"Ssst! Aw, punggungku!"
Lirih seorang gadis, mata tertutup, tangan kiri mencoba meraih pinggang. "Bentar, bantalan keras macam apa ini!" melengkingkan suara. Tangannya merasakan bulir-bulir keras di bawah punggung. Membuat punggungnya terasa sakit. Mencoba membangunkan diri, pandangan masih samar-samar. Naas, tubuh tidak mengikuti keinginan. Badan kecilnya, hilang keseimbangan dan tumbang. Kaki di atas, kepala di bawah, tepat di atas bebatuan.
"Akkkaaaagh!"
"Adududuh, pinggangku! Kaki siapa? Eh, sepatu macam apa itu? Lebih mirip boots dari modelnya. Kuno sekali," cibirnya. Menatap sebuah kaki di atas dibalut benda berwarna putih, tetapi berubah menjadi cokelat saking kotornya.
Semakin dia memandang, semakin ada yang aneh. Pupilnya sedikit mengecil, terus terfokus ke atas. Gerak ke kiri, ikut ke kiri. Geser ke kanan, ikut ke kanan, naik atas bawah samping. Yang mana, gerakan itu mengikuti isi pikirannya
Dahi mulai melipat, disusul bukaan bibir, "Aaakhhhhh! Se-sepatu jelek itu milikku? Itu kakiku? Naniii!" Baru tersadar, itu adalah kakinya. Netra hitam pekat sigap melihat sekeliling. Sebuah pohon besar, dari kejauh terlihat menjulang tinggi. Menampak ke kiri, sebuah cekungan batu seperti goa. Mengintip ke bawah, bebatuan kecil dan besar menghiasi punggung. Di area yang dia tiduri, sedikit gemercik air. Ini sungguh berbeda dari apa yang dia lihat selama ini.
Ainnya melompat keluar, meninjau tangan penuh luka. Memandang semakin ke bawah tidak percaya. Baju yang dikenakan bukan miliknya. Mulut hati itu mulai kembali terbuka. Mengangkat siku, posisinya masih terjungkal.
"Ihh! Jijik, tangan siapa ini? Sudah seperti kaki ayam saja!" mengejek diri sendiri. Namun, tubuh ini bukan miliknya. Anehnya, apapun yang dipikirkan begitu sinkron dengan badan. Seolah-olah, dia memiliki tubuh ini. Padahal, bukan begini tampilan dirinya.
Mulai tersadar akan penampilan anehnya. "Ahh, ja--jangan bilang ini tanganku? Kenapa tanganku hitam kurus begini? Luka apa ini?" bingung. Gadis terjungkal, belum mengerti keadaan yang melandanya. Begitu sulit untuk mencerna situasi ini.
Klenting!
"Sss! Ah!"
Mulut mendiam, tangan memegangi kepala. Diikuti desisan dan sempitan mata. Sebuah bayangan muncul di pikirannya. Dia sangat mengingat dirinya bernama Li xiao, seorang agen rahasia dari abad ke 21.
Tugasnya membunuh para koruptor dan juga mafia. Terakhir kali yang diingat. Menerima tugas, membunuh ketua mafia di Utara. Sebelumnya, tugas yang diambil dan dijalani tidak pernah gagal. Kecuali perjalanan ke Utara ini;
''Lihat siapa Assassin itu?" kejut seorang lelaki. Berucap rendah, energinya hampir habis, tubuh dipenuhi darah. Tepat di depan mereka, ada seorang wanita gagah berani. Sedikit senyum di wajah, "Haah! Baiklah, aku tidak pernah memberi tahu siapa namaku. Kecuali orang itu sudah mau mati, jadi ingat namaku L-i x-i-a-o. Katakan namaku pada para penghuni neraka!" tekanan kata Li xiao. Dia mulai mendekati mobil, siap lari dari sini. Tentunya, memusnahkan tempat ini.
Senyum iblisnya keluar, dibarengi sebuah granat di tangan kanan. Ingin meluluhlantakkan markas ini. Datang kendaraan roda 4, sekujur badan berwarna hitam legam. Siap melaju membawanya pergi. Wajah angkuh nan sombong, terlukis di paras Li xiao. Melempar granat di tangan, tetapi berhenti sejenak. Membidik seekor Kucing hitam mendiam di depannya.
"Li xiao cepatlah, tapi itu ada Kucing hitam. Katanya pembawa sial," desis seorang laki-laki. Merupakan partner Li xiao. Omongan itu, tidak dihiraukan dan belum memasuki mobil. Masih memegangi granat.
"Persetan macam apa itu! Kucing hitam? Aku tidak akan pernah sial. Meski kau melangkahiku sekaligus, hehe!'' seringai Li xiao. Melepas pedal granat, melemparnya ke depan.
Plukk!
''Meaow."
Li xiao melempar granat seukuran kepalan tangan ke depan. Secara bersamaan, kucing hitam malah memaju. Menyundul granat, mengakibatkan kembali tepat di depan Li xiao. Berpantulan dengan kepala Kucing hitam. Tidak sempat menghindar, seraya pantulan granat secepat kilat mendekati dahi. Belum mengedip, granat itu meledak tepat di depan bola mata.
''Akhhhh, dasar kucing in--"
Dhuarrr!
"Meaooww!"
---*
.
..
...
"Ssst! Aww, ah! Aku ingat sekarang! Sialan, gara-gara Kucing hitam itu. Aku mendarat disini! Tidak biasanya aku gagal, apa aku ada di surga? Emm, tapi ini tidak bisa dibilang surga. Hehhe jika ini neraka! Baiklah, jangan sampai aku melihatmu, kalau tidak--- Ckck, kamu akan menjadi kucing panggang!" tawa yang tidak sadar ada di tempat apa ini.
Li xiao berhenti sejenak, meluruskan kaki, bergeser sedikit. Membuat tubuhnya terlentang. Dia ingat sekali apabila terkena granat itu yang sudah di modif. Daya hancurnya sangat tinggi, hanya menyisakan debu. Tapi kenapa dirinya malah masih hidup dengan daging? Andaikata menjadi hantu, kenapa masih merasakan sakit?
"Tunggu sebentar, aku ingat sekali granat itu damagenya enggak main-main, kenapa aku masih hidup? Atau aku hantu? Apa aku di surga? Oh tidak mungkin! Di sini tidak empuk dan pemandangan sangat jelek. Terlebih apa-apaan baju yang kukenakan ini? Mengapa bajuku berubah? Apa para penghuni neraka memberikanku baju? Atau akhhh, aku pus--" rengekan Li xiao terjeda. Akibat rasa sakit di kepala, mulai menyerangnya sekali lagi. Membuatnya melihat bayangan seseorang.
Klentiiiiing!
"Aw, ah ssst, aww!"
"Memori macam apa itu? Apa aku berhalusinasi? Atau mimpi? Tidak juga ini mimpi! Pinggangku masih terasa sakit dan tubuhku masih nyeri. Itu berarti aku belum mati tapii? Ahh, bila ini neraka, bajingan itu akanku seret dia bersamaku. Kalau aku benar-benar mati di neraka!" kutuk Li xiao. Kebingungan atas kejadian yang menimpanya. Hingga melihat sekeliling, masih belum sepenuhnya mengerti.
"Meaoww."
Menangkap suara itu, sel-sel tubuh Li xiao menegang dan langsung melirik ke asal suara yang sangat dia benci. "Ekh, suara ini? Bajingan mati kao!" raung Li xiao. Bangun dari tidur. Namun, itu hanya mimpi, tubuhnya masih sepenuhnya tergeletak di bawah. Ini pukulan berat baginya, bagaimana tidak. Di kehidupan yang dulu, dia seorang Assassin, membunuh tanpa suara. Sudah ada ribuan orang mati di tangan kirinya.
Li xiao seorang Assassin, menguasai beberapa teknik bela diri. Lamun tangan lentur itu menari dengan jarum. Bisa mengembalikan nyawa, di ambang pintu kematian, begitu dengan sebaliknya. Bisa membuat tubuh sehat dan bugar, menjadi mengikis dan semakin lesu. Lemah dan hanya menyisakan kerangkanya saja. Maka, dia terkenal kemampuan medis kanan dan kiri. Itu tergantung dengan mood. Semisal, mau membunuh. Cukup satu suntikan saja, mau menyelamatkan cukup satu pil. Tak heran, dia disebut sebagai Assassin terkuat di abad 21. Tangan kiri menyelamatkan ribuan orang, tangan kanan membunuh jutaan orang. Usianya baru 25 tahun. Malah sekarang tidak bisa berbuat apapun. Bahkan membunuh kucing, yang menghantarkan kematiannya, tidak bisa dibunuh. Kalau ini diketahui dunia, sudah jelas betapa memalukan!
Bibir hatinya komat-kamit, mengutuk kucing hitam. Indra penglihatan, tak pernah lepas dari kucing, yang ditemui di perjalanan misi ke Utara. Sekarang, ikut bersama berada di sisinya.
"Hentikan tatapan itu, meski kau merangkak pun tidak bisa membunuhku!" ejek Kucing hitam. Bisa berbicara, lengkap hempasan tangan untuk mengejek Li xiao.
Menerima sikap si Kucing dan ucapan itu. Darah Li xiao mendidih, bola mata bak mengeluarkan api. Baru kali ini, menerima perlakuan begini. "Siapa anjing ini? Berani sekali mengejekku," cibir Li xiao. Si Kucing hanya mengedikkan dagu dan memutar bola mata, "Lihat baik-baik, aku Kucing bukan Anjing. Hehe, siapa yang siapa seperti Anjing di sini?" subtex 'hanya bisa menggonggong saja.' Andai saja, Li xiao bisa bergerak, kucing ini sudah menjadi santapannya.
"Bedebah!"
Klentinggg.
"Sst, aw ahh." Li xiao kembali memegangi kepala dan meringis sekali lagi.
"Kekeke, apa kau sudah mengingat itu semua?" seringai Kucing hitam. Dia tahu sesuatu yang menimpa pemilik tubuh dan juga bisa dibilang kematian Li xiao. Tangan kecil memegangi dahi, benih mata memejam. Li xiao melihat apa yang dialami pemilik tubuh yang dirasuki. Serta, mengingat semua ingatan sebelumnya, yang merenggut nyawa pemilik tubuh ini. Li xiao menonton memori pemilik tubuh asli(Xiao li) begitu bodoh! Bergelantungan di hulu sungai, hingga terjatuh di sungai sampai ke dasar lembah dan meninggal. Malar-malar, ingatan sampai ke umur 16 tahun, yang sangat menyedihkan dia ingat. Mampu membuatnya menggidik ngeri. Begitupun dengan dirinya, Li xiao yang mati dan bangun-bangun. Sudah ada di dunia entah berantah ini.
---
Ketika di kehidupan dulu, Li xiao meninggal akibat pantulan granat dari Kucing hitam. Wajah pucatnya terus meringis kesakitan, mengingat semua impresi Xiao li. Seorang nona keempat keluarga Lu. Bodoh, lemah, dan menjadi bahan olok-olokan semua orang, sampai di seluruh ibukota. Namanya sangat terkenal sebagai 'sampah masyarakat.' Belum lagi kemampuannya begitu payah, tidak memiliki benih jiwa spiritual. Tidak pernah membuka merdian. Sehingga tidak bisa mempelajari perkultivasian, apalagi seorang Summoner atau Alchemist. Dia benar-benar bodoh dan lemah. Dia adalah wujud dari kegagalan. Seandainya Xiao li bertemu monster tingkat 1, akan mati begitu saja. Pantas saja, dia dikucilkan dan di siksa. Sampai kebodohan dan kelemahannya merenggut nyawanya sendiri.
Klentinggg.
"Haah, ah!"
Menghela napas sesak, mengingat memori pemilik asli tubuh yang dirasuki. Kepala menggeleng, tidak bisa menerima nasibnya. Mulai sekarang, dia menyandang nama sebagai 'sampah masyarakat.' "Persetan macam apa ini! Apa aku pindah dimensi? Terlahir kembali, sebagai Xi--xiao li nona Keempat keluarga Lu? Dia terlahir sebagai sampah dan menerima pem--pembatalan pernikahan!" umpat Li xiao. Beralih menduduk di bebatuan. Mencoba memahami kondisinya sekarang. Mulutnya tidak bisa ditahan dan mengeluarkan umpatan demi umpatan.
"OMG! Ya Tuhaaan, tidak aku sangka, aku bisa masuk ke sini? Aku pikir-pikir, aku tidak mati di tabrak? Tapi, bisa terlempar ke dimensi lain dan merasakan kelahiran kembali?"
Menatap ke atas, "Aaaahhhhh! Author yang mana ini? Bisa-bisanya aku berada di sini? Cihhh! Aku hanya pernah mendengar cerita-cerita model begini dari para bawahanku! Sekarang, aku mengalaminya? Aduh-aduh hey! Kalau aku terlempar ke dimensi lain atau zaman apa ini! Setidaknya, aku menjadi tokoh utama yang kuat, pintar, cantik berkedudukan tinggi. Tentunya emm ... ekhem mempunyai harem. Seribu lelaki berada di bawah kakiku hehe. Harta, tahta dan Li xiao hahhaha," ledak Li xiao. Mengeluarkan ekspresi mengerikan.
Tentunya, kucing hitam tidak membiarkan ini berlanjut. "Sudahlah! Kamu simpan saja pemikiran bodoh itu, dan lihat kenyataan. Kamu hanya sampah masyarakat di sini. Seharusnya, kamu berterima kasih kepada pemilik tubuh itu, dengan begini kamu masih bisa hidup!" potong kucing hitam menyadarkan haluan Li xiao. Semua angan-angannya dipatahkan. Li xiao melirik kucing hitam, "Bentar-bentar "akkkkhh," teriak Li xiao yang...*..*
Semua angan-angan dipatahkan kucing hitam. Li xiao kembali ke kehidupan nyatanya. "Bentar-bentar aaakkkhhh," teriakan begitu nyaring. Baru menyadari kalau kucing hitam bisa bicara, mulut hatinya sudah berbentuk 0.Serasa ucapannya penuh ledek, "Sudah terlambat! Apa ini kehebatan Assassin? Sepertinya itu terlalu berlebihan. Huuh, dasar manusia tidak memiliki mata yang bagus!" sindir kucing hitam. Mengerti aksi terkejutnya. Sambil mengibaskan ekor dan membuang dagu penuh remeh terhadap Li xiao. Mulut Li xiao kembali komat-kamit, kesal akan ucapan itu, "Sialan, jika bukan dirimu yang menghampiriku! Apa aku akan berada di sini? Siapa si bodoh yang main melompatiku dan berakhir di sini?" tak kalah pedas balasan Li xiao.
Kupu-kupu berubah menjadi kecil, hinggap di telunjuk Li xiao dan menghisap darahnya. Cukup satu suntikan dan hisapan, mampu membuat Li xiao jatuh dari berdirinya. Matanya kian menutup dan tergeletak di bawah. "Hehehe aku menemukan Tuanku." "Bicara apa kau! Meow! Jika aku tidak membunuhmu sekarang, maka kamu menjadi saudaraku. Meow!" Memperlihatkan kuku. Swutt-swuth. Mencakar! "Hey! Hentikan kucing bodoh! Hentikan." Hushh!
Li xiao perlahan-lahan mengangkat kedua tangan, wajahnya sedikit ragu. 'Meski pria itu berlumur darah dan baju terkoyak. Aku bisa merasakan tekanan yang kuat mengintimidasiku. Tatapan mata itu tidak bisa didekati dan disentuh. Jika aku kabur dari sini? Sepertinya ide yang bagus hehe,' batin Li xiao masih mendiam. 'Bila kau kabur dari sini, jangan meninggalkanku,' balas Xia yu. "Ekkkhh!'' Erang Li xiao membuat pria ini semakin mendekatkan pedang. Hanya beberapa langkah dengan Li xiao. "Emmm," geram Li xiao kembali mendiam. 'Bodoh kita bisa mendengar pikiranmu! Maksudku, pikiran kita saling terhubung. Aku bisa me
Memperhatikan seorang gadis tegap dan berani berbicara kepadanya, pria ini menyunggingkan bibir. Lebih membentuk seringai lalu. "Bagaimana kau menyelamatkanku, sedangkan kau tidak bisa menyelamatkan diri sendiri?" Li xiao tidak bisa menjawab, omongan itu memang benar. Rupanya, Li xiao tidak kehilangan akal, dengan cepat memangkas otak. Agar pria ini percaya dengannya. 'Bagaimana caranya aku mengatasi pria ini? Aku baru bereinkarnasi, apa mau mati lagi? Ahh! Bisa-bisa orang lain yang tahu akan menertawaiku,' hati Li xiao. Tangan yang ke atas mulai menurun dan kian merapat satu sama lain. Membentuk genggaman di depan perut. Baru kali ini merasakan kegugupan. Tanpa sadar, meremas jari-jarinya hingga tidak sengaja. Telunjuk kiri, menyentuh cincin Ruby di telunjuk kanan.
Pria ini menghunus pedang ke depan, disaat Li xiao di bawah. Tidak ada rasa kasihan atau bersalah. Pedang itu merobek Hanfu Li xiao, membuat sayatan di tengah Hanfu. Untung saja, dia bergerak cepat membelah kaki. Jika tidak, pedang itu mendarat di paha dan kaki. Tepat di belahan kaki Li xiao, dari paha ke pinggul. "Yaaah! Bajingan!" pekik Li xiao. Memelototi pedang yang merobek Hanfu di sela-sela kakinya. "Boleh juga," tarikan pedang, dibarengi desisan. Pria ini kembali mengangkat pedang, menyerang kedua kalinya. 'Tidak-tidak, aku tidak ingin mati, sial tubuh ini begitu lemah dan lambat!' rutuk hati Li xiao. Swush. "Etss, tidak kena," ledek Li xiao cepat memundur. Lelaki ini kembali mengeluarkan ringisan, ulah luka yan
Seorang pria tua, membawa sebuah kotak persegi empat. Seperti laci yang ditumpuk menjadi satu, bila ditarik setiap lubang memiliki peralatan medis. Dia berjongkok, meletakan kotak yang berwarna cokelat tua. Sedikit ukiran di pintu dan di atasnya ada sebuah gagang untuk pegangan. Memusatkan mata, tangan meraih tangan kanan pria yang terluka. Benih mata bergeser kekanan-kekiri sedikit pejaman. Mengangguk, tangan kirinya berada di bawah tangan pangeran. Jari telunjuk kanan dan tengah disatukan, diletakan di tangan pangeran, tepat di pergelangannya. Mengintip ke botol yang dipegangnya. "Pangeran, ini-ini obat apa? Tapi menurut nadi Pangeran. Sudah stabil, serta suhu badan pangeran tidak tinggi, tetapi Hamba akan melakukan yang terbaik. Untuk mengeluarkan sisa-sisa serpihan ini," ucap hati-hati seorang tabib.
Suara lembut memburu, "Adik, kamu masih hidup? Aku tak percaya ini, apa benar ini kamu?" menghampiri mereka. Li xiao menoleh sesudah mendapat pelukan hangat dan rasa khawatir. Sehabis melewati hutan, lembah dan goa. 'Lihat penampilan ini, anggun dan menawan, tapi kata-katanya busuk! Kamu pikir aku sudah mati?' lirih jantung hati Li xiao. "Matalu buta?" "Adik, apa yang adik katakan?" Tampaknya sang kakak tidak terlalu mengerti, tetapi maksud dari Li xiao mungkin dimengerti. 'Kenapa si bodoh ini menjadi sangat agresif? Angkuh! Apa otaknya kebentur?' pikir nona pertama. Melihat gelagat adiknya terbilang aneh. "Dasar tidak berguna! Sudah baik Kakakmu mengkhawatirkan, kamu malah membentaknya! Seharusnya, memberi hormat terlebih dahul
Meluncur ke atas. Tangan kurus mengambil sebuah pisau, melempar! Scukk! "Aghhk!" Gedebrak! "Aaaghh!" teriak dayang. Mencering seorang pria berbaju hitam, jatuh tepat di depannya. Menarik tubuh ke belakang, tangan dan kaki semakin bergetar. Pria itu telah dipastikan mati. Mendapat, satu lemparan pisau oleh Li xiao. “Boleh juga kau, meski belum memasuki akar spiritual,” ledek Xia yu. “Bukan berarti, aku tidak bisa membunuh satu tikus 'kan? Sial, tubuh ini begitu lemah. Dulu, aku melempar pisau anginku--- bergerak lebih cepat dari ini!" melihat tangannya. Kembali menggenggam kesal! Memang dia menguasai t
Dari balikan tirai berdiri 5 orang berjubah hitam. “Sial! Kenapa aku tidak menyadari mereka.” Alis menekuk, mereka tidak terdeteksi, sudah pasti cultivator tingkat 4 ke atas.“Keluar atau ku keluarkan?!” teriak di depan kereta. Li xiao tidak punya pilihan, mau melawan belum pulih seutuhnya, mau lari tidak bisa. “Gimana nih, bedebah itu tidak mau menungguku pulang?” Menebak mereka suruhan Ming yi, siapa lagi yang menaruh dendam lebih besar dari komplotan mereka?Pria berjubah hitam, memegang pedang– tidak menunggu lama. Dia memiliki kesabaran setipis sutra. “Serang! Jangan biarkan dia hidup!” Syut!Saat mereka mulai mengepung kereta, turun pria berbaju hitam menghadang. “Jangan ganggu dia, kalian,” menunjuk semua, “lawan aku!” “Pahlawan dari mana ini?! Mau mati juga? Tinggal tanam!” marah. Menyerang tanpa aba-aba.Pria ini menghindar, di serang dari arah kiri, tinju beruap panas hampir mendarat di pipi. Tinggal 3 cm dari pipi kanan, hawanya terasa menusuk pipi. Melihat dia di kero
Jiang Zu, “Tepat! Nona Keempat jatuh, tapi tidak menyentuh tanah.” Berdiri, turun ke lapangan. Menegaskan, “Apa aku salah lihat, Pengawas Wang?” Seolah darah naik ke permukaan wajah Pengawas Wang, mengatur napas. “Tidak-tidak, saya tidak berani, tapi ini … ini… pertama kali ada hal seperti ini.” Meskipun mata duitan, tetap sadar dalam situasi ini. “Saya takut ada kesalahan, Pangeran Ketujuh ka–”“Pengawas Wang terlalu kaku, kau sendiri yang bicara, peraturan ‘kan emang perlu dilanggar.” “Tidak perlu di tanyakan, dia tidak menyentuh tanah! Sudah jelas, dia menang!” cetusan kata dari Pangeran Kedelapan.Semua orang diam, menerima apa yang terjadi, ‘Apa yang menarik darinya? Semua orang membela!’ batin Pengawas Wang. Tawa terpaksa keluar, “Hahaha, benar juga perkataan para Pangeran, dia,” melirik Li xiao, alis meninggi, sesaat menurun menahan amarah, “Menang.” Bola mata Ming yi mendelik, meraih lengan Pengawas Wang. “Apa?!” Menghentakkan tangan, meski suka uang, mendapat situasi pa
Anak jarum, melempar! Bagi Ming yi, ini bukan apa-apa. “Kau pikir aku buta!” Menangkis!Li xiao mundur, ‘Dia jeli juga, kalau ini?!’ Mengeluarkan jarum dari dua tangan. Melempar satu-satu, mengelilingi udara.Hak! Serbuan anak jarum menghujani Ming yi, bukan hanya dua jurus. Seluruh jurus Li xiao hampir keluar. Semua ini tidak berarti, tersenyum. “Cukup sudah main-mainnya.” Mengeluarkan pedang, di simpan di balik punggung. Mata memicik, sudut mulut kiri meninggi. “Hak!”Serangan begitu cepat, Li xiao tidak bisa menghindar. Gaun hanfu hitam merah tersobek, bagian lengan kiri menimbulkan darah. Merunduk, bertumpu dua kaki. “Aku pasti membalaskan semua yang kuterima! Walau ‘tak sepenuhnya, kupastikan kau mengingat ini!” Meremas jari, menyeka keringat. Tangan menyobek ujung hanfu, membalut luka. Penonton memperhatikan semua gerak-gerik mereka di arena. “Wah lihat itu, adiknya tidak segan-segan di sembelih!”“Untung bisa menghindar kalau tidak, lehernya melayang!”Mulai berbincang, samb
Li xiao dengan Ming yi.Seluruh penonton bergejolak mendengar teriakan pengawas Wang.“Huuuh!”Hampir semua penghuni balai, menebak Li xiao kalah telak dari Mingyi. Bahkan, senyum cerah adik kelima mengumandang. “Haha, dia bisa buat apa lagi?”Mendadak mendapat bertemu di arena yang sama, Li xiao sedikit curiga. ‘Heh! Memangnya aku takut.’ Menurunkan sikapan, mendekati Ming yi.Seolah dia tahu, siapa pertandingan pertama babak kedua ini. “Cepat bersujud, aku tidak akan memberimu belas kasihan … kalau sudah di atas.” Ming yi menggeleng, dia tidak bisa menang.Tidak terpancing, “Owh! Kau bisa melakukannya sekarang.” Malahan membalikan maksudnya.Para penonton semakin bersemangat, meskipun tahu pasti yang kalah, tapi cukup menghibur juga.Masuk bersamaan, pengawas Wang melempar bendera. Dua mata saling menyahut, tidak terlepas dari tatapan tajam.Ming yi menurunkan tangan kanan, sang hewan kontrak langsung muncul. Mengangkat tangan kanan, kuku panjangnya menyentuh ujung dagu, melirik ke
Seorang pria tinggi, bersama pria bertubuh gempal. Sang pengawas memberi abah-abah, mereka memasuki arena.Para penonton di balai Tàiyáng bersorak meriah, menyambut pertarungan babak pertama. Pengawas Wang melempar bendera kecil, ketika bendera mendarat pertarungan dimulai.Kletak.Dua pemuda melangkah ke depan, secara bersamaan mengeluarkan tinju. Namun, bagi pria tinggi yang memiliki bekas luka di pelipis. Sungguh ancaman besar bagi musuhnya, sangat terlihat jelas.Sang lawan terkapar hanya dengan satu pukulan, penonton bersorak. Pemenangnya sudah diputuskan, perkiraan dia baru menggunakan sepertiga kekuatan. Lawan telah tumbang, Bing bin sedikit bersemangat.Prok-prok!Tepukan tangan penonton. “Wah, benar-benar pemuda hebat! Ini seperti bukan bertarung.” Pengawas Wang memuji, melanjutkan ke pertarungan selanjutnya.Hingga puluhan pemain telah tumbang oleh si pria tinggi, babak pertama tentu dimenangkan olehnya. Detik ini, Bing bin memasuki arena, melawan pria seumurannya. “Lebih b
Pangeran ketujuh, Shen Jiang Zu. Li xiao memicingkan mata. “Ka-kamu.”“Adik, cepat masuk– beri hormat pada Pangeran Ketujuh.” An ran memapah masuk.Jiang Zu menepuk kipas. “Tidak masalah, jangan terlalu formal padaku.” Kedipannya membuat bulu berdiri, mau bagaimanapun dia tetap keluarga kerajaan. Memberi hormat, badan lurus 90 derajat, bangun, segera ke kamar.“Aku telah menunggu begitu lama, maukah kamu membuatkanku secangkir teh?”Li xiao terhenti, melirik ke samping. “Hah?” Kurang mengerti, entah trik apalagi yang digunakan.Ming bai menahan marah, melihat gelagat anaknya, tidak mau menyanjung. Mengusulkan, “Pangeran tunggu.” Bergegas ke putri keempat. “Cepat, layani Pangeran dengan baik.”Apa menjual putrinya? Hanya bisa menggeleng, badan di paksa di dudukan. “Pangeran silakan, kalau kurang sesuatu panggil kami.” Ming Bai membawa sisa anaknya keluar.Hanya berdua.Seolah Li xiao ingin ada badai merobohkan rumah, tidak perlu basa-basi. “Untuk apa kau datang? Jangan harap memaksa
Menarik sekuat tenaga!Menghindar ke kiri, mengangkat tangan, jijik disentuh. “Bedebah, hari ini biar aku yang menghukummu!” Sring!Dua jarum emas turun di ujung kanan jemari mungilnya, memutar sekali lempar!Jarum melesat maju, kecepatannya tidak bisa diimbangi mata si gendut. Menancap dua betisnya. “Aghh!”Merunduk, dua tangan menumpu tubuh, kalau tidak— sudah berguling di tanah. Si hitam mendekat. “Kamu kenapa? Cepat bangun!”“Kakiku, sakit! Gak bisa gerak!” Mengusapi dua kaki di balik hanfu coklat. Temannya mengikuti rabaan tangan gemuk. Mencoba mencari akar permasalahan di kaki.Merasakan ada yang ganjal, “Agh!” Tidak bisa dicabut, terlalu sakit. Jarum emas tertancap sepertiga, panjangnya setelunjuk. “Wanita gila, kau tidak tahu siapa ayahnya?” Tidak peduli! Jangankan ayah si pria gendut seorang wakil biro jasa hukum tingkat 3. Bahkan, anak kaisar pun tidak melepaskan begitu mudah.Menyilangkan tangan, bibir kiri meninggi dengan sedikit senyum. “Owh! Kata terakhirmu?” Li xiao
Seluruh keluarga Lu, siap mengadili kesalahan Li xiao. Meng yi paling antusias, sekaligus kesal mengapa masih selamat? “Kakek, lihat dia,” menunjuk. “Kenapa bisa pulang malam?”Lu San Tu memandang penuh, mencoba memberinya pembelaan. Sebelum bisa, dipotong Lu Nian. “Sudah jelas, melakukan perbuatan ‘tak senonoh!”Sang ibu segera meralat tuduhan, “Tunggu, tanyakan lebih dulu. Xiao er, sini.” Penuh lembut memapah masuk.Semakin Li xiao diam, mereka lebih penasaran. “Lihat, aku diantar siapa?”Bing bin mencemooh, “Kereta? Memang, siapa yang mau menampung wanita sepertimu?” Menggeleng, diikuti senyum meremehkan.Kereta belum menghilang sepenuhnya. “Itu saja tidak tahu, apa harus memberimu mata lagi? Atau, menghilangkan mata itu?” Mendengar ucapannya, serasa umpatan. Menambah kekesalan. “Heh! Palingan, pria hidung belang yang menod—agh!”Plak!Tamparan sopan, “Tutup mulutmu! Lihat baik-baik. Siapa yang punya tandu bersimbol singa emas?” Lu san tu, menekankan lambang kereta. Meskipun jarang
“Awas!” Maju, menghadang. Yushen membalikan kursi— cukup satu untasan tangan, dua pria terjatuh. Li xiao terkesima, entah seberapa kuat pria ini?Terpaku dengan kekuatannya, tapi kekesalan dan kejijikan di hati jauh-jauh-jauhhh lebih besar. Mengenali pria berkulit gandum, hampir … hampir melihat aset paling berharga.“Dasar pria lumpuh! Mau ikut campur saja!” Meremehkan, sesaat bangkit, siap menyerang.Swesssh! Selendang mengelebat cepat.“Akhh!”Sebelum tegap berdiri, teman sampingnya kembali terjatuh. Memegangi leher, menguraikan darah segar. Dua tangan bergetar, tidak mungkin. Rupanya salah mencari mangsa. “Si-si-siapa kamu?” suara terbata-bata. Mundur dua langkah, pupil bergetar ketakutan. Aura Yushen semakin pekat, mengambil pedang di bawah. Tanpa omong, membunuh pria tadi, dia selanjutnya. Memegang pedang, memandang ke depan. Mengingat, begitu jijik! Ingin mencabik-cabik sebelum dibunuh. “Terlalu baik, mengirimmu dengan satu tebasan.” Menyeringai, ain mengutuk, pedang terang