Rasa lemas yang menyiksa tidak lagi Jolie rasakan ketika membuka mata. Sebaliknya, tubuh Jolie ter-recharge penuh sehingga tidak ada lagi rasa nyeri atau apa pun yang menyakiti seperti kemarin.Jolie merengkuh kenyamanan di atas ranjang empuk yang memanjakan. Kepalanya juga terasa ringan, seperti tidak ada beban pikiran yang menyiksa. Sayangnya, kenyamanan itu berlangsung sesaat. Suasana asing di kamar itu menyadarkan bahwa dia sedang tidak berada di kamar miliknya apalagi di rumahnya.Jolie bergerak bangkit dari tidurnya. Matanya telah awas memindai ruangan didominasi warna monokrom. Segala perabotan yang ada di sana bukanlah gaya seorang Jolie.Satu hal baru yang mengejutkan Jolie saat itu adalah pakaian yang melekat di tubuhnya. Dia tidak lagi mengenakan pakaiannya, melainkan kemeja putih milik seorang pria.Ada di mana Jolie sekarang? Apa yang terjadi kemarin? Jolie mengintip—memeriksa tubuhnya, takut terjadi hal buruk yang tidak diinginkan. Walaupun tidak tertinggal jejak erotis
Sepasang kaki yang berhasil membawa tubuh menjauh dari lantai atas berakhir berhenti di ruang makan. Ujung bibir telah tertarik, menimbulkan seringai tipis di bibir. Bryan sungguh tak menyangka berhasil meluluhkan Jolie yang keras kepala. Dia menduga tidak akan berhasil membujuk wanita yang terkenal keras kepala itu.Sungguh di luar prediksi Bryan, Jolie bisa luluh hanya karena perlakukan lembut dan pernyataan manis yang serius diucapkan. Bryan tersenyum lemah, jiwanya merasa puas mengetahui satu kelemahan Jolie. Setidaknya pernyataan yang telah diucapkan pun bukan sekadar rayuan, Bryan memang benar-benar akan memanfaatkan kondisi Jolie demi menyelesaikan permasalahannya. Pria itu akan membantu Jolie, dengan syarat Jolie dapat membantunya.Namun, di tengah-tengah kepuasan itu ada sesuatu yang mengusik. Jantung Bryan sejak tadi masih belum berdetak normal. Ritmenya masih berantakan, bahkan ada emosional asing yang membuat Bryan merutuk diri sendiri.Saat tadi memeluk Jolie, Bryan terdo
“Aku akan mengantarmu.” Bryan bergerak cepat bangkit dari duduknya setelah melihat Jolie habis menikmati sarapan. Dia berdiri di sebelah Jolie yang masih terduduk. Setelah berhasil memaksa Jolie menikmati sarapan buatannya, Bryan kembali memaksa Jolie diantar olehnya. Pria itu tak takut pada mata Jolie yang melayang tajam, seolah mengisyaratkan penolakan yang tegas.“Kau baru pulih dari demam tinggi kemarin malam. Aku hanya tidak ingin kau pingsan seperti kemarin,” jelas Bryan beralasan.“Kenapa kau melakukan ini, Bryan?” Jolie bersuara dingin.Bryan tersenyum lemah seperti kecewa. Kemudian dia mengembuskan napas yang dalam seolah menggali kesabaran. “Sejak pertemuan pertama kita, aku tidak pernah melupakanmu. Jujur saja, kau adalah satu-satunya wanita yang membekaskan kesan istimewa di hidupku.”“Lalu kenapa enam tahun lalu kau tidak menginginkanku dan menyuruhku menggugurkan kandunganku? Kenapa kau tidak menemuiku selama ini?” Jolie mencecer tegas.Bryan terdiam dengan ekspresi ding
“Tuan Jayden? Tuan Jayden?”Teriakan yang berulang kali terdengar menyadarkan Bryan—dan Jayden yang saling tatap. Berbeda dengan Bryan yang memalingkan pandangan ke arah belakang Jayden, anak laki-laki itu masih tajam menatap Bryan.“Namamu Jayden? Kau kembarannya Zoey?” bibir Bryan telah mengulas seringai tipis. Otaknya langsung mengingat bahwa Jolie mengandung bayi kembar. Dia mendengar percakapan Jolie dan Rebecca enam tahum silam. Tentu Bryan tak lupa tentang fakta itu.“Tidak baik berbicara banyak pada orang asing, walaupun kemarin Anda telah membawa Zoey ke rumah sakit.” Jayden masih bersikap dingin.Bryan tertawa lemah, kemudian kakinya melangkah maju berusaha mendekati Jayden. Di saat yang sama, Jayden bergerak mundur. Anak laki-laki yang telah rapi mengenakan seragam sekolah itu enggan berdekatan dengan Bryan.“Anda memang orang yang jahat.”Bryan terkejut mendengar pernyataan dingin yang dikeluarkan dari mulut kecil Jayden. Mata abu-abunya sampai membulat sempurna menatap Ja
“Kenapa kau berani berkata seperti itu? Bagaimana jika Zoey menanggapi serius?” Andreas mencecar Bryan yang berhasil diseret keluar dari kamar.Bryan melepas kesal tangannya dari cengkraman tangan Andreas. Sementara mata abu-abunya sudah menyorot tajam. “Aku memang tahu siapa Daddy-nya Zoey.”“Jangan bicara omong kosong, Bryan!” Andreas mencela kesal.“Kau sudah mengenalku lama, apa aku pernah main-main ketika berbicara?”Andreas terdiam memandangi Bryan yang memperlihatkan keseriusannya. “Orang tuanya saja tidak tahu siapa bajingan itu, karena Jolie bersikeras tidak memberi tahu siapa pun. Kau pikir kau siapa sampai mengetahui siapa bajingan itu?!”“Jika aku benar-benar tahu siapa bajingan itu, kau mau bertaruh denganku?” Bryan menantang kritikan tajam Andreas.“Aku tidak punya waktu main-main denganmu, Bryan. Aku punya banyak pekerjaan. Kau juga orang yang sibuk.” Andreas menolak dengan nada bergurau.Pria itu lebih tenang menatap Bryan. Dia memindai kondisi Bryan yang dinilai berb
Bryan beranjak dari duduknya setelah berhasil menidurkan Zoey. Buku cerita yang selesai dibacakan pun Bryan tutup dan diletakkan di meja nakas. Pria tampan itu merapikan selimut Zoey. Dia memandangi Zoey yang tertidur pulas di balik wajah cantiknya yang memucat.Beberapa waktu lalu Arne datang ke rumah sakit karena ditugaskan menemani Zoey. Pengasuh si kembar itu datang membawa buku cerita dan beberapa peralatan mewarnai guna mengusir kebosanan Zoey. Ketika rasa kantuk datang, Zoey meminta Bryan membacakan buku cerita pilihannya. Permintaan Zoey tidak ditolak oleh Bryan.Beberapa kali Zoey memprotes Bryan yang membaca, bukan seperti bercerita. Bahkan Zoey sampai mengajari bagaimana membaca buku cerita untuk anak-anak seperti dirinya. Sampai akhirnya Bryan bisa membaca sembari bercerita hingga Zoey tertidur pulas.Bibir Bryan telah menipis karena senyuman yang terukir. Mata abu-abunya terhangati oleh Zoey yang tertidur dengan napas teratur. Namun, senyuman itu berangsur lenyap ketika t
Sisa dessert di piring telah masuk ke dalam mulut Dena. Giginya sedang mengunyah dengan gerakan lambat. Wanita itu memang sengaja melakukannya. Dia sedang mengulur-ulur waktu setelah berhasil meyakinkan Bryan untuk tidak menceritakan apa pun sebelum mereka menikmati hidangan lunch di restoran mewah itu. Dena tak merasa tak takut pada Bryan yang menatap tajam. Dia bahkan sengaja mengagunkan diri ketika membasahi mulutnya dengan air mineral.“Lunch siang ini sangat nikmat sekali. Aku bisa menikmati makananku sampai habis tersisa.” Dena berpura-pura ketika ingin mengabaikan suasana yang mencekam. “Bagaimana kalau kita lanjut ke wine? Sudah lama kita menikmati wine bersama,” lanjutnya merayu manis.“Tidak!” Bryan menolak tegas.“Ayolah, Bryan! Ini adalah terakhir kalinya. Tidak ada salahnya kita melakukan perpisahan manis, bukan?”“Kau tidak takut padaku, Dena?” mata abu-abu Bryan sudah menatap dingin tanpa belas kasih. “Kau pikir aku ini bodoh? Kau sengaja mengulur-ulur waktu agar bisa l
Bryan langsung mendekati Jolie tanpa sepatah kata. Kelima jemari kirinya sangat egois meraih tangan kanan Jolie, menyelip ke setiap ruas jemari Jolie tanpa permisi. Dengan sikap tidak ada kesopanan pula Bryan menarik Jolie pergi dari sana tanpa peduli Rebecca—keponakan ipar, termasuk Dena yang menatapnya marah.Hal yang terpenting bagi Bryan saat itu adalah menjelaskan situasi pada Jolie. Dia cemas Jolie salah paham pada situasi beberapa waktu lalu, di mana dia muncul bersama Dena dengan situasi yang tidak mengenakkan. Apalagi Dena melontarkan pernyataan sepihak bahwa Bryan adalah pacarnya.Bryan sangat tidak suka hal-hal seperti itu merusak segala rencananya yang sudah tersusun sempurna.Mata abu-abu Bryan melirik Jolie ketika berada di dalam lift yang bergerak turun. Dilihat dari ekspresi dingin Jolie, Bryan sudah bisa menebak bahwa wanita cantik di sebelahnya itu dalam keadaan buruk.“Semua tidak seperti yang kau pikirkan—”“Bersama? Saling bersandar? It’s a bullshit, Mr. Bryan Mck