Kupu-kupu berubah menjadi kecil, hinggap di telunjuk Li xiao dan menghisap darahnya. Cukup satu suntikan dan hisapan, mampu membuat Li xiao jatuh dari berdirinya. Matanya kian menutup dan tergeletak di bawah.
"Hehehe aku menemukan Tuanku."
"Bicara apa kau! Meow! Jika aku tidak membunuhmu sekarang, maka kamu menjadi saudaraku. Meow!" Memperlihatkan kuku.
Swutt-swuth.
Mencakar!
"Hey! Hentikan kucing bodoh! Hentikan."
Hushh!
"Meaou!"
Satu takuban sayap, Xia yu terlempar di dinding goa.
"Ok oo. Aku tak sengaja."
"Meow!"
"Sial! Kalau dia mati! Kita akan mati bodoh!" tampik Xia yu. Berjalan mendekati Li xiao dan menjilati tangannya. Mencoba membangunkan, malah tidak sengaja. Lidah kucing menyentuh darah Li xiao, di telunjuk akibat gigitan kupu-kupu.
Swusst!
Sebuah cahaya menyinari Xia yu, ketika cahaya itu meredup. "Meow," teriakan Xia yu, "ak--aku sudah tanda tangan kontrak dengan manusia bodoh ini?" Xia yu menjadi cengo, setelah mengetahui hal ini. Dia tanpa sengaja meminum darah gadis itu. Tadinya mau membangunkan Li xiao, maka dari itu sekarang dia seekor hewan kontrak milik Li xiao.
"Sst, ah! Pinggangku emm, kenapa aku makin lemas? Sialan kamu mengerjaiku! Aku akan membunuhmu!" umpat Li xiao. Tempat sumber air sudah layu, tubuh tidak bisa bergerak akibat kurang tenaga. Tidak ada asupan energi yang dimakan. "Huh, berhentilah mengucapkan kata-kata 'mati kau' atau aku akan membunuhmu! Bangun saja tidak bisa, apalagi membunuh? Aku pikir menginjak semut pun kamu tidak bisa," ledek Xia yu.
"Kam--mu!"
"Master, akhirnya aku menemukanmu. Em, darah master masih enak dan manis seperti biasanya.
"Eighhh," ucap spontan Xia yu dan Li xiao. Tidak percaya, kupu-kupu itu memanggil Li xiao master. Sesudah apa yang dilakukannya.
"Bedebah! Setelah kau membuatnya dalam keadaan begitu dan kau memanggilnya master?" cecar Xiao yu. Ucapan itu membuat Li xiao heran.
"Tumben kau punya hati?"
"Iya dong," jawab cepat Xia yu dengan mengibaskan ekor. 'Semisal aku membuatnya meninggal, aku akan meninggal. Apalagi, aku sudah menjalin kontrak dengannya,' batin Xia yu.
"Ekspresi macam apa itu? Aku malah jadi takut! Akhh, tapi aku tidak bisa bergerak aku lapar, haus, dan juga tidak punya tenaga," rengek Li xiao. Benar-benar menyedihkan untuk ukuran assassin.
"Master, tenang saja aku punya sesuatu untuk master," usul Kupu-kupu. Mendekat lagi. Li xiao hanya menoleh. "Tunggu! Kau lagi-lagi memanggilku master? Siapa kau? Bila kau mendekat dan menghisap darahku lagi, aku akan mengukusmu!"
"Master, tenang dulu master, aku tidak akan melakukannya lagi. Maaf master ak--aku, tidak bisa menahan bau darah itu. Aku sudah menunggu 554 tahun. Mulai sekarang, master menjadi majikanku. Hidup dan matiku di tangan master. Semua titah master adalah mutlak," suara tegas dan dramatis membuat Li xiao terkagum. Terlebih, kaki kupu-kupu ini hitam legam, di area perut berwarna merah darah sampai ke sayap. Di kepala ada sebuah Ruby berwarna merah, seperti cincin yang dipakai Li xiao.
"Waah, kamu benar-benar menjadi hewan rohku?"
"Tentu saja. Master mau apa? Biar aku yang carikan," penuh girang.
Sinis Xia yu, "Idihh, pandai menjilat."
"Tapi, kenapa aku pingsan?"
"Itu karena darahmu diserap dia(kupu-kupu) dia dan aku, telah menjalin kontrak denganmu. Maka dari itu cepatlah sembuh, kau mati kita juga mati! Berterimakasihlah, sudah jatuh ke lembah ini, kau memiliki sedikit jiwa spiritual. Aku merasakan air lembah memiliki kekuatan magis."
"Apah? Tahu begitu aku minum air tadi!"
"Iya benar master."
Xia yu ikut mengoceh, "Tadi aku tidak sengaja menjilati telunjukmu, yang berdarah itu. Kamu sangat beruntung, memiliki hewan kontrak sepertiku. Tidak semudah itu, kau harus belajar berkultivasi dan mengeluarkan …."
"Ahhh, yang benar saja? Kamu mengambil darahku sedikitkan? Kenapa aku langsung pingsan?" Kupu-kupu itu diam sejenak dan sedikit membuka lebar mulutnya. Li xiao lebih tertarik pada darah, daripada kata kultivasi.
"Hehehhe it--tuu .…"
"Tak apalah, mungkin aku yang lemah, kau boleh meminum darahku," sambung Li xiao. Baru saja kupu-kupu menyedot darahnya langsung terjatuh, berpikir karena dirinya lemah.
"Master memang hebat, padahal aku sekali hisap 1 liter. Jikalau aku hisap lagi, munngk--"
Plakkh!
''Apa? Kau mau membunuhku?" cela Li xiao. Sambil melempar batu di jidat kupu-kupu.
"Ma--maaf Master, aku kehausan."
"Bukan kau saja yang kehausan," ikut mengecap-ngecapkan bibir. Bahkan air liur pun tidak ada.
"Haah, seandainya terus begini aku juga bisa mati kelaparan. Bukan mati bertarung," timpal Xia yu. Meringkuk di atas batu, batas energinya hampir habis.
"Baiklah, apa aku carikan makanan? Tunggu sebentar." Kupu-kupu ini menghilang entah kemana. Meninggalkan 2 orang yang tergeletak di bawah. Lemas akan kelaparan dan kehausan.
"Aku tidak menyangka, akan dibunuh diriku sendiri." (maksudnya mati kelaparan)
"Sama aku juga, aku tidak percaya akan mati di sini. Ahh aku seorang penerus klan!"
Haaaah.
Mereka menghela napas bersamaan, benar-benar menyedihkan. Semisal datang binatang, yang tidak memiliki akar roh spiritual. Mereka tidak akan bisa tahan melawan. Saking tidak memiliki tenaga.
Swusssh.
"Maaf membuat master menunggu, ini silakan. Aku mengumpulkannya, jadi tolong terima ini master."
"Satu lagi namaku, Jiu feng." Mengeluarkan; makanan, buah, air, berceceran di atas bebatuan, lengkap dengan tataan. Li xiao segera menyambar makanan, serta Xia yu tak kalah cepat.
"Emm, ini enak bentar, 9 angin?(Jiû fēng)" gumam Li xiao. Sambil mengunyah, mulut penuh paha ayam dan tangan kiri memegang buah.
"Ya, Jiu feng. Karena aku memiliki 9 garis warna di sayapku dan aku bisa menari di udara, bagaimana bagus tidak master?"
"Emm."
Anggukan Li xiao dan Xia yu. Mulut mereka masih penuh makanan, "Kenapa dagingku mentah?"
"Bukannya, Kucing biasa makan ikan?"
"Ya, tapi bukan begini(daging mentah) aku mau makan ikan bakar!"
"Sana panggang sendiri!"
''Meow!" Mereka berdua malah bertengkar. Li xiao hanya fokus mengisi perutnya.
Jiu feng merupakan kupu-kupu legendaris dan mematikan. Satu sengatan, bisa membunuh manusia dewasa. Dia menjaga goa ini, sambil menunggu orang yang ditakdirkan menjadi majikannya. Malah secara kebetulan, bertemu Li xiao dan menjadi hewan kontraknya.
Sebenarnya, Jiu feng penjaga lembah Hùdiè. Memang lembah ini sangat beracun, tetapi bagian dasar tidak. Kalau melihat dari atas, tidak bisa ditembus dan masuk. Kecuali, kamu seorang kultivator tingkat 8 ke atas baru bisa memasuki. Sangat jarang para kultivator mengorbankan diri untuk meneliti lembah ini. Di sini seperti ada sebuah pembatas, bila dari air ke atas memiliki racun. Sedangkan di bawahnya tempat magis. Ibarat menyatukan air dan minyak, yang di bawah tidak ke atas dan yang di atas tidak ke bawah. Serta yang kedua bisa hidup di lembah ini dengan cara ….
---
"Eghhh, ah mantap."
"Emss, sttt, lumayan," ucap Li xiao dan Xia yu.
"Master puas aku senang."
Melirik Jiu feng, "Emm, ngomong-ngomong di mana kau mendapatkan makanan ini?" Lidah masih mencari sisa makanan di giginya. Jiu feng sedikit ragu. Namun, mulai memberitahunya.
"Em, anuh di sana Master," menunjuk goa di sebelah. Li xiao bangkit dan mulai mendekati goa itu. "Huh, mau aku ambil semua dan pergi dari sini." Lembah ini sangat luas. Mereka mulai pergi ke sisi lembah.
"Tunggu master," mengejar Li xiao.
"Woy, tunggu!" Xiao yu bergegas mengejarnya.
Li xiao berhenti masuk ke dalam, baru tiba di pintu goa. Pupil semakin mengecil, lantas badan berbalik. Jiu feng berada di belakangnya malah penasaran, ''Ada apa master?"
"Kamu! Apa tidak ambil makanan?" usul Xia yu. Berada paling belakang. Li xiao mengerutkan alis dan bersikap mencurigakan. "Eghhh itu," tidak lagi melanjutkan kalimat. 'Ahh, sialan di saat begini, masih ingat makan!' jiwa Li xiao semakin resah.
"Berhenti! Heh! Aku pikir kucing dari mana yang mencuri bekalku," teriakan seorang pria. Terduduk di bawah setengah baringan. Sorot mata, begitu tajam dan menusuk ke tubuh Li xiao. Dadanya tertancap anak panah, lengan dan paha tersayat-sayat. Pakaian yang dikenakan terkoyak. Sulaman anggrek warna biru dan bambu hijau. Menjadi, berwarna merah akibat darahnya. Nada berat, keluar dari mulut tipis itu. Darah kian mengalir, pria ini sekarat. Li xiao menyaksikannya ingin kabur, malah ketahuan.
"Hahahha," tawa canggung Li xiao. Berbalik lagi, pria ini mengambil sebuah pedang di tangan kanan, menghunuskan ke depan. Bidikan mata semakin menajam, sangat jelas memberikan ekspresi tidak bisa disentuh. Tadinya, Li xiao mau mengambil makanan lagi. Disuguhkan seorang pria terduduk di bawah, penuh luka. Pria itu menghunuskan pedang ke hadapannya…*..*
Li xiao perlahan-lahan mengangkat kedua tangan, wajahnya sedikit ragu. 'Meski pria itu berlumur darah dan baju terkoyak. Aku bisa merasakan tekanan yang kuat mengintimidasiku. Tatapan mata itu tidak bisa didekati dan disentuh. Jika aku kabur dari sini? Sepertinya ide yang bagus hehe,' batin Li xiao masih mendiam. 'Bila kau kabur dari sini, jangan meninggalkanku,' balas Xia yu. "Ekkkhh!'' Erang Li xiao membuat pria ini semakin mendekatkan pedang. Hanya beberapa langkah dengan Li xiao. "Emmm," geram Li xiao kembali mendiam. 'Bodoh kita bisa mendengar pikiranmu! Maksudku, pikiran kita saling terhubung. Aku bisa me
Memperhatikan seorang gadis tegap dan berani berbicara kepadanya, pria ini menyunggingkan bibir. Lebih membentuk seringai lalu. "Bagaimana kau menyelamatkanku, sedangkan kau tidak bisa menyelamatkan diri sendiri?" Li xiao tidak bisa menjawab, omongan itu memang benar. Rupanya, Li xiao tidak kehilangan akal, dengan cepat memangkas otak. Agar pria ini percaya dengannya. 'Bagaimana caranya aku mengatasi pria ini? Aku baru bereinkarnasi, apa mau mati lagi? Ahh! Bisa-bisa orang lain yang tahu akan menertawaiku,' hati Li xiao. Tangan yang ke atas mulai menurun dan kian merapat satu sama lain. Membentuk genggaman di depan perut. Baru kali ini merasakan kegugupan. Tanpa sadar, meremas jari-jarinya hingga tidak sengaja. Telunjuk kiri, menyentuh cincin Ruby di telunjuk kanan.
Pria ini menghunus pedang ke depan, disaat Li xiao di bawah. Tidak ada rasa kasihan atau bersalah. Pedang itu merobek Hanfu Li xiao, membuat sayatan di tengah Hanfu. Untung saja, dia bergerak cepat membelah kaki. Jika tidak, pedang itu mendarat di paha dan kaki. Tepat di belahan kaki Li xiao, dari paha ke pinggul. "Yaaah! Bajingan!" pekik Li xiao. Memelototi pedang yang merobek Hanfu di sela-sela kakinya. "Boleh juga," tarikan pedang, dibarengi desisan. Pria ini kembali mengangkat pedang, menyerang kedua kalinya. 'Tidak-tidak, aku tidak ingin mati, sial tubuh ini begitu lemah dan lambat!' rutuk hati Li xiao. Swush. "Etss, tidak kena," ledek Li xiao cepat memundur. Lelaki ini kembali mengeluarkan ringisan, ulah luka yan
Seorang pria tua, membawa sebuah kotak persegi empat. Seperti laci yang ditumpuk menjadi satu, bila ditarik setiap lubang memiliki peralatan medis. Dia berjongkok, meletakan kotak yang berwarna cokelat tua. Sedikit ukiran di pintu dan di atasnya ada sebuah gagang untuk pegangan. Memusatkan mata, tangan meraih tangan kanan pria yang terluka. Benih mata bergeser kekanan-kekiri sedikit pejaman. Mengangguk, tangan kirinya berada di bawah tangan pangeran. Jari telunjuk kanan dan tengah disatukan, diletakan di tangan pangeran, tepat di pergelangannya. Mengintip ke botol yang dipegangnya. "Pangeran, ini-ini obat apa? Tapi menurut nadi Pangeran. Sudah stabil, serta suhu badan pangeran tidak tinggi, tetapi Hamba akan melakukan yang terbaik. Untuk mengeluarkan sisa-sisa serpihan ini," ucap hati-hati seorang tabib.
Suara lembut memburu, "Adik, kamu masih hidup? Aku tak percaya ini, apa benar ini kamu?" menghampiri mereka. Li xiao menoleh sesudah mendapat pelukan hangat dan rasa khawatir. Sehabis melewati hutan, lembah dan goa. 'Lihat penampilan ini, anggun dan menawan, tapi kata-katanya busuk! Kamu pikir aku sudah mati?' lirih jantung hati Li xiao. "Matalu buta?" "Adik, apa yang adik katakan?" Tampaknya sang kakak tidak terlalu mengerti, tetapi maksud dari Li xiao mungkin dimengerti. 'Kenapa si bodoh ini menjadi sangat agresif? Angkuh! Apa otaknya kebentur?' pikir nona pertama. Melihat gelagat adiknya terbilang aneh. "Dasar tidak berguna! Sudah baik Kakakmu mengkhawatirkan, kamu malah membentaknya! Seharusnya, memberi hormat terlebih dahul
Meluncur ke atas. Tangan kurus mengambil sebuah pisau, melempar! Scukk! "Aghhk!" Gedebrak! "Aaaghh!" teriak dayang. Mencering seorang pria berbaju hitam, jatuh tepat di depannya. Menarik tubuh ke belakang, tangan dan kaki semakin bergetar. Pria itu telah dipastikan mati. Mendapat, satu lemparan pisau oleh Li xiao. “Boleh juga kau, meski belum memasuki akar spiritual,” ledek Xia yu. “Bukan berarti, aku tidak bisa membunuh satu tikus 'kan? Sial, tubuh ini begitu lemah. Dulu, aku melempar pisau anginku--- bergerak lebih cepat dari ini!" melihat tangannya. Kembali menggenggam kesal! Memang dia menguasai t
Li xiao menegakkan badan. Bibir seperti jantung, memucat dan mengering. Wajahnya penuh lebam-lebam, kerusakan fisik yang dideritanya sedikit menghilang. Akibat terendam di lembah Húdié. Kekuatan magis di kawah lembah, paling tinggi diantara negeri Pùbù. Kultivator tingkat 1 yang berendam di sana, ketika keluar menjadi tingkat 2. Seperti Li xiao, tubuh Xiao li tidak bisa membuka akar jiwa spiritual. Dia tidak bisa memasuki cincin ruang. Namun, badannya terendam ke dasar mendapatkan sedikit manfaat. Dia bisa membuka cincin ruang. Tetap belum bisa berkultivasi, manfaat yang diterima. Bisa membuka cincin ruang dan menjalin hewan kontrak. Lewat dari satu hari saja, dia tidak bisa melakukan hal ini lagi. Begitupun sebaliknya, sekali menjalin kontrak, tid
Keluar kamar, membuka pintu menelusuri halaman. Diterangi lilin dan lampu minyak. Daun-daun kering, terlihat jelas di depan halaman. Kediaman Xiao li, berada di ujung rumah ini. Dibilang kamar dan kediaman, nyatanya ini hanyalah gubuk. Tanaman mengering, tanahnya tandus, sangat jelas tidak diurus. Berjalan ke depan, mengingat samar-samar memori tata letak rumah. Kediaman para saudara dan saudari, jauh lebih megah dan sempurna. “Bangsat! Kamarku paling jelek, itu tidak bisa disebut kamar atau kediaman!” mengumpat. Berjalan lurus ke depan, berbelok ke kanan. “Aku mengingat, dibalikkan jalan ini adalah dapur. Tempatku memang berada dekat dapur, berbeda dengan kakak atau adikku! Maksudku memori Xiao li,” mulut mengoceh. Kedua tangan bersedekap di peru
Jiang Zu, “Tepat! Nona Keempat jatuh, tapi tidak menyentuh tanah.” Berdiri, turun ke lapangan. Menegaskan, “Apa aku salah lihat, Pengawas Wang?” Seolah darah naik ke permukaan wajah Pengawas Wang, mengatur napas. “Tidak-tidak, saya tidak berani, tapi ini … ini… pertama kali ada hal seperti ini.” Meskipun mata duitan, tetap sadar dalam situasi ini. “Saya takut ada kesalahan, Pangeran Ketujuh ka–”“Pengawas Wang terlalu kaku, kau sendiri yang bicara, peraturan ‘kan emang perlu dilanggar.” “Tidak perlu di tanyakan, dia tidak menyentuh tanah! Sudah jelas, dia menang!” cetusan kata dari Pangeran Kedelapan.Semua orang diam, menerima apa yang terjadi, ‘Apa yang menarik darinya? Semua orang membela!’ batin Pengawas Wang. Tawa terpaksa keluar, “Hahaha, benar juga perkataan para Pangeran, dia,” melirik Li xiao, alis meninggi, sesaat menurun menahan amarah, “Menang.” Bola mata Ming yi mendelik, meraih lengan Pengawas Wang. “Apa?!” Menghentakkan tangan, meski suka uang, mendapat situasi pa
Anak jarum, melempar! Bagi Ming yi, ini bukan apa-apa. “Kau pikir aku buta!” Menangkis!Li xiao mundur, ‘Dia jeli juga, kalau ini?!’ Mengeluarkan jarum dari dua tangan. Melempar satu-satu, mengelilingi udara.Hak! Serbuan anak jarum menghujani Ming yi, bukan hanya dua jurus. Seluruh jurus Li xiao hampir keluar. Semua ini tidak berarti, tersenyum. “Cukup sudah main-mainnya.” Mengeluarkan pedang, di simpan di balik punggung. Mata memicik, sudut mulut kiri meninggi. “Hak!”Serangan begitu cepat, Li xiao tidak bisa menghindar. Gaun hanfu hitam merah tersobek, bagian lengan kiri menimbulkan darah. Merunduk, bertumpu dua kaki. “Aku pasti membalaskan semua yang kuterima! Walau ‘tak sepenuhnya, kupastikan kau mengingat ini!” Meremas jari, menyeka keringat. Tangan menyobek ujung hanfu, membalut luka. Penonton memperhatikan semua gerak-gerik mereka di arena. “Wah lihat itu, adiknya tidak segan-segan di sembelih!”“Untung bisa menghindar kalau tidak, lehernya melayang!”Mulai berbincang, samb
Li xiao dengan Ming yi.Seluruh penonton bergejolak mendengar teriakan pengawas Wang.“Huuuh!”Hampir semua penghuni balai, menebak Li xiao kalah telak dari Mingyi. Bahkan, senyum cerah adik kelima mengumandang. “Haha, dia bisa buat apa lagi?”Mendadak mendapat bertemu di arena yang sama, Li xiao sedikit curiga. ‘Heh! Memangnya aku takut.’ Menurunkan sikapan, mendekati Ming yi.Seolah dia tahu, siapa pertandingan pertama babak kedua ini. “Cepat bersujud, aku tidak akan memberimu belas kasihan … kalau sudah di atas.” Ming yi menggeleng, dia tidak bisa menang.Tidak terpancing, “Owh! Kau bisa melakukannya sekarang.” Malahan membalikan maksudnya.Para penonton semakin bersemangat, meskipun tahu pasti yang kalah, tapi cukup menghibur juga.Masuk bersamaan, pengawas Wang melempar bendera. Dua mata saling menyahut, tidak terlepas dari tatapan tajam.Ming yi menurunkan tangan kanan, sang hewan kontrak langsung muncul. Mengangkat tangan kanan, kuku panjangnya menyentuh ujung dagu, melirik ke
Seorang pria tinggi, bersama pria bertubuh gempal. Sang pengawas memberi abah-abah, mereka memasuki arena.Para penonton di balai Tàiyáng bersorak meriah, menyambut pertarungan babak pertama. Pengawas Wang melempar bendera kecil, ketika bendera mendarat pertarungan dimulai.Kletak.Dua pemuda melangkah ke depan, secara bersamaan mengeluarkan tinju. Namun, bagi pria tinggi yang memiliki bekas luka di pelipis. Sungguh ancaman besar bagi musuhnya, sangat terlihat jelas.Sang lawan terkapar hanya dengan satu pukulan, penonton bersorak. Pemenangnya sudah diputuskan, perkiraan dia baru menggunakan sepertiga kekuatan. Lawan telah tumbang, Bing bin sedikit bersemangat.Prok-prok!Tepukan tangan penonton. “Wah, benar-benar pemuda hebat! Ini seperti bukan bertarung.” Pengawas Wang memuji, melanjutkan ke pertarungan selanjutnya.Hingga puluhan pemain telah tumbang oleh si pria tinggi, babak pertama tentu dimenangkan olehnya. Detik ini, Bing bin memasuki arena, melawan pria seumurannya. “Lebih b
Pangeran ketujuh, Shen Jiang Zu. Li xiao memicingkan mata. “Ka-kamu.”“Adik, cepat masuk– beri hormat pada Pangeran Ketujuh.” An ran memapah masuk.Jiang Zu menepuk kipas. “Tidak masalah, jangan terlalu formal padaku.” Kedipannya membuat bulu berdiri, mau bagaimanapun dia tetap keluarga kerajaan. Memberi hormat, badan lurus 90 derajat, bangun, segera ke kamar.“Aku telah menunggu begitu lama, maukah kamu membuatkanku secangkir teh?”Li xiao terhenti, melirik ke samping. “Hah?” Kurang mengerti, entah trik apalagi yang digunakan.Ming bai menahan marah, melihat gelagat anaknya, tidak mau menyanjung. Mengusulkan, “Pangeran tunggu.” Bergegas ke putri keempat. “Cepat, layani Pangeran dengan baik.”Apa menjual putrinya? Hanya bisa menggeleng, badan di paksa di dudukan. “Pangeran silakan, kalau kurang sesuatu panggil kami.” Ming Bai membawa sisa anaknya keluar.Hanya berdua.Seolah Li xiao ingin ada badai merobohkan rumah, tidak perlu basa-basi. “Untuk apa kau datang? Jangan harap memaksa
Menarik sekuat tenaga!Menghindar ke kiri, mengangkat tangan, jijik disentuh. “Bedebah, hari ini biar aku yang menghukummu!” Sring!Dua jarum emas turun di ujung kanan jemari mungilnya, memutar sekali lempar!Jarum melesat maju, kecepatannya tidak bisa diimbangi mata si gendut. Menancap dua betisnya. “Aghh!”Merunduk, dua tangan menumpu tubuh, kalau tidak— sudah berguling di tanah. Si hitam mendekat. “Kamu kenapa? Cepat bangun!”“Kakiku, sakit! Gak bisa gerak!” Mengusapi dua kaki di balik hanfu coklat. Temannya mengikuti rabaan tangan gemuk. Mencoba mencari akar permasalahan di kaki.Merasakan ada yang ganjal, “Agh!” Tidak bisa dicabut, terlalu sakit. Jarum emas tertancap sepertiga, panjangnya setelunjuk. “Wanita gila, kau tidak tahu siapa ayahnya?” Tidak peduli! Jangankan ayah si pria gendut seorang wakil biro jasa hukum tingkat 3. Bahkan, anak kaisar pun tidak melepaskan begitu mudah.Menyilangkan tangan, bibir kiri meninggi dengan sedikit senyum. “Owh! Kata terakhirmu?” Li xiao
Seluruh keluarga Lu, siap mengadili kesalahan Li xiao. Meng yi paling antusias, sekaligus kesal mengapa masih selamat? “Kakek, lihat dia,” menunjuk. “Kenapa bisa pulang malam?”Lu San Tu memandang penuh, mencoba memberinya pembelaan. Sebelum bisa, dipotong Lu Nian. “Sudah jelas, melakukan perbuatan ‘tak senonoh!”Sang ibu segera meralat tuduhan, “Tunggu, tanyakan lebih dulu. Xiao er, sini.” Penuh lembut memapah masuk.Semakin Li xiao diam, mereka lebih penasaran. “Lihat, aku diantar siapa?”Bing bin mencemooh, “Kereta? Memang, siapa yang mau menampung wanita sepertimu?” Menggeleng, diikuti senyum meremehkan.Kereta belum menghilang sepenuhnya. “Itu saja tidak tahu, apa harus memberimu mata lagi? Atau, menghilangkan mata itu?” Mendengar ucapannya, serasa umpatan. Menambah kekesalan. “Heh! Palingan, pria hidung belang yang menod—agh!”Plak!Tamparan sopan, “Tutup mulutmu! Lihat baik-baik. Siapa yang punya tandu bersimbol singa emas?” Lu san tu, menekankan lambang kereta. Meskipun jarang
“Awas!” Maju, menghadang. Yushen membalikan kursi— cukup satu untasan tangan, dua pria terjatuh. Li xiao terkesima, entah seberapa kuat pria ini?Terpaku dengan kekuatannya, tapi kekesalan dan kejijikan di hati jauh-jauh-jauhhh lebih besar. Mengenali pria berkulit gandum, hampir … hampir melihat aset paling berharga.“Dasar pria lumpuh! Mau ikut campur saja!” Meremehkan, sesaat bangkit, siap menyerang.Swesssh! Selendang mengelebat cepat.“Akhh!”Sebelum tegap berdiri, teman sampingnya kembali terjatuh. Memegangi leher, menguraikan darah segar. Dua tangan bergetar, tidak mungkin. Rupanya salah mencari mangsa. “Si-si-siapa kamu?” suara terbata-bata. Mundur dua langkah, pupil bergetar ketakutan. Aura Yushen semakin pekat, mengambil pedang di bawah. Tanpa omong, membunuh pria tadi, dia selanjutnya. Memegang pedang, memandang ke depan. Mengingat, begitu jijik! Ingin mencabik-cabik sebelum dibunuh. “Terlalu baik, mengirimmu dengan satu tebasan.” Menyeringai, ain mengutuk, pedang terang
Meremas dada.“Aghh! Berhenti sialan!” teriakan membana.Tidak mau selesai, malah tersenyum lebih genit. Tubuh Li xiao menggigil, mulut merapat, memberi tatapan menajam ke pria berkulit gandum.Ingin memotong tangan kotornya. ‘Sial, tunggu aku lepas. Kuputuskan tangan menjijikanmu!’ kutukan hatinya. Namun apa daya, keluar dari jaring tidak bisa, hingga telapak tangan menghitam gosong. Keringat dingin, mulai menitik ke dahi. Kumis palsunya, terlepas ulah keringat ketakutan, siap mendatangkan masalah besar. Pria gandum, semakin tertawa dan mengulangi lagi. Malahan, menjulurkan kedua tangan berbelulang melepas baju Li xiao. “Haha, kita lihat apa yang ada di sini.” Puih! Meludahi, mata melotot tajam. “Cuih! Kuperingatkan, jangan lakukan hal diluar kemampuanmu!”Menghindar, pria ini semakin marah, meluapkan tamparan sekali.Plak!“Sampah ini, rupanya tidak mau di lembutin? Heh! Lebih suka di kasarin? Baiklah!” Mengusapi air liur di pipi kiri. Memaju, auranya lebih mengintimidasi, dua t