“Aku akan mengantarmu.” Bryan bergerak cepat bangkit dari duduknya setelah melihat Jolie habis menikmati sarapan. Dia berdiri di sebelah Jolie yang masih terduduk. Setelah berhasil memaksa Jolie menikmati sarapan buatannya, Bryan kembali memaksa Jolie diantar olehnya. Pria itu tak takut pada mata Jolie yang melayang tajam, seolah mengisyaratkan penolakan yang tegas.“Kau baru pulih dari demam tinggi kemarin malam. Aku hanya tidak ingin kau pingsan seperti kemarin,” jelas Bryan beralasan.“Kenapa kau melakukan ini, Bryan?” Jolie bersuara dingin.Bryan tersenyum lemah seperti kecewa. Kemudian dia mengembuskan napas yang dalam seolah menggali kesabaran. “Sejak pertemuan pertama kita, aku tidak pernah melupakanmu. Jujur saja, kau adalah satu-satunya wanita yang membekaskan kesan istimewa di hidupku.”“Lalu kenapa enam tahun lalu kau tidak menginginkanku dan menyuruhku menggugurkan kandunganku? Kenapa kau tidak menemuiku selama ini?” Jolie mencecer tegas.Bryan terdiam dengan ekspresi ding
“Tuan Jayden? Tuan Jayden?”Teriakan yang berulang kali terdengar menyadarkan Bryan—dan Jayden yang saling tatap. Berbeda dengan Bryan yang memalingkan pandangan ke arah belakang Jayden, anak laki-laki itu masih tajam menatap Bryan.“Namamu Jayden? Kau kembarannya Zoey?” bibir Bryan telah mengulas seringai tipis. Otaknya langsung mengingat bahwa Jolie mengandung bayi kembar. Dia mendengar percakapan Jolie dan Rebecca enam tahum silam. Tentu Bryan tak lupa tentang fakta itu.“Tidak baik berbicara banyak pada orang asing, walaupun kemarin Anda telah membawa Zoey ke rumah sakit.” Jayden masih bersikap dingin.Bryan tertawa lemah, kemudian kakinya melangkah maju berusaha mendekati Jayden. Di saat yang sama, Jayden bergerak mundur. Anak laki-laki yang telah rapi mengenakan seragam sekolah itu enggan berdekatan dengan Bryan.“Anda memang orang yang jahat.”Bryan terkejut mendengar pernyataan dingin yang dikeluarkan dari mulut kecil Jayden. Mata abu-abunya sampai membulat sempurna menatap Ja
“Kenapa kau berani berkata seperti itu? Bagaimana jika Zoey menanggapi serius?” Andreas mencecar Bryan yang berhasil diseret keluar dari kamar.Bryan melepas kesal tangannya dari cengkraman tangan Andreas. Sementara mata abu-abunya sudah menyorot tajam. “Aku memang tahu siapa Daddy-nya Zoey.”“Jangan bicara omong kosong, Bryan!” Andreas mencela kesal.“Kau sudah mengenalku lama, apa aku pernah main-main ketika berbicara?”Andreas terdiam memandangi Bryan yang memperlihatkan keseriusannya. “Orang tuanya saja tidak tahu siapa bajingan itu, karena Jolie bersikeras tidak memberi tahu siapa pun. Kau pikir kau siapa sampai mengetahui siapa bajingan itu?!”“Jika aku benar-benar tahu siapa bajingan itu, kau mau bertaruh denganku?” Bryan menantang kritikan tajam Andreas.“Aku tidak punya waktu main-main denganmu, Bryan. Aku punya banyak pekerjaan. Kau juga orang yang sibuk.” Andreas menolak dengan nada bergurau.Pria itu lebih tenang menatap Bryan. Dia memindai kondisi Bryan yang dinilai berb
Bryan beranjak dari duduknya setelah berhasil menidurkan Zoey. Buku cerita yang selesai dibacakan pun Bryan tutup dan diletakkan di meja nakas. Pria tampan itu merapikan selimut Zoey. Dia memandangi Zoey yang tertidur pulas di balik wajah cantiknya yang memucat.Beberapa waktu lalu Arne datang ke rumah sakit karena ditugaskan menemani Zoey. Pengasuh si kembar itu datang membawa buku cerita dan beberapa peralatan mewarnai guna mengusir kebosanan Zoey. Ketika rasa kantuk datang, Zoey meminta Bryan membacakan buku cerita pilihannya. Permintaan Zoey tidak ditolak oleh Bryan.Beberapa kali Zoey memprotes Bryan yang membaca, bukan seperti bercerita. Bahkan Zoey sampai mengajari bagaimana membaca buku cerita untuk anak-anak seperti dirinya. Sampai akhirnya Bryan bisa membaca sembari bercerita hingga Zoey tertidur pulas.Bibir Bryan telah menipis karena senyuman yang terukir. Mata abu-abunya terhangati oleh Zoey yang tertidur dengan napas teratur. Namun, senyuman itu berangsur lenyap ketika t
Sisa dessert di piring telah masuk ke dalam mulut Dena. Giginya sedang mengunyah dengan gerakan lambat. Wanita itu memang sengaja melakukannya. Dia sedang mengulur-ulur waktu setelah berhasil meyakinkan Bryan untuk tidak menceritakan apa pun sebelum mereka menikmati hidangan lunch di restoran mewah itu. Dena tak merasa tak takut pada Bryan yang menatap tajam. Dia bahkan sengaja mengagunkan diri ketika membasahi mulutnya dengan air mineral.“Lunch siang ini sangat nikmat sekali. Aku bisa menikmati makananku sampai habis tersisa.” Dena berpura-pura ketika ingin mengabaikan suasana yang mencekam. “Bagaimana kalau kita lanjut ke wine? Sudah lama kita menikmati wine bersama,” lanjutnya merayu manis.“Tidak!” Bryan menolak tegas.“Ayolah, Bryan! Ini adalah terakhir kalinya. Tidak ada salahnya kita melakukan perpisahan manis, bukan?”“Kau tidak takut padaku, Dena?” mata abu-abu Bryan sudah menatap dingin tanpa belas kasih. “Kau pikir aku ini bodoh? Kau sengaja mengulur-ulur waktu agar bisa l
Bryan langsung mendekati Jolie tanpa sepatah kata. Kelima jemari kirinya sangat egois meraih tangan kanan Jolie, menyelip ke setiap ruas jemari Jolie tanpa permisi. Dengan sikap tidak ada kesopanan pula Bryan menarik Jolie pergi dari sana tanpa peduli Rebecca—keponakan ipar, termasuk Dena yang menatapnya marah.Hal yang terpenting bagi Bryan saat itu adalah menjelaskan situasi pada Jolie. Dia cemas Jolie salah paham pada situasi beberapa waktu lalu, di mana dia muncul bersama Dena dengan situasi yang tidak mengenakkan. Apalagi Dena melontarkan pernyataan sepihak bahwa Bryan adalah pacarnya.Bryan sangat tidak suka hal-hal seperti itu merusak segala rencananya yang sudah tersusun sempurna.Mata abu-abu Bryan melirik Jolie ketika berada di dalam lift yang bergerak turun. Dilihat dari ekspresi dingin Jolie, Bryan sudah bisa menebak bahwa wanita cantik di sebelahnya itu dalam keadaan buruk.“Semua tidak seperti yang kau pikirkan—”“Bersama? Saling bersandar? It’s a bullshit, Mr. Bryan Mck
“Arghhh! Tidak mungkin! Dia tidak mungkin istrinya Bryan!”Dena melempar vas bunga di dekatnya, melampiaskan luapan emosi di apartemennya. Dia berteriak kencang, tak peduli bagaimana asisten yang sejak tadi mengekori sudah ketakutan akan aksi tempramentalnya.Keadaan apartemen itu sudah kacau, penuh dengan barang-barang yang dilempari oleh Dena. Baik itu yang telah hancur karena berbahan kaca, maupun yang berantakan di lantai. Semuanya Dena lempar demi melampiaskan amarah. Bahkan ketika di perjalanan pulang, Dena sudah sempat melampiaskan emosi lewat teriakan, kalimat makian pada asisten dan sopir yang mengantar.“Bagaimana bisa Bryan menyukai dia? Menikah? Istri?” Dena menggumam sendiri atas ketidakpercaayan diri. “Aku sangat mengenal Bryan. Aku tahu selera Bryan!”Dena menatap asistennya yang gemetaran takut. “Kau mengenal Dokter Jolie, bukan? Siapa yang lebih cantik, aku atau dia?” gertaknya menghardik.“T-tentu saja Anda yang lebih cantik, Nona Dena—”“Lalu mengapa Bryan memilih d
Datar dan tak berekspresi, itu yang Bryan dapatkan setelah mengakui. Tidak ada seberkas ekspresi terkejut di wajah Jayden, dan itu mengejutkan Bryan karena Jayden bertindak di luar prediksi.“Kau mungkin menganggapku berbohong.”“Orang dewasa memang sangat suka berbohong.”Bryan tercengang kaku setelah mendengar perkataan Jayden. Pria tampan itu bahkan tak mampu berkedip menatap Jayden yang menatapnya.Bukankah itu adalah hal yang wajar? Setelah tak pernah muncul, Bryan dengan tiba-tibanya mengakui bahwa dirinya adalah ayah dari anak laki-laki yang sangat mirip dengannya. Bahkan jika itu bukan Jayden, jika Bryan mengakui pada orang dewasa pun kejadian serupa akan terjadi.Bryan memaklumi Jayden. Tetapi, Bryan tidak kehilangan akal meyakinkan Jayden. “Aku sudah mendengar dari Zoey apa yang ibu kalian katakan mengenai aku.”“Apa yang Zoey katakan?”“Itu adalah rahasiaku dengan Zoey.” Bryan tersenyum tipis sembari mengganti posisi duduknya bersandar nyaman. “Aku sudah memberimu sebuah ra
Jolie merebahkan tubuhnya setelah beberapa waktu lalu berendam dengan air hangat beraroma essence menenangkan. Kedua tangannya terentang, sementara matanya menatap kosong langit-langit kamar yang di dominasi warna putih.Sama seperti sebelumnya, pikiran Jolie masih dipenuhi oleh perkataan Jayden. Matanya sengaja terpejam ketika pikiran itu mengusik. Dia bisa saja dengan mudah menolak perkataan Jayden. Tetapi Jolie tak sampai hati memecahkan secercah harapan yang terukir pada putranya.“Mana mungkin aku ikut dengan anak-anak menemui dia. Sementara dia tidak ada niat bertatap muka denganku,” keluhnya yang kemudian mengembuskan napas kasar.“Lebih baik aku menanyakan jadwalnya dengan Pete agar anak-anak tidak kecewa nantinya. Dia kan orang yang sibuk,” lanjutnya yang kemudian bangkit dari posisinya.Ketika duduk di tepian ranjang, Jolie tak menunda keinginan mengambil handphone di meja nakas. Dia sudah yakin ingin menghubungi Pete. Namun tiba-tiba saja ada keraguan merangsek ke jiwa Jol
“Dena punya kekasih? Dari mana kau mengetahui kabar itu?” tanya Jolie tanpa sengaja karena penasaran.“Berita itu muncul sudah beberapa bulan lalu. Nona Dena digosipkan menjalin hubungan asmara dengan seorang pria dari kalangan pebisnis.”Mungkin karena belakangan Jolie terlalu fokus pada anak-anak serta pekerjaannya, ditambah Dena tak pernah lagi mengusik kehidupannya membuat Jolie tak pernah lagi peduli pada hal apa pun yang bersangkutan dengan Dena.Namun entah mengapa pernyataan Stephanie memantik rasa penasaran Jolie. Apalagi Dena memiliki kekasih dari kalangan pebisnis semakin mendesak Jolie untuk tidak menunda bertanya.“Dari kalangan pebisnis? Apa kekasihnya cukup terkenal?”Lebih tepatnya, apa Jolie mengenal pria yang menjadi kekasih Dena? Tanpa munafik pada diri sendiri Jolie menebak, apa pria itu masih pria yang sama?Di depan Stephanie, Jolie yang berusaha menekan eskpresi tenang seolah hanya sekadar bertanya. Dia tidak ingin mengumbar bagaimana penasarannya diri terhadap
“Aku tidak bisa menemani anak-anak.” Jolie berusaha tenang mengucapkan penolakan itu seolah merasa orang tuanya tahu alasannya.“Kenapa?” Darrol tenang menyahuti.“Aku pikir Daddy sudah tahu jawabannya tanpa harus aku beritahu.” Jolie mengembuskan napas lemah sembari berusaha menekan emosinya.Dahi Darrol berkerut yang jelas tampak berpikir. “Aku benar-benar tidak tahu.”Jolie kembali mengembuskan napas yang seperti lama tertahan dari dalam, kemudian bibirnya terbuka mengeluarkan suara. “Daddy sudah pasti tahu atau mungkin Daddy pura-pura tidak tahu! Bryan selalu menghindar dariku sejak operasi itu dilakukan. Dia tidak pernah menghubungiku setiap kali ingin bertemu dengan anak-anak. Dia hanya menghubungi Daddy! Bahkan aku hanya bisa berkomunikasi dengan seorang profesional yang ditunjuk untuk membahas perkembangan perusahaanku yang dia bantu. Jadi, aku tidak bisa bertemu dengan seseorang yang tidak mau bertemu denganku.”Penjelasan panjang yang penuh tekanan Jolie ucapkan ditanggapi k
Satu tahun sudah berlalu setelah bantahan keluar dari mulut Bryan. Beberapa kesepakatan juga telah diputuskan dengan hasil tidak merugikan pihak mana pun. Bryan dengan tegas membantah tuduhan Jolie yang tak berdasar. Dia hanya meminta agar dirinya bisa mudah bertemu dengan anak-anak mereka.Selain itu, Bryan tak ingin Jolie menolak segala bentuk tanggung jawab dalam bentuk financial yang semestinya dilakukan sejak dulu. Ya, Jolie mengabulkan, karena memikirkan anak-anaknya yang begitu menginginkan sosok Bryan.Anehnya, Bryan berusaha tak berhadapan dengan Jolie setiap kali datang menemui anak-anaknya. Mereka tak pernah bertemu setelah operasi itu berhasil dilakukan. Komunikasi dan pertemuan langsung diantara mereka putus total.Bryan hanya ingin tidak menunjukkan batang hidungnya ke hadapan Jolie, sesuai dengan perkataan Jolie sewaktu berdebat terakhir kali.Bryan kembali aktif beraktivitas di New York selalu berkomunikasi dengan Darrol. Dia akan menghubungi Darrol untuk mengantongi i
Langkah Dena semakin cepat berlari menuju mobilnya yang terparkir di basement rumah sakit. Wanita itu terburu-buru membuka pintu, pun terburu-buru pula masuk ke dalam mobilnya. Sikap waspadanya masih belum memudar sedikit pun, masih saja memindai awas pada keadaan sekitar. Walaupun dia sudah tenggelam di dalam mobilnya.Emosi Dena masih terguncang setelah berhasil kabur. Wanita itu hampir saja tertangkap basah menguping di kamar itu oleh salah satu bodyguard Bryan yang diduga baru kembali dari toilet. Sungguh! Dena tak menyangka keputusannya datang memata-matai ke kamar Zoey malah membuahkan hasil yang baru.Saat baru saja selesai memarkirkan mobilnya, Dena tak sengaja melihat keberadaan Pete yang juga baru keluar dari mobil. Wanita itu penasaran kemudian memutuskan mengikuti Daniel. Awalnya Dena mengira Pete akan mengunjungi kamar Zoey, tapi dugaan itu dipatahkan ketika lift yang dinaiki Pete tidak menuju lantai di mana kamar Zoey berada. Melainkan ke satu lantai lebih atas. Sehingga
~ Beberapa hari kemudian ~Di walk in closet, Jolie terlihat memasukkan beberapa setelan pakaian ke dalam travel bag. Wanita itu juga tak lupa memasukkan beberapa keperluan lainnya ke dalam tas itu. Sama seperti beberapa hari sebelumnya, Jolie selalu menyiapkan keperluannya setiap kali menginap di rumah sakit guna menemani Zoey. Wanita itu memilih lebih banyak mengisi waktu bersama anak-anaknya. Pada pagi sampai sore hari Jolie akan mengisi waktu bersama Jayden. Saat malam mulai menyapa, Jolie akan menemani Zoey sampai pagi hari kembali menyapa.Hal itu Jolie lakukan demi menghindar dari orang-orang, termasuk Andreas yang kerap datang ke rumah dan menghubungi. Jolie enggan memberikan pernyataan apa pun setelah pernikahan itu batal. Terkecuali pada Bryan. Sejujurnya Jolie ingin menemui Bryan setelah mendengar perihal pendonoran itu tetap akan dilakukan. Wanita itu ingin menanyakan alasan atas keputusan Bryan. Sebab, Jolie takut Bryan memiliki niat lain setelah menolong Zoey.Apa setela
Dari balik jendela kamar tamu, sepasang mata biru keabu-abuan mengintip kepergian Bryan yang masuk ke dalam mobil. Tatapannya semakin kosong seperti enggan menyiratkan seberkas perasaan apa pun.“Paman Bryan sudah pergi. Aku sudah mengatakan kau tidak ke sini.”Glenn menghela napas agak kasar setelah mengadu. Pria itu menghampiri Rebecca—istrinya yang duduk di sofa panjang. Setelahnya Glenn mengikuti tatapan Rebecca yang tak teralihkan dari Jolie—yang berdiri di depan jendela kamar.“Kau masih mau belum cerita apa yang sebenarnya terjadi?” Glenn bersuara dengan nada lemah, namun menuntut Jolie segera memberi penjelasan. “Aku sudah menuruti keinginanmu merahasiakan keberadaanmu dari siapa pun, termasuk Paman Bryan. Jadi, cepat jelaskan kepada kami. Jangan buat kami bingung, Jolie.”Sorot mata Jolie gemetar bersamaan dengan mobil Bryan yang sepenuhnya meninggalkan halaman kediaman mewah itu. Dia menghela napas panjang yang kemudian berbalik dan menatap Glenn beserta Rebecca secara berga
Andreas terjungkal ketika belum sempurna membuka pintu. Dia terjatuh menyakitkan ke lantai, kemudian kerah bajunya ditarik kasar oleh kedua tangan dari seseorang yang di depannya.“Semua ini kau yang melakukannya ‘kan, Andreas?”Mengabaikan rasa sakit yang menyerang, perhatian Andreas tertarik penuh pada suara menggeram di depan wajah. Matanya memantulkan sorot yang merendahkan pada seseorang yang memperlakukannya begitu kasar. Sementara itu bibirnya membentuk seringai yang mengejek kental.“Kau puas berhasil melakukannya?” dia—Bryan menuduh kejam tanpa sebab sembari mengencangkan cengkramannya di keras baju Andreas.Andreas terkekeh di tengah menahan rasa sakit sekitar leher. “Kau suka kejutan dariku? Hadiah yang bagus menjelang hari pernikahanmu, bukan?”“Sialan kau, Andreas—”“Kau lebih sialan, Bryan!”Andreas mendorong Bryan setelah menyela. Tekanan dari kedua tangannya yang memberontak itu berhasil membuat Bryan terjatuh. Dia berdiri tegak di depan Bryan. Pupil matanya membesar c
Jolie masih bergeming pada posisi duduknya. Dia tidak peduli pada sekitar, termasuk pada pengacara yang sudah pergi meninggalkannya bersama Bryan. Wanita itu masih berusaha mengusir sesak yang menyiksa di dada. Berusaha keras bernapas normal sembari mencabut duri-duri pengkhianatan yang ribuan menusuk-nusuk hati. Termasuk menghentikan airmata yang keluar tanpa mau berhenti.Apa Jolie terlalu naif pada cinta, sehingga berkali-kali perasaannya dipermainkan? Atau mungkin caranya menciptakan bunga mekar di hati terlalu sulit sampai menyakitkan? Seharusnya Jolie tidak terbuai pada kenyamanan dan manisnya sikap yang Bryan berikan. Karena sebuah rasa bersalah dari seorang pria akan cepat memudar ketika sudah mendapatkan kata maaf dari seorang wanita. Pria akan dengan mudah melakukan hal serupa karena telah menemukan celah menarik simpati wanita.Bryan membuktikan pemikiran tersebut. Dia berulang kali mematahkan hati Jolie sampai menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan. Perasaan Bryan juga s