal ini lagi. Begitupun sebaliknya, sekali menjalin kontrak, tid
Jiang Zu, “Tepat! Nona Keempat jatuh, tapi tidak menyentuh tanah.” Berdiri, turun ke lapangan. Menegaskan, “Apa aku salah lihat, Pengawas Wang?” Seolah darah naik ke permukaan wajah Pengawas Wang, mengatur napas. “Tidak-tidak, saya tidak berani, tapi ini … ini… pertama kali ada hal seperti ini.” Meskipun mata duitan, tetap sadar dalam situasi ini. “Saya takut ada kesalahan, Pangeran Ketujuh ka–”“Pengawas Wang terlalu kaku, kau sendiri yang bicara, peraturan ‘kan emang perlu dilanggar.” “Tidak perlu di tanyakan, dia tidak menyentuh tanah! Sudah jelas, dia menang!” cetusan kata dari Pangeran Kedelapan.Semua orang diam, menerima apa yang terjadi, ‘Apa yang menarik darinya? Semua orang membela!’ batin Pengawas Wang. Tawa terpaksa keluar, “Hahaha, benar juga perkataan para Pangeran, dia,” melirik Li xiao, alis meninggi, sesaat menurun menahan amarah, “Menang.” Bola mata Ming yi mendelik, meraih lengan Pengawas Wang. “Apa?!” Menghentakkan tangan, meski suka uang, mendapat situasi pa
Anak jarum, melempar! Bagi Ming yi, ini bukan apa-apa. “Kau pikir aku buta!” Menangkis!Li xiao mundur, ‘Dia jeli juga, kalau ini?!’ Mengeluarkan jarum dari dua tangan. Melempar satu-satu, mengelilingi udara.Hak! Serbuan anak jarum menghujani Ming yi, bukan hanya dua jurus. Seluruh jurus Li xiao hampir keluar. Semua ini tidak berarti, tersenyum. “Cukup sudah main-mainnya.” Mengeluarkan pedang, di simpan di balik punggung. Mata memicik, sudut mulut kiri meninggi. “Hak!”Serangan begitu cepat, Li xiao tidak bisa menghindar. Gaun hanfu hitam merah tersobek, bagian lengan kiri menimbulkan darah. Merunduk, bertumpu dua kaki. “Aku pasti membalaskan semua yang kuterima! Walau ‘tak sepenuhnya, kupastikan kau mengingat ini!” Meremas jari, menyeka keringat. Tangan menyobek ujung hanfu, membalut luka. Penonton memperhatikan semua gerak-gerik mereka di arena. “Wah lihat itu, adiknya tidak segan-segan di sembelih!”“Untung bisa menghindar kalau tidak, lehernya melayang!”Mulai berbincang, samb
Li xiao dengan Ming yi.Seluruh penonton bergejolak mendengar teriakan pengawas Wang.“Huuuh!”Hampir semua penghuni balai, menebak Li xiao kalah telak dari Mingyi. Bahkan, senyum cerah adik kelima mengumandang. “Haha, dia bisa buat apa lagi?”Mendadak mendapat bertemu di arena yang sama, Li xiao sedikit curiga. ‘Heh! Memangnya aku takut.’ Menurunkan sikapan, mendekati Ming yi.Seolah dia tahu, siapa pertandingan pertama babak kedua ini. “Cepat bersujud, aku tidak akan memberimu belas kasihan … kalau sudah di atas.” Ming yi menggeleng, dia tidak bisa menang.Tidak terpancing, “Owh! Kau bisa melakukannya sekarang.” Malahan membalikan maksudnya.Para penonton semakin bersemangat, meskipun tahu pasti yang kalah, tapi cukup menghibur juga.Masuk bersamaan, pengawas Wang melempar bendera. Dua mata saling menyahut, tidak terlepas dari tatapan tajam.Ming yi menurunkan tangan kanan, sang hewan kontrak langsung muncul. Mengangkat tangan kanan, kuku panjangnya menyentuh ujung dagu, melirik ke
Seorang pria tinggi, bersama pria bertubuh gempal. Sang pengawas memberi abah-abah, mereka memasuki arena.Para penonton di balai Tàiyáng bersorak meriah, menyambut pertarungan babak pertama. Pengawas Wang melempar bendera kecil, ketika bendera mendarat pertarungan dimulai.Kletak.Dua pemuda melangkah ke depan, secara bersamaan mengeluarkan tinju. Namun, bagi pria tinggi yang memiliki bekas luka di pelipis. Sungguh ancaman besar bagi musuhnya, sangat terlihat jelas.Sang lawan terkapar hanya dengan satu pukulan, penonton bersorak. Pemenangnya sudah diputuskan, perkiraan dia baru menggunakan sepertiga kekuatan. Lawan telah tumbang, Bing bin sedikit bersemangat.Prok-prok!Tepukan tangan penonton. “Wah, benar-benar pemuda hebat! Ini seperti bukan bertarung.” Pengawas Wang memuji, melanjutkan ke pertarungan selanjutnya.Hingga puluhan pemain telah tumbang oleh si pria tinggi, babak pertama tentu dimenangkan olehnya. Detik ini, Bing bin memasuki arena, melawan pria seumurannya. “Lebih b
Pangeran ketujuh, Shen Jiang Zu. Li xiao memicingkan mata. “Ka-kamu.”“Adik, cepat masuk– beri hormat pada Pangeran Ketujuh.” An ran memapah masuk.Jiang Zu menepuk kipas. “Tidak masalah, jangan terlalu formal padaku.” Kedipannya membuat bulu berdiri, mau bagaimanapun dia tetap keluarga kerajaan. Memberi hormat, badan lurus 90 derajat, bangun, segera ke kamar.“Aku telah menunggu begitu lama, maukah kamu membuatkanku secangkir teh?”Li xiao terhenti, melirik ke samping. “Hah?” Kurang mengerti, entah trik apalagi yang digunakan.Ming bai menahan marah, melihat gelagat anaknya, tidak mau menyanjung. Mengusulkan, “Pangeran tunggu.” Bergegas ke putri keempat. “Cepat, layani Pangeran dengan baik.”Apa menjual putrinya? Hanya bisa menggeleng, badan di paksa di dudukan. “Pangeran silakan, kalau kurang sesuatu panggil kami.” Ming Bai membawa sisa anaknya keluar.Hanya berdua.Seolah Li xiao ingin ada badai merobohkan rumah, tidak perlu basa-basi. “Untuk apa kau datang? Jangan harap memaksa
Menarik sekuat tenaga!Menghindar ke kiri, mengangkat tangan, jijik disentuh. “Bedebah, hari ini biar aku yang menghukummu!” Sring!Dua jarum emas turun di ujung kanan jemari mungilnya, memutar sekali lempar!Jarum melesat maju, kecepatannya tidak bisa diimbangi mata si gendut. Menancap dua betisnya. “Aghh!”Merunduk, dua tangan menumpu tubuh, kalau tidak— sudah berguling di tanah. Si hitam mendekat. “Kamu kenapa? Cepat bangun!”“Kakiku, sakit! Gak bisa gerak!” Mengusapi dua kaki di balik hanfu coklat. Temannya mengikuti rabaan tangan gemuk. Mencoba mencari akar permasalahan di kaki.Merasakan ada yang ganjal, “Agh!” Tidak bisa dicabut, terlalu sakit. Jarum emas tertancap sepertiga, panjangnya setelunjuk. “Wanita gila, kau tidak tahu siapa ayahnya?” Tidak peduli! Jangankan ayah si pria gendut seorang wakil biro jasa hukum tingkat 3. Bahkan, anak kaisar pun tidak melepaskan begitu mudah.Menyilangkan tangan, bibir kiri meninggi dengan sedikit senyum. “Owh! Kata terakhirmu?” Li xiao
Seluruh keluarga Lu, siap mengadili kesalahan Li xiao. Meng yi paling antusias, sekaligus kesal mengapa masih selamat? “Kakek, lihat dia,” menunjuk. “Kenapa bisa pulang malam?”Lu San Tu memandang penuh, mencoba memberinya pembelaan. Sebelum bisa, dipotong Lu Nian. “Sudah jelas, melakukan perbuatan ‘tak senonoh!”Sang ibu segera meralat tuduhan, “Tunggu, tanyakan lebih dulu. Xiao er, sini.” Penuh lembut memapah masuk.Semakin Li xiao diam, mereka lebih penasaran. “Lihat, aku diantar siapa?”Bing bin mencemooh, “Kereta? Memang, siapa yang mau menampung wanita sepertimu?” Menggeleng, diikuti senyum meremehkan.Kereta belum menghilang sepenuhnya. “Itu saja tidak tahu, apa harus memberimu mata lagi? Atau, menghilangkan mata itu?” Mendengar ucapannya, serasa umpatan. Menambah kekesalan. “Heh! Palingan, pria hidung belang yang menod—agh!”Plak!Tamparan sopan, “Tutup mulutmu! Lihat baik-baik. Siapa yang punya tandu bersimbol singa emas?” Lu san tu, menekankan lambang kereta. Meskipun jarang
“Awas!” Maju, menghadang. Yushen membalikan kursi— cukup satu untasan tangan, dua pria terjatuh. Li xiao terkesima, entah seberapa kuat pria ini?Terpaku dengan kekuatannya, tapi kekesalan dan kejijikan di hati jauh-jauh-jauhhh lebih besar. Mengenali pria berkulit gandum, hampir … hampir melihat aset paling berharga.“Dasar pria lumpuh! Mau ikut campur saja!” Meremehkan, sesaat bangkit, siap menyerang.Swesssh! Selendang mengelebat cepat.“Akhh!”Sebelum tegap berdiri, teman sampingnya kembali terjatuh. Memegangi leher, menguraikan darah segar. Dua tangan bergetar, tidak mungkin. Rupanya salah mencari mangsa. “Si-si-siapa kamu?” suara terbata-bata. Mundur dua langkah, pupil bergetar ketakutan. Aura Yushen semakin pekat, mengambil pedang di bawah. Tanpa omong, membunuh pria tadi, dia selanjutnya. Memegang pedang, memandang ke depan. Mengingat, begitu jijik! Ingin mencabik-cabik sebelum dibunuh. “Terlalu baik, mengirimmu dengan satu tebasan.” Menyeringai, ain mengutuk, pedang terang
Meremas dada.“Aghh! Berhenti sialan!” teriakan membana.Tidak mau selesai, malah tersenyum lebih genit. Tubuh Li xiao menggigil, mulut merapat, memberi tatapan menajam ke pria berkulit gandum.Ingin memotong tangan kotornya. ‘Sial, tunggu aku lepas. Kuputuskan tangan menjijikanmu!’ kutukan hatinya. Namun apa daya, keluar dari jaring tidak bisa, hingga telapak tangan menghitam gosong. Keringat dingin, mulai menitik ke dahi. Kumis palsunya, terlepas ulah keringat ketakutan, siap mendatangkan masalah besar. Pria gandum, semakin tertawa dan mengulangi lagi. Malahan, menjulurkan kedua tangan berbelulang melepas baju Li xiao. “Haha, kita lihat apa yang ada di sini.” Puih! Meludahi, mata melotot tajam. “Cuih! Kuperingatkan, jangan lakukan hal diluar kemampuanmu!”Menghindar, pria ini semakin marah, meluapkan tamparan sekali.Plak!“Sampah ini, rupanya tidak mau di lembutin? Heh! Lebih suka di kasarin? Baiklah!” Mengusapi air liur di pipi kiri. Memaju, auranya lebih mengintimidasi, dua t