Suara lembut memburu, "Adik, kamu masih hidup? Aku tak percaya ini, apa benar ini kamu?" menghampiri mereka. Li xiao menoleh sesudah mendapat pelukan hangat dan rasa khawatir. Sehabis melewati hutan, lembah dan goa. 'Lihat penampilan ini, anggun dan menawan, tapi kata-katanya busuk! Kamu pikir aku sudah mati?' lirih jantung hati Li xiao.
"Matalu buta?"
"Adik, apa yang adik katakan?" Tampaknya sang kakak tidak terlalu mengerti, tetapi maksud dari Li xiao mungkin dimengerti. 'Kenapa si bodoh ini menjadi sangat agresif? Angkuh! Apa otaknya kebentur?' pikir nona pertama. Melihat gelagat adiknya terbilang aneh.
"Dasar tidak berguna! Sudah baik Kakakmu mengkhawatirkan, kamu malah membentaknya! Seharusnya, memberi hormat terlebih dahul
Meluncur ke atas. Tangan kurus mengambil sebuah pisau, melempar! Scukk! "Aghhk!" Gedebrak! "Aaaghh!" teriak dayang. Mencering seorang pria berbaju hitam, jatuh tepat di depannya. Menarik tubuh ke belakang, tangan dan kaki semakin bergetar. Pria itu telah dipastikan mati. Mendapat, satu lemparan pisau oleh Li xiao. “Boleh juga kau, meski belum memasuki akar spiritual,” ledek Xia yu. “Bukan berarti, aku tidak bisa membunuh satu tikus 'kan? Sial, tubuh ini begitu lemah. Dulu, aku melempar pisau anginku--- bergerak lebih cepat dari ini!" melihat tangannya. Kembali menggenggam kesal! Memang dia menguasai t
Li xiao menegakkan badan. Bibir seperti jantung, memucat dan mengering. Wajahnya penuh lebam-lebam, kerusakan fisik yang dideritanya sedikit menghilang. Akibat terendam di lembah Húdié. Kekuatan magis di kawah lembah, paling tinggi diantara negeri Pùbù. Kultivator tingkat 1 yang berendam di sana, ketika keluar menjadi tingkat 2. Seperti Li xiao, tubuh Xiao li tidak bisa membuka akar jiwa spiritual. Dia tidak bisa memasuki cincin ruang. Namun, badannya terendam ke dasar mendapatkan sedikit manfaat. Dia bisa membuka cincin ruang. Tetap belum bisa berkultivasi, manfaat yang diterima. Bisa membuka cincin ruang dan menjalin hewan kontrak. Lewat dari satu hari saja, dia tidak bisa melakukan hal ini lagi. Begitupun sebaliknya, sekali menjalin kontrak, tid
Keluar kamar, membuka pintu menelusuri halaman. Diterangi lilin dan lampu minyak. Daun-daun kering, terlihat jelas di depan halaman. Kediaman Xiao li, berada di ujung rumah ini. Dibilang kamar dan kediaman, nyatanya ini hanyalah gubuk. Tanaman mengering, tanahnya tandus, sangat jelas tidak diurus. Berjalan ke depan, mengingat samar-samar memori tata letak rumah. Kediaman para saudara dan saudari, jauh lebih megah dan sempurna. “Bangsat! Kamarku paling jelek, itu tidak bisa disebut kamar atau kediaman!” mengumpat. Berjalan lurus ke depan, berbelok ke kanan. “Aku mengingat, dibalikkan jalan ini adalah dapur. Tempatku memang berada dekat dapur, berbeda dengan kakak atau adikku! Maksudku memori Xiao li,” mulut mengoceh. Kedua tangan bersedekap di peru
Mengawasi orang yang dibicarakan. Pria itu undur diri, setelah mendapat instruksinya.---Seseorang datang, Li xiao menoleh ke pintu, Tian qi masuk. Berjalan membawa lap dan sebaskom air. Membungkus tangan, agar tidak menyentuh secara langsung. Melangkah pelan, mau mendekat. "Berhenti!" tahan Li xiao. Tian qi, tidak berani melangkah lebih jauh. Memotong satu langkah ke belakang."Siapa yang memberimu masuk tanpa izin? Perhatikan kelakuanmu! Sebelum masuk ... apa aku perlu mengajari tata krama?" imbaunya. Dayang itu tersentak, kepala menunduk, memahami kesalahan. Menarik diri ke belakang, keluar dari pintu.Diam di luar, mengetuk pintu da
Terduduk di kursi roda, belum mengganti pakaian. Masih mengenakan setengah baju perang dan baju dalam yang memerah. Sang Kaisar bangun dari duduk. Mendekati pangeran, “Kenapa bisa sampai seperti ini?” menatap anaknya. Pangeran masih diam, enggan melaporkan kondisinya. Mengeluarkan sebuah gulungan dari cincin ruang, “Terima kasih atas perhatian Kaisar, Hamba baik-baik saja. Saya tuliskan, semua kejadian di gulungan ini, silakan Kaisar baca dan periksa,” menyerahkan gulungan berisi, tentang kejadian peperangan di bagian barat. Sekilas melirik gulungan, menggeram mengeluarkan kata, “Yu er, aku menanyakan kondisimu, bukan pencapaianmu. Apa tidak menganggapku seorang Ayah?” tekannya, menggeser gulungan ke sisi. Kasim mengambil gulungan itu.
Sebuah mayat. Tidak! Itu ada tiga mayat, mengambang di atas kolam. Badan menghadap ke bawah, leher memutih. Teriakan dayang, menyita para pelayan dan dayang di sekitar. Mereka menghampiri asal suara di sisi kolam.“Ada apa?” seorang pelayan pria sampai lebih awal. Dua dayang, belum bisa bicara, tangan menunjuk gigil. Mengikuti arah tunjukannya, pelayan pria ini ikut berteriak. Hingga orang-orang berkumpul. Mereka membuat keributan, ada juga yang melapor ke tuan mereka. “Agh! Kenapa ada mayat di sini? Pembunuh ada pembunuh!” sembur dayang lebih tua, tidak berani mendekat.“Siapa yang melakukan ini? Dasar tidak punya hati. Bukankah, ini dua dayang bersaudara?” terka salah satu dayang yang ikut melihat keramain. Pelayan pria bermunculan, menarik tiga m
Mengeluarkan pedang dari sarung kiri, menghunuskan ke Li xiao. “Berani menghina Pangeran yang agung, seluruh keluargamu mati. Tidak layak menjadi penghormatan.” Pria tua ini, tidak terima ucapan Li xiao. Di samping, ada seorang lelaki duduk di kursi roda. Memakai topeng, terlihat bibir, hidung dan bola mata. “Maaf Tuan, Tuan muda ini bodoh dan masih muda. Tolong tidak mempermasalahkannya. Dia tidak tahu, mungkin dia bukan bagian dari dunia ini,” sarkas pelayan toko. Meminta ampun, tidak mau ada keributan. Bila pihak istana mendengar. Berani membicarakan keluarga istana, takutnya toko akan ditutup. “Bukan bagian dari dunia ini? Apa dia hantu? Bedebah, orang-orang seperti kalian harus mati!” mengangkat pedang. Pelayan toko, segera bersujud. Memeluk lutut pria yang mengangkat peda
“Tentu saja, itu hanya teh biasa.”“Eigh!” kejut mereka berdua, semakin menuntut Li xiao menjelaskan lebih. Xia yu menarik-narik ujung kain pakaian. Jiu feng, menghinggap-hinggap di pundak. Sesekali terbang di depan Masternya. “Sudah-sudah, jangan ganggu aku. Biar dia mau minum sekali atau 10 kali, tidak ada efeknya. Itu hanya teh biasa. Dia minum, palingan hanya merilekskan tubuh. Ditambah, dirinya bersugesti akan sembuh. Haha, pasti dia percaya sekali khasiat teh itu. Entah, dia mau mencobanya berapa kali. Coba saja, teh bunga kemboja, rasanya sama seperti teh kalau diberi gula. Hanya sedikit wangi, tak percaya cobalah.”Sudah mengerti ocehan Li xiao, besok-besok tidak perlu mempercayainya. Mengeluarkan makanan
Jiang Zu, “Tepat! Nona Keempat jatuh, tapi tidak menyentuh tanah.” Berdiri, turun ke lapangan. Menegaskan, “Apa aku salah lihat, Pengawas Wang?” Seolah darah naik ke permukaan wajah Pengawas Wang, mengatur napas. “Tidak-tidak, saya tidak berani, tapi ini … ini… pertama kali ada hal seperti ini.” Meskipun mata duitan, tetap sadar dalam situasi ini. “Saya takut ada kesalahan, Pangeran Ketujuh ka–”“Pengawas Wang terlalu kaku, kau sendiri yang bicara, peraturan ‘kan emang perlu dilanggar.” “Tidak perlu di tanyakan, dia tidak menyentuh tanah! Sudah jelas, dia menang!” cetusan kata dari Pangeran Kedelapan.Semua orang diam, menerima apa yang terjadi, ‘Apa yang menarik darinya? Semua orang membela!’ batin Pengawas Wang. Tawa terpaksa keluar, “Hahaha, benar juga perkataan para Pangeran, dia,” melirik Li xiao, alis meninggi, sesaat menurun menahan amarah, “Menang.” Bola mata Ming yi mendelik, meraih lengan Pengawas Wang. “Apa?!” Menghentakkan tangan, meski suka uang, mendapat situasi pa
Anak jarum, melempar! Bagi Ming yi, ini bukan apa-apa. “Kau pikir aku buta!” Menangkis!Li xiao mundur, ‘Dia jeli juga, kalau ini?!’ Mengeluarkan jarum dari dua tangan. Melempar satu-satu, mengelilingi udara.Hak! Serbuan anak jarum menghujani Ming yi, bukan hanya dua jurus. Seluruh jurus Li xiao hampir keluar. Semua ini tidak berarti, tersenyum. “Cukup sudah main-mainnya.” Mengeluarkan pedang, di simpan di balik punggung. Mata memicik, sudut mulut kiri meninggi. “Hak!”Serangan begitu cepat, Li xiao tidak bisa menghindar. Gaun hanfu hitam merah tersobek, bagian lengan kiri menimbulkan darah. Merunduk, bertumpu dua kaki. “Aku pasti membalaskan semua yang kuterima! Walau ‘tak sepenuhnya, kupastikan kau mengingat ini!” Meremas jari, menyeka keringat. Tangan menyobek ujung hanfu, membalut luka. Penonton memperhatikan semua gerak-gerik mereka di arena. “Wah lihat itu, adiknya tidak segan-segan di sembelih!”“Untung bisa menghindar kalau tidak, lehernya melayang!”Mulai berbincang, samb
Li xiao dengan Ming yi.Seluruh penonton bergejolak mendengar teriakan pengawas Wang.“Huuuh!”Hampir semua penghuni balai, menebak Li xiao kalah telak dari Mingyi. Bahkan, senyum cerah adik kelima mengumandang. “Haha, dia bisa buat apa lagi?”Mendadak mendapat bertemu di arena yang sama, Li xiao sedikit curiga. ‘Heh! Memangnya aku takut.’ Menurunkan sikapan, mendekati Ming yi.Seolah dia tahu, siapa pertandingan pertama babak kedua ini. “Cepat bersujud, aku tidak akan memberimu belas kasihan … kalau sudah di atas.” Ming yi menggeleng, dia tidak bisa menang.Tidak terpancing, “Owh! Kau bisa melakukannya sekarang.” Malahan membalikan maksudnya.Para penonton semakin bersemangat, meskipun tahu pasti yang kalah, tapi cukup menghibur juga.Masuk bersamaan, pengawas Wang melempar bendera. Dua mata saling menyahut, tidak terlepas dari tatapan tajam.Ming yi menurunkan tangan kanan, sang hewan kontrak langsung muncul. Mengangkat tangan kanan, kuku panjangnya menyentuh ujung dagu, melirik ke
Seorang pria tinggi, bersama pria bertubuh gempal. Sang pengawas memberi abah-abah, mereka memasuki arena.Para penonton di balai Tàiyáng bersorak meriah, menyambut pertarungan babak pertama. Pengawas Wang melempar bendera kecil, ketika bendera mendarat pertarungan dimulai.Kletak.Dua pemuda melangkah ke depan, secara bersamaan mengeluarkan tinju. Namun, bagi pria tinggi yang memiliki bekas luka di pelipis. Sungguh ancaman besar bagi musuhnya, sangat terlihat jelas.Sang lawan terkapar hanya dengan satu pukulan, penonton bersorak. Pemenangnya sudah diputuskan, perkiraan dia baru menggunakan sepertiga kekuatan. Lawan telah tumbang, Bing bin sedikit bersemangat.Prok-prok!Tepukan tangan penonton. “Wah, benar-benar pemuda hebat! Ini seperti bukan bertarung.” Pengawas Wang memuji, melanjutkan ke pertarungan selanjutnya.Hingga puluhan pemain telah tumbang oleh si pria tinggi, babak pertama tentu dimenangkan olehnya. Detik ini, Bing bin memasuki arena, melawan pria seumurannya. “Lebih b
Pangeran ketujuh, Shen Jiang Zu. Li xiao memicingkan mata. “Ka-kamu.”“Adik, cepat masuk– beri hormat pada Pangeran Ketujuh.” An ran memapah masuk.Jiang Zu menepuk kipas. “Tidak masalah, jangan terlalu formal padaku.” Kedipannya membuat bulu berdiri, mau bagaimanapun dia tetap keluarga kerajaan. Memberi hormat, badan lurus 90 derajat, bangun, segera ke kamar.“Aku telah menunggu begitu lama, maukah kamu membuatkanku secangkir teh?”Li xiao terhenti, melirik ke samping. “Hah?” Kurang mengerti, entah trik apalagi yang digunakan.Ming bai menahan marah, melihat gelagat anaknya, tidak mau menyanjung. Mengusulkan, “Pangeran tunggu.” Bergegas ke putri keempat. “Cepat, layani Pangeran dengan baik.”Apa menjual putrinya? Hanya bisa menggeleng, badan di paksa di dudukan. “Pangeran silakan, kalau kurang sesuatu panggil kami.” Ming Bai membawa sisa anaknya keluar.Hanya berdua.Seolah Li xiao ingin ada badai merobohkan rumah, tidak perlu basa-basi. “Untuk apa kau datang? Jangan harap memaksa
Menarik sekuat tenaga!Menghindar ke kiri, mengangkat tangan, jijik disentuh. “Bedebah, hari ini biar aku yang menghukummu!” Sring!Dua jarum emas turun di ujung kanan jemari mungilnya, memutar sekali lempar!Jarum melesat maju, kecepatannya tidak bisa diimbangi mata si gendut. Menancap dua betisnya. “Aghh!”Merunduk, dua tangan menumpu tubuh, kalau tidak— sudah berguling di tanah. Si hitam mendekat. “Kamu kenapa? Cepat bangun!”“Kakiku, sakit! Gak bisa gerak!” Mengusapi dua kaki di balik hanfu coklat. Temannya mengikuti rabaan tangan gemuk. Mencoba mencari akar permasalahan di kaki.Merasakan ada yang ganjal, “Agh!” Tidak bisa dicabut, terlalu sakit. Jarum emas tertancap sepertiga, panjangnya setelunjuk. “Wanita gila, kau tidak tahu siapa ayahnya?” Tidak peduli! Jangankan ayah si pria gendut seorang wakil biro jasa hukum tingkat 3. Bahkan, anak kaisar pun tidak melepaskan begitu mudah.Menyilangkan tangan, bibir kiri meninggi dengan sedikit senyum. “Owh! Kata terakhirmu?” Li xiao
Seluruh keluarga Lu, siap mengadili kesalahan Li xiao. Meng yi paling antusias, sekaligus kesal mengapa masih selamat? “Kakek, lihat dia,” menunjuk. “Kenapa bisa pulang malam?”Lu San Tu memandang penuh, mencoba memberinya pembelaan. Sebelum bisa, dipotong Lu Nian. “Sudah jelas, melakukan perbuatan ‘tak senonoh!”Sang ibu segera meralat tuduhan, “Tunggu, tanyakan lebih dulu. Xiao er, sini.” Penuh lembut memapah masuk.Semakin Li xiao diam, mereka lebih penasaran. “Lihat, aku diantar siapa?”Bing bin mencemooh, “Kereta? Memang, siapa yang mau menampung wanita sepertimu?” Menggeleng, diikuti senyum meremehkan.Kereta belum menghilang sepenuhnya. “Itu saja tidak tahu, apa harus memberimu mata lagi? Atau, menghilangkan mata itu?” Mendengar ucapannya, serasa umpatan. Menambah kekesalan. “Heh! Palingan, pria hidung belang yang menod—agh!”Plak!Tamparan sopan, “Tutup mulutmu! Lihat baik-baik. Siapa yang punya tandu bersimbol singa emas?” Lu san tu, menekankan lambang kereta. Meskipun jarang
“Awas!” Maju, menghadang. Yushen membalikan kursi— cukup satu untasan tangan, dua pria terjatuh. Li xiao terkesima, entah seberapa kuat pria ini?Terpaku dengan kekuatannya, tapi kekesalan dan kejijikan di hati jauh-jauh-jauhhh lebih besar. Mengenali pria berkulit gandum, hampir … hampir melihat aset paling berharga.“Dasar pria lumpuh! Mau ikut campur saja!” Meremehkan, sesaat bangkit, siap menyerang.Swesssh! Selendang mengelebat cepat.“Akhh!”Sebelum tegap berdiri, teman sampingnya kembali terjatuh. Memegangi leher, menguraikan darah segar. Dua tangan bergetar, tidak mungkin. Rupanya salah mencari mangsa. “Si-si-siapa kamu?” suara terbata-bata. Mundur dua langkah, pupil bergetar ketakutan. Aura Yushen semakin pekat, mengambil pedang di bawah. Tanpa omong, membunuh pria tadi, dia selanjutnya. Memegang pedang, memandang ke depan. Mengingat, begitu jijik! Ingin mencabik-cabik sebelum dibunuh. “Terlalu baik, mengirimmu dengan satu tebasan.” Menyeringai, ain mengutuk, pedang terang
Meremas dada.“Aghh! Berhenti sialan!” teriakan membana.Tidak mau selesai, malah tersenyum lebih genit. Tubuh Li xiao menggigil, mulut merapat, memberi tatapan menajam ke pria berkulit gandum.Ingin memotong tangan kotornya. ‘Sial, tunggu aku lepas. Kuputuskan tangan menjijikanmu!’ kutukan hatinya. Namun apa daya, keluar dari jaring tidak bisa, hingga telapak tangan menghitam gosong. Keringat dingin, mulai menitik ke dahi. Kumis palsunya, terlepas ulah keringat ketakutan, siap mendatangkan masalah besar. Pria gandum, semakin tertawa dan mengulangi lagi. Malahan, menjulurkan kedua tangan berbelulang melepas baju Li xiao. “Haha, kita lihat apa yang ada di sini.” Puih! Meludahi, mata melotot tajam. “Cuih! Kuperingatkan, jangan lakukan hal diluar kemampuanmu!”Menghindar, pria ini semakin marah, meluapkan tamparan sekali.Plak!“Sampah ini, rupanya tidak mau di lembutin? Heh! Lebih suka di kasarin? Baiklah!” Mengusapi air liur di pipi kiri. Memaju, auranya lebih mengintimidasi, dua t