Inilah Bandung, Kota Kembang berhawa sejuk. Tidak seperti Jakarta yang panas menjerang kulit sepanjang hari. Tempat bagi banyak orang mencari keceriaan, ketika telah lelah berhadapan dengan kemelut batin metropolitan.
Inilah kota yang malam ini menjadi saksi antara Reynal dan Prasti. Kota yang akan menguji sekuat apa Reynal bisa bertahan dari hempasan gelombang hasrat. Juga sekuat apa Reyhal menjinakkan selera liar laki-laki ketika telah berduan dengan Prasti, wanita super cantik, separuh bule itu.Tak ada yang menghalangi mereka tidur berdua. Petugas resepsionis tak akan menanya prihal surat nikah mereka. Semua kemudahan untuk bisa berada dalam kamar yang sama tentu tebuka lebar.Memang, mereka datang ke kota ini bukan untuk bercampur keringat. Bukan untuk Reynal mencoba keindahan raga Prasti dari ujung rambut hingga telapak kaki. Juga bukan untuk mencoba kelegitan gawang “made in” Inggris itu.Selalu,Tak dapat diterka kejadian-kejadian unik ketika kaum adam dan kaum hawa berada di kesunyian. Di tempat, ketika tidak ada bola mata lain yang melihat kecuali mereka berdua. Di ruangan yang tak ada orang lain mengintip kecuali hanya kawanan setan yang datang berkerumun memberi semangat agar mereka tersesat.KawanLihatlah Reynal dan Prasti melangkah dari parkiran menuju meja resepsionis, melaporkan tanda pemesan kamar yang sudah lunas. Lihatlah pula betapa ramah dan santunnya petugas resepsionis itu menyambut dan melayani mereka. Tak lama berselang, petugas lain datang menyambut dengan ramah pula mengantar mereka ke kamar tempat ujian syahwat itu dilaksanakan.Di depan kamar, Prasti heran, mengapa hanya dia saja yang dipersilahkan masuk. Sementara tetap tegak berdiri. Tanpa berdebat Prasti melangkah ke dalam kamar itu. Kemudian petugas mengantar Reynal ke kamar sebelahnya.Setelah petugas hotel turun kembali ke meja resepsionis, Prasti melangkah ke kamar sebelah tempat Reynal menginap. Dengan perlahan Prasti mengetuk pintu. Reynal menyangka petugas hotel yang kembali datang dan segera membuka pintu.Reynal kaget, ternyata orang yang terlihat di dapannya adalah Prasti yang adtang darikamar sebelah. Prasti mempertanyakan mengapa dia dan Reynal tidak berada dalam kamar yang sama. Prasti kemudian meminta agar dia diizinkan tidur di kamar Reynal karena dia takut tidur sendirian. Reynal membimbing Prasti kembali ke kamarnya dan Prasti melangkah dengan berat hati.Mereka kembali berada di kamar masing-masing. Prasti mencoba memberanikan diri tidur sendirian. Kamar yang sejuk, harum dan melegakan perasaan itu. Nyamuk, kepinding dan cicak, seekor pun tak ada.Kamar ini benar-benar telah siap menjadi tempat istirahat yang nyaman. Reynal sempat berhayal, betapa asiknya bila di kamar ini juga ada Prasti. Tapi Reynal cepat menghalau pikiran liar itu.Prasti sibuk membuka tas berisi perlengkapan tidur dan mandi, yang tadi dibeli sebelum masuk hotel. Reynal juga membelikan Prasti handphone, baju dan sandal baru.Wajah Prasti mulai cerah, kecantikannya mulai kembali. Sungguh tak ada lelaki yang tak terpesona sebab kecantikannya itu. Putih, tinggi, langsing, rambut pirang dan hitung mancung. Wajar petugas hotel berbahasa Inggris saat menyapanya di pintu utama hotel. Tak ada wajah Indonesianya sedikitpun di raut muka Prasti.Reynal di kamar sebelah kembali berhayal. Kembali pula dengan cepat Reynal menghalaunya. Reynal langsung menuju kamar mandi. Lama Reynal di sana, mungkin tidak hanya mandi yang ia lakukan, tapi mungkin masih berhayal seandainya Prasti satu kamar dengannya. Selesai mandi Reynal bersiap untuk menunaikan solat isya.Prasti juga memasuki kamar mandi di kamarnya. Berbeda dengan Reynal, Prasti tidak berhayal seandainya tidur satu kamar dengan Reynal. Justru malah berpikir kemana esok hari untuk menyelamatkan diri dari ancaman Bully. Tapi Prasti mencoba meyakinkan dirinya bahwa Reynal akan selalu melindungi.Prasti begitu cantik keluar kamar mandi, mustahil Reynal mampu bertahan apabila sempat berada satu kamar dengannya. Tak ada sisi yang bisa mengatakan dia tidak cantik. Dari sisi manapun selalu aduhai dan menggoda.Reynal berusaha solat sekhusuk mungkin, berharap pertolongan ilahi tercurah banyak malam ini. Doanya panjang. Bangkit dari sajadah selesai doa berjilid-jilid, Reynal menoleh pada ke ranjang, tempat untuk segera istirahat tidur. Dada Reynal berdesir hebat, sebab dia melihat Prasti tergolek di sana. Reynal mengucap astaqfirullah.Reynal memandang Prasti hingga terpukau“Kok kamu ada disini”“Aku belum ngantuk, ngapain di sebelah sendiri melamun”Reynal meminta dengan sangat agar Prasti kembali ke kamarnya. Sekuat cara membujuk Prasti meninggalkan kamarnya. Tapi Prasti tetap bertahan dan hanya akan kembali ke kamarnya ketika mata telah mengantuk.“Ngga.ngga, aku tak ingin berbuat salah Pras. Kamu begitu menggoda, tak mungkin aku terhindar dari godaan setan. Yuk, ke sebelah”Reynal menggiring Prasti kembali ke kamarnya. Sementara Prasti merungut sambil jalan. Dalam hatinya berbisik bahwa dia kan kembali ke kamar Reynal bila mata belum jua bisa tertidur.Reynal meminta Prasti untuk menenangkan pikiran agar bisa cepat tidur.Reynal menutup pintu kamar Prasti dan kembali masuk kamarnya.Di waktu yang sama pula, di Jakarta, Cimpin Cs sok Flamboyan hampir tiba di markas Brully di Cipinang. Wajah mereka tampak bahagia, sebab inilah saat untuk mendapat bonus besar dari Big Bos Brully. Ingin sekali mereka cepat sampai di markas walau jaraknya tinggal beberapa ratus meter saja. Mereka tak sabar mendapat pujian hebat dari Brully.Cimpin Cs, melakukan “tos” tangan berulang kali. Sejak berhasil mengabadikan Prasti dan Reynal, sudah 10 kali mereka saling mengadu telapak tangan, tanda mereka tengah beriang hati. Kini, mereka sampai di halaman markas Big Bos Brully.Tempatnya tak sembarangan. Pagarnya tinggi dan di puncak pagar tertanam kawat berduri yang dialiri sentrum arus listrik tegangan tinggi. Untuk bisa sampai di teras rumah harus melalui tiga ekor an-jing galak yang sekali gigitannya mampu merobek paha hingga daging terberai.Namun segalak apapun an-jing itu ketika Cimpin cs yang masuk, an-jing terlihat jinak dan lucu. Tiga ekor anjing itu telah hafal betul bau kencing kucing, aroma khas baju Cimpin sok Flamboyan. Juga hafal bau ketiak menyengat dua anggota Cimpin.Di Bandung,Reynal di kamarnya tampak gelisah. Tubuh Prasti yang tadi tiba-tiba ada di kamarnya tak lepas dari pelupuk Reynal. Kawanan setan mulai menyusup ke gendang telinga agar dia tidur berdua saja. Reynal mencoba menghalau asutan itu.Sementara Prasti, masih bermenung ke langit-langit kamar. Memikirkan hal berbeda. Bila Reynal memikirkan godaan setan sementara Prasti memikirkan kekuatan apa lagi yang bisa untuk mempertahankan nyawanya. Ancaman Brully, bukan main-main, sebab Prasti tahu betul kaliber Brully. Seorang Big Bos yang bisa melakukan apa saja untuk mencapai keinginannnya.Reynal, mulai gelisah. Perjuangan semakin berat. Jerat syahwat telah meliliti tubuhnya sehingga pertahanan untuk tidak tergiur pada raga Prasti kian tipis. Amunisi untuk melawan makin berkurang. Justru sekarang, Reynal mulai merasa senang membayangkan Prasti.Kembali ke JakartaDi kawasan Cipinang, Markas Besar Big Bos Brully (MB3). Cimpin cs sudah menginjakkan kaki di teras rumah besar milik Brully. Tak ada lampu yang menyala satupun di luar rumah, gelap pekat.Ketika memasuki kawasan rumah, siapa saja akan merasakan bahwa dia sedang memasuki gua atau setidaknya tengah berkunjung ke istana hantu. Tak setitik pun sinar cahaya yang ada di sini. Tapi ketika sudah berada dalam rumah gemerlapnya melebihi diskotik kelas atas. Kadang terang benderang, kadang kedap kedip serupa lampu disko.Cimpin cs berebut memencet bel untuk memberi tahu kedatangan mereka. Mereka kembali tos-tosan menunggu petugas rumah membuka pintu. Ketika pintu terbuka, muka mereka seperti tersiram lembaran uang. Walau sudah terbuka, Cimpin cs tak bisa langsung bertemu Big Bos, rumah ini memiliki privasi yang sangat tinggi, mereka mesti melewati tiga pos jaga yang dihuni para body guard berlengan kekar terlebih dulu. Tangannya saja, ukurannya melebihi ukuran paha Cimpin.Walaupun sudah beberapa ke sini, Cimpin cs tetap melalui penggeledahan sebelum melanjutkan perjalanan. Sekali lagi, tidak satu pos, tapi tiga.Yuk ke BandungSetelah dua jam, Prasti kembali keluar kamar. Lalu menuju kamar sebelah tempat Reynal berada. Kembali mengetuk pintu. Reynal mencoba pura-pura tidak mendengar. Tapi Prasti tak kunjung menghentikan ketukannya.Reynal menyerah dan berjalan menuju pintu lalu membukanyaDahsyat, Prasti datang hanya memakai baju tidur tipis, tidak memakai baju yang pertama tadi. Reynal langsung menutip pintu. Tapi Prasti kembali mengetuk pintu.“Kalau mau bicara, ganti baju dulu” kata Reynal yang tetap bertahan di balik pintu.Prasti tetap mendesak agar Reynal mau membuka pintu. Sementara Reynal tetap menolak, karena dia tahu bahwa pertahanannya akan segera rubuh bila matanya kembali melihat tubuh Prasti yang aduhai berbalut kain tipis itu.Prasti di luar kamar tetap mengetuk-ngetuk pintu.Dia beralasan takut kembali ke kamarnya karena dihantui mimpi buruk. Reynal tetap pula mendesak agar Prasti kembali ke kamarnya. Tapi, Prasti malah memekik-mekik untuk tetap dibukan pintu. Reynal khawatir, suara Prasti didengar penghuni kamar lain. Sambil menunduk Reynal membuka pintu secara perlahan. Mulut Reynal dengan penuh permohonan membujuk Prasti untuk kembali ke sebelah.Prasti menyerah saat Reynal menggiringnya kembali ke kamar sebelah. Reynal menunduk agar matanya tak melihat tubuh Prasti yang berbalut kain tipis itu. Tapi Prasti melakukan sesuatu sesampai di pintu kamar. Prasti tiba-tiba menarik tangan Reynal untuk masuk ke kamarnya. Dengan segap Prasti langsung menutup pintu dan berdiri membelakang pintu kamarn
Prasti dan Naldi kini berada di lobi hotel. Mereka memutuskan keluar hotel lebih cepat dari jadwal. Tak bisa dipastikan apakah mereka mandi keramas atau tidak pagi tadi. Sehingga kita tidak mendapat gambaran apa yang terjadi setelah kamera dilarikan keluar ruangan. Apakah terjadi adu pinalti atau tidak, kita tak tahu. Atau pinalti ada, tapi tak pernah gol.Rasanya tak mungkin campur keringat tidak terjadi semalam. Sebab, sangat mustahil ketika sepasang anak manusia sudah berada dalam satu kamar, lalu tidak melakukan pergulatan raga. Apalagi, saat saat terakhir, ketika Reynal memutuskan membuka mata karena telah lelah menahan mata terpejam terlalu lama, Prasti dilihatnya tidak lagi menggunakan baju. Hanya tersisa penutup dada saja.Siapa saja lelakinya, tidak akan bisa munafik untuk tidak tergoda dan terbuai dalam situasi yang penuh dengan sensasi dan membuai syahwat ini. Pilihan satu-satunya adalah terjun ke medan laga. Melepaskan seluruh peluru tebaik pada sasaran tembak.Hanya satu
Reynal tetap santai saat menambah laju mobil. Dia tidak peduli dengan mobil di belakangnya yang juga menambah kecepatan. Bagi Reynal itu hal biasa. Tapi tidak begitu dengan Prasti yang sibuk dan bermuka tegang memerhatikan kaca spion mobil.Reynal meminta Prasti untuk bisa mengendalikan diri dengan tetap santai dalam perjalanan. Reynal bersikap demikian karena Reynal tidak mendapatkan laporan apa-apa tentang perjalanan ini. Artinya bahwa perjalanan ini aman. Bila ada sesuatu yang membahayakan, anggotanya selalu memberi informasi. “Pras, santai saja, aman!!”“Abang, jangan takabur Bang”“Ya, berlindung saja sama yang Tuhan”“Kalau kita berlindung sama Tuhan, lalu ketika kita dicegat, Tuhan datang gitu?”Reynal tertawa kemudian termenung. Tertawa karena lucu dan termenung karena begitu rendah pemahaman Prasti soal Tuhan.Reynal lalu mengatakan bahwa Tuhan itu maha pintar. Banyak cara bagi Tuhan dalam membantu manusia. Reynal kemudian mencontohkan pertolongan Tuhan ketika Prasti hendak m
Prasti kembali mencoba menghubungi Reynal. Lagi-lagi jawaban pemancar tetap “ nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif”. Seharusnya, Prasti mematikan alat komunikasi bila tak kunjung tersambung. Sebab dengan membiarkan alat komunikasi tetap aktif, memberi peluang besar bagi Brully untuk tetap mengetahui di mana keberadaannya.KawanBenar, Brully sedang menurunkan lima orang anggota saat ini di bandara. Bahkan Brully langsung turun ke lapangan, sebab dia telah tahu jadwal keberangkatan ditunda. Dan, yang sangat mencemaskan adalah jarak Prasti dengan mereka tidak terlalu jauh.Minimal, untuk mengaburkan wajah, Prasti menutup kepala dan pakai Masker. Sebab wajahnya sangat gampang dikenal. Wajahnya bule, tak pula pakai kerudung, tentu tak sulit untuk menemukannya bagi tim pencari. Sekali lagi, alat komunikasi Prasti harus mati, sehingga pelacakkan titik lokasi keberadaan Prasti tidak terdeteksi.Prasti akhirnya berfirasat kalau dia sedang dicari. Dia yakin Brully tak percaya penuh pada
Prasti masih bingung dan matanya terlihat menerawang. Dia seakan tak percaya bahwa ini adalah kenyataan. Kembali Prasti meraba-raba muka dan tangannya, untuk memastikan bahwa ini tidaklah mimpi. Sulit dia percaya, bahwa dia masih punya peluang hidup disaat sudah berada di gerbang kematian.KawanDisinilah Prasti kini di selamatkan. Ini adalah rumah rahasia Reynal. Rumah yang tidak diketahui Brully. Sebab, yang diketahui Brully, Reynal berumah di kawasan Kelapa Gading dan dia sering ke sana.KawanNaldi Jamain alias Reynal, memang seorang bos konveksi besar. Produknya sudah branded di pasaran. Tapi ada yang tidak diketahui orang lain bahwa Reynal adalah seorang informan polisi yang yang memiliki jaringan dalam mengungkap banyak kejahatan.Dalam misi ini, walau dia dibantu beberapa orang, tapi tak satupun mereka tahu bahwa Reynal yang dicari adalah dirinya. Artinya, dikalangan terdekat pun Reynal tetap menjaga kerahasian dengan sangat rapat.Dalam satu tahu terakhir Reynal bersama anggo
Di dalam mobil, untuk bernafas saja Prasti sangat hati-hati. Mengambil nafasnya pelan-pelan, begitu juga saat hendak melepaskan. Dia mirip peserta senam yoga sedang berlatih pernafasan.Walau sudah sangat hati-hati saat bernafas, Prasti masih khawatir suara nafas itu terdengar keluar.“Eh, ada Bro Brully” sapa Reynal sambil bersalaman“Iya Bro Naldi”“Tumben nih, ada disini, jadi ngga enak pula kita. Biasanya saya yang selalu datang ke kantor Bro Brully”“Iya, kebetulan bukan urusan kantor, Bro, ada sedikit urusan pribadi”“Soal apa tu Bro?” Reynal memerhatikan gelagat Brully, manatahu dia sudah mencium siapa dia sesungguhnya.Sementara Prasti dalam mobil sudah tak berasa hidup. Kakinya sudah dingin dan tangannya terasa kaku. Lagi-lagi Prasti merasakan nyawanya seakan mau terbang meninggalkan tubuh. Kematian kembali menghantuinya. Ia kembali yakin bahwa kematian itu memang sudah dekat.Prasti tak sedikitpun mendengar isi pembicaraan karena pintu mobil tertutup rapat. Namun ada tanda ta
Brully tetap berencana melakukan operasi penangkapan Prasti di rumah Mahasakti 12. Dia tetap tak gentar, walau Reynal memberi kabar menakutkan bahwa rumah itu sangat sensitif untuk didekati.Brully telah menganggarkan banyak biaya untuk rencana operasi kali ini. Bahkan rela memesan penjinak bom ilegal demi mengamalkan operasi nantinya.Demi lancarnya operasi, Brully kembali berangkat menemui penasehat spritual di kaki Gunung Bromo, untuk minta petuah.Hari ini, jam 10 nanti, Brully akan berangkat. Ini kunjungan ke enam kalinya pada sang dukun kepa-rat tersebut.Demi itu pula, kemarin, Brully kembali meminta jasa Cimpin Flamboyan untuk mencarikan tiga helai celana bekas pakai anak perawan.Sudah tak sedikit pula dana yang digelontorkan Brully demi mendapatkan celana bekas pakai anak perawan itu. Walau tidak sebanyak dana yang dihabiskan untuk operasi penangkapan Prasti, tapi rupiah yang dikucurkan untuk persyaratan konyol dan tak ilmiah ini, cukup besar.Sebab memang, untuk mendapatka
Sudah dua jam Reynal berbicara dengan Prasti. Kali ini Reynal berbicara dengan hati agar Prasti mengerti. Reynal dengan nada dan ekspresi serius menjelaskan bahwa dia tidak pernah berniat membunuh Prasti. Malah Reynal berkata bahwa dia justru mempertaruhkan nyawanya untuk Prasti tetap hidup."Kalau saya ingin membu-nuhmu, tentu sudah dari dulu Pras. Karena saya berteman dengan Brully itu sudah lamaJustru saya berusaha menyelamatkanmu karena saya tahu niat jahat BrullyUntuk kamu ketahui, Brully ingin membu-nuh anak yang ada dalam perutmu, bila yang lahir laki-laki. Tapi walaupun yang lahir perempuan tetap dia habisi juga”.“Kok Abang tau?”“ Dia kan teman saya”“Memangnya Om Brull ngomong gitu sama Abang?”“Ngga”‘Gimana Abang bisa tahu??”“Suatu hari kamu akan tahu bagaimana saya mendapatkannya”“Memangnya pekerjaan abang apa sih?. Bukan pegawai asuransi?“Nanti kamu akan tahu, Pras”“Oke, trus” desak Prasti“Saya tak mungkin membiarkan dia membunuh manusia tak bersalah. Maka saya