Episode 6
Tubuh dukun yang sudah dihuni Jin keparat itu mengambil pisau kecil dan mencelupkannya ke nampan berisi air.“Ohhhhh. Anaaakkmu ituuu tak jauuuh dari tempat tinggallmuuuu.Araaah timuuur darii rumahmu. Diipeeliihaaraa seorang ibuu-ibuuu”“Orang yang mencuri siapa, Mbah?“Ju..ggga tak jauh dari rumah..muu, temaanmu juggaa. Kulitnya hitaam, rambuutnnya jaranng”‘Makasih, Mbah”“ketika kamu sudaah ketemmuu anakmuu. Habisi dia, habisi orang yang mendampingi wanitta itu, habisiii ibuunya dan habisiis wanita yang memeliharanyaaa.Titah keempat sudah keluar, naik pula tingkatnya: Setelah menghabisi anak, habisi Reynal, kemudian habisi Prasti dan terakhir habisi wanita yang memelihara anak itu.Setelah memberi informasi singkat, Jin keparat langsung pergi dan tubuh kembali dipakai sang dukun berjanggut pirang. Brully meninggalkan seikat uang yang dibungkus dengan celana bekas pakai anak perawan, tiga lapis.Entahlah, apakah yang datang itu benar-benar jin penguasa gunung Bromo, atau dukun berjanggut pirang itu yang sedang bersandiwara.***Di Jakarta, selesai bertemu lelaki berambut panjang di Pulogadung kemarin, hari ini Reynal menemui Prasti, sesuai janji yang telah disepakati. Belum diketahui secara pasti apa yang dirancang Reynal dengan lelaki berambut panjang itu. Apakah ingin menghabisi Brully atau ada pilihan lain. Belum ada kepastian.Reynal tidak berangkat dengan mobil kemarin, tapi lain pula warnanya. Kalau kemarin mobil warna hitam, kali ini mobil warna silver. Begitu pula penampilan. Kemarin berdasi dan berkaca mata, kali mirip orang pergi olahraga. Baju parasut, memakai sepatu olahraga di kepala lekat topi putih dan pakai masker.Tak lama, berselang sepuluh menit, Reynal sampai di hotel tempat Prasti dinapkan dua hari. Rupanya Prasti telah menunggu di sudut lobi hotel, entah mengapa dia duduk ditempat yang susah dilihat. Kalau bukan Prasti yang datang menghampiri Reynal, tentu Reynal susah menemukannya.Dia bergegas menemui Reynal dan tergesa naik mobil. Reynal agak heran.“Oke, hari ini kita cari tempat kamu kos ya” Kata Reynal saat keduanya sudah dalam mobil“Bang, mohon Bang, tunggu dulu, aku mau bicara, tolong bawa aku ke tempat yang agak tersembunyi. Mohon Bang”“Ada apa Pras”“Nanti disana aku ceritakan”Reynal menuruti kemauan Prasti dan menelpon sebuah restoran untuk memesan tempat. Sedikit berbeda dengan kemarin yang berada di puncak bukit, kali ini di kaki bukit. Mereka sampai setelah satu jam perjalanani. Reynal kembali memesan tempat yang jauh dari pengunjung lain.Bentuk saungnya hampir sama,“Pras, kamu belum makan kan, makan dulu sebelum bicara”“Ya la Bang” muka Prasti sembabReynal dan Prasti makan tanpa bicara, situasi agak tegang. Setelah selesai makan siang, Reynal permisi untuk tunaikan solat ashar. Saat kembali ke tempat semula, Reynal melihat Prasti duduk termenung bersandar ke dinding bambu. Tidak ada kebohongan dari ekspresi wajahnya sebagai petunjuk bahwa Prasti tidak sedang bersandiwara.“Oke, Pras, mau ngomong apa?”Prasti menangis, air matanya mengalir perlahan. Dia menunduk sambil terisak. Tampak sekali kalau yang akan disampaikan itu sebuah masalah yang sangat berat. Reynal kembali bertanya“Pras, silahkan kalau mau ngomong”“Bang..” Prasti masih terisak“... aku mohon Bang, selamatkan aku. Aku masih ingin hidup Bang” Prasti kian mendayu tangisannya. Mukanya memerah dan basah.“Memangnya ada apa?”“Aaaa..ku diteror Bang, aaaku akan dibunuh. Aku belum mau mati Bang.”“Yang dia mau apa?”“Didddiaaa ingin anak dikembalikan padanya. Sementara aku tak punya duit untuk tebus anak itu Bang. Bantu Baaaaang” Prasti menurunkan kepalanya ke lantai dan terisak, tampak pungungnya bergerak-gerak menahan isakan tangis.Reynal terdiam. Dalam diam Reynal berbisik dalam hati.“Memberikan anak pada Prasti sama saja menyerahkan tiga nyawa sekaligus. Anak mati, Prasti mati, akupun mati”Prasti terus terisak tangisannya kian menghiba“Baaang, Abang mungkin belum tahu siapa aku sesungguhnya.... sebab masih banyak yang kututupi tentang diriku sama Abang.... Karena kita baru kenal..Bang. Tak mungkin aku menceritakan semuanya tentang aku pada orang yang baru kenal.... Suatu hari aku akan ceritakan semuanya sama Abang. Hidupku miris Bang..... Aku kotor Bang.......Tapi tolong selamatkan aku Bang.... Aku masih ingin hidup Bang.....”. Tangisan Prasti kian tak terkendali".“Saat ini.., hanya abang orang terdekatku.., aku memang punya banyak teman... tapi tak kan ada satupun yang akan bantu aku Bang. Jujur Bang, dosaku telah banyak. Sekali lagi aku masih ingin hidup, Baaang”. Prasti mulai parau.“Aku yakin abang orang baik. Ngga ada lelaki yang nolak diajak tidur bersama... hanya abang satu satunya yang kutemui..... Laki-laki rakus semua....h Hanya abang yang iklas membantu”“Bang, kalau abang memang iklas membantuku, tolong bantu aku mengambil anakku kembali Bang” Prasti meraih bahu Reynal dan menggerak-gerakkannya untuk bermohon.Reynal masih diam. Dalam hatinya ia berpikir“Mengembalikan anak bukanlah cara membantunya untuk bisa tetap hidup. Tapi justru memberi jalan pada Brully agar dia terbunuh”“Bang, ayo jawab Bang, bantu aku“ Prasti kian terseduh tetap menggoyang goyang baru Reynal.“Oke, beginilah. Sementara aku berusaha mengembalikan anak, kamu aku carikan tempat yang aman. Aku jamin kamu aman. Teleponmu aku ganti dengan yang baru agar kamu tak bisa dihubungi”“Tak berani aku Baaaang, aku tak berani sebelum anak itu diserahkan padanya....Pasti aku akan dibunuh Bang”“Aman, aku bilang aman”“Jangan baaang, jangan!. Tolong izinkan aku tetap bersama Abang sampai anak itu kembali, Bang” Prasti kian kuat menggoyang bahu Reynal“Tak mungkin Pras, kita tak mungkin bersama. Pokoknya tempat itu aman, aman Pras, aaammaaan”“Ngga bang. Bawa aku kemana abang pergi!”“Sekarang coba diam, berhenti dulu menangis. Coba diam, duduk dengan tenang. Sekarang aku tanya, orang yang meneror kamu, Brully, kan?”“Ahhhhh...Iiii ya, Abang kok tahu”“Makanya tenang saja. Kamu akan tetap aman dimanapun kamu tinggal. Justru tidak aman bila bersama saya”“Kok gitu”“Ya begitu”Reynal tidak ingin Prasti mengatahui hal ini. Sebenarnya jelas saja, bila Prasti bersamanya, maka orang-orang Brully akan punya gambaran siapa orang yang sering bersama Prasti.Prasti aman, sebab tak mungkin Brully tidak mungkin akan menghabisi Prasti sebelum anak itu bertemu.Itu hanya teror mental agar Prasti berusaha mencari anak yang dilahirkannya itu. Justru, Prasti adalah orang yang akan dihabisi terakhir kali.Ini yang kemarin dibahas Reynal dengan lelaki berambut panjang. Bahwa jangan sampai ada yang tau hubungan Reynal dan Prasti. Namun, dalam pilihan itu. Seandainya Brully sempat tahu, maka pilihannya hanya satu, Brully harus dihabisi segera.Prasti memecah lamunan Reynal“Tapi Bang, aku tetap ingin pergi bersama Abang”“Tak mungkin Pras”“Kalau abang menolak, sama artinya abang membiarkan aku mati, Bang!” nada Prasti sedikit tinggi“Pras!, dengar ya,dengar!!. Justru dengan bersamaku kamu akan mati!!”“Tidak.bang!. Daripada aku mati sendirian di luar sana, lebih baik aku mati bersama Abang!!.Pokoknya, aku tak mau pergi!!. Ini bukan soal uang Bang, ini soal nyawaku!!” suara Prasti tinggi“Pras!! Prasti!!!, mengertilah, aku sedang menyelamatkan nyawamu, ngerti!!” Reynal juga dengan nada tinggi“Ngga Bang!!, ngga!!, aku harus pergi bersama abang. Kalau abang tak berminat dengan tubuhku ini, setidaknya abang beminat menyelamatkanku. Aku mohooonnn Bang!!!!!!, mohooonn!!!!!”“Pras!!, Prass!!!, sekali lagi. ini demi keselamatanmu!!!” Nada Reynal kian tinggi“Ngga Bang!, nggaa!!, pokonya nggga!!!!” Justru nada Prasti jauh lebih tinggi.Keduanya terdiam. Reynal menunduk, Prasti juga tertunduk. Bberapa saat kemudian Reynal menegakan kepala , dia menghela nafas panjang dan perlahan membuangnya.“Oke. Kalau itu mau kamu. Malam ini kamu boleh bersamaku. Kita tidak nginap di Jakarta, tapi di Bandung”Reynal dan Prasti bersiap-siap hendak ke Bandung. Sementara, tanpa Reynal tahu, saat keluar dari hotel tadi, anggota Brully memotret beberapa kali kebersamaan Reynal dengan Prasti.Akankah Reynal dan Prasti aman-aman saja saat berada dalam satu kamar? Aku tak yakin.Lalu, apakah sosok Reynal akan diketahui Brully. Bila iya, bagaimana cara Reynal menghabisi Brully terlebih dahuluInilah Bandung, Kota Kembang berhawa sejuk. Tidak seperti Jakarta yang panas menjerang kulit sepanjang hari. Tempat bagi banyak orang mencari keceriaan, ketika telah lelah berhadapan dengan kemelut batin metropolitan. Inilah kota yang malam ini menjadi saksi antara Reynal dan Prasti. Kota yang akan menguji sekuat apa Reynal bisa bertahan dari hempasan gelombang hasrat. Juga sekuat apa Reyhal menjinakkan selera liar laki-laki ketika telah berduan dengan Prasti, wanita super cantik, separuh bule itu. Tak ada yang menghalangi mereka tidur berdua. Petugas resepsionis tak akan menanya prihal surat nikah mereka. Semua kemudahan untuk bisa berada dalam kamar yang sama tentu tebuka lebar. Memang, mereka datang ke kota ini bukan untuk bercampur keringat. Bukan untuk Reynal mencoba keindahan raga Prasti dari ujung rambut hingga telapak kaki. Juga bukan untuk mencoba kelegitan gawang “made in” Inggris itu. Selalu,Tak dapat diterka kejadian-kejadian unik ketika kaum adam dan kaum hawa berada
Prasti tetap mendesak agar Reynal mau membuka pintu. Sementara Reynal tetap menolak, karena dia tahu bahwa pertahanannya akan segera rubuh bila matanya kembali melihat tubuh Prasti yang aduhai berbalut kain tipis itu.Prasti di luar kamar tetap mengetuk-ngetuk pintu.Dia beralasan takut kembali ke kamarnya karena dihantui mimpi buruk. Reynal tetap pula mendesak agar Prasti kembali ke kamarnya. Tapi, Prasti malah memekik-mekik untuk tetap dibukan pintu. Reynal khawatir, suara Prasti didengar penghuni kamar lain. Sambil menunduk Reynal membuka pintu secara perlahan. Mulut Reynal dengan penuh permohonan membujuk Prasti untuk kembali ke sebelah.Prasti menyerah saat Reynal menggiringnya kembali ke kamar sebelah. Reynal menunduk agar matanya tak melihat tubuh Prasti yang berbalut kain tipis itu. Tapi Prasti melakukan sesuatu sesampai di pintu kamar. Prasti tiba-tiba menarik tangan Reynal untuk masuk ke kamarnya. Dengan segap Prasti langsung menutup pintu dan berdiri membelakang pintu kamarn
Prasti dan Naldi kini berada di lobi hotel. Mereka memutuskan keluar hotel lebih cepat dari jadwal. Tak bisa dipastikan apakah mereka mandi keramas atau tidak pagi tadi. Sehingga kita tidak mendapat gambaran apa yang terjadi setelah kamera dilarikan keluar ruangan. Apakah terjadi adu pinalti atau tidak, kita tak tahu. Atau pinalti ada, tapi tak pernah gol.Rasanya tak mungkin campur keringat tidak terjadi semalam. Sebab, sangat mustahil ketika sepasang anak manusia sudah berada dalam satu kamar, lalu tidak melakukan pergulatan raga. Apalagi, saat saat terakhir, ketika Reynal memutuskan membuka mata karena telah lelah menahan mata terpejam terlalu lama, Prasti dilihatnya tidak lagi menggunakan baju. Hanya tersisa penutup dada saja.Siapa saja lelakinya, tidak akan bisa munafik untuk tidak tergoda dan terbuai dalam situasi yang penuh dengan sensasi dan membuai syahwat ini. Pilihan satu-satunya adalah terjun ke medan laga. Melepaskan seluruh peluru tebaik pada sasaran tembak.Hanya satu
Reynal tetap santai saat menambah laju mobil. Dia tidak peduli dengan mobil di belakangnya yang juga menambah kecepatan. Bagi Reynal itu hal biasa. Tapi tidak begitu dengan Prasti yang sibuk dan bermuka tegang memerhatikan kaca spion mobil.Reynal meminta Prasti untuk bisa mengendalikan diri dengan tetap santai dalam perjalanan. Reynal bersikap demikian karena Reynal tidak mendapatkan laporan apa-apa tentang perjalanan ini. Artinya bahwa perjalanan ini aman. Bila ada sesuatu yang membahayakan, anggotanya selalu memberi informasi. “Pras, santai saja, aman!!”“Abang, jangan takabur Bang”“Ya, berlindung saja sama yang Tuhan”“Kalau kita berlindung sama Tuhan, lalu ketika kita dicegat, Tuhan datang gitu?”Reynal tertawa kemudian termenung. Tertawa karena lucu dan termenung karena begitu rendah pemahaman Prasti soal Tuhan.Reynal lalu mengatakan bahwa Tuhan itu maha pintar. Banyak cara bagi Tuhan dalam membantu manusia. Reynal kemudian mencontohkan pertolongan Tuhan ketika Prasti hendak m
Prasti kembali mencoba menghubungi Reynal. Lagi-lagi jawaban pemancar tetap “ nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif”. Seharusnya, Prasti mematikan alat komunikasi bila tak kunjung tersambung. Sebab dengan membiarkan alat komunikasi tetap aktif, memberi peluang besar bagi Brully untuk tetap mengetahui di mana keberadaannya.KawanBenar, Brully sedang menurunkan lima orang anggota saat ini di bandara. Bahkan Brully langsung turun ke lapangan, sebab dia telah tahu jadwal keberangkatan ditunda. Dan, yang sangat mencemaskan adalah jarak Prasti dengan mereka tidak terlalu jauh.Minimal, untuk mengaburkan wajah, Prasti menutup kepala dan pakai Masker. Sebab wajahnya sangat gampang dikenal. Wajahnya bule, tak pula pakai kerudung, tentu tak sulit untuk menemukannya bagi tim pencari. Sekali lagi, alat komunikasi Prasti harus mati, sehingga pelacakkan titik lokasi keberadaan Prasti tidak terdeteksi.Prasti akhirnya berfirasat kalau dia sedang dicari. Dia yakin Brully tak percaya penuh pada
Prasti masih bingung dan matanya terlihat menerawang. Dia seakan tak percaya bahwa ini adalah kenyataan. Kembali Prasti meraba-raba muka dan tangannya, untuk memastikan bahwa ini tidaklah mimpi. Sulit dia percaya, bahwa dia masih punya peluang hidup disaat sudah berada di gerbang kematian.KawanDisinilah Prasti kini di selamatkan. Ini adalah rumah rahasia Reynal. Rumah yang tidak diketahui Brully. Sebab, yang diketahui Brully, Reynal berumah di kawasan Kelapa Gading dan dia sering ke sana.KawanNaldi Jamain alias Reynal, memang seorang bos konveksi besar. Produknya sudah branded di pasaran. Tapi ada yang tidak diketahui orang lain bahwa Reynal adalah seorang informan polisi yang yang memiliki jaringan dalam mengungkap banyak kejahatan.Dalam misi ini, walau dia dibantu beberapa orang, tapi tak satupun mereka tahu bahwa Reynal yang dicari adalah dirinya. Artinya, dikalangan terdekat pun Reynal tetap menjaga kerahasian dengan sangat rapat.Dalam satu tahu terakhir Reynal bersama anggo
Di dalam mobil, untuk bernafas saja Prasti sangat hati-hati. Mengambil nafasnya pelan-pelan, begitu juga saat hendak melepaskan. Dia mirip peserta senam yoga sedang berlatih pernafasan.Walau sudah sangat hati-hati saat bernafas, Prasti masih khawatir suara nafas itu terdengar keluar.“Eh, ada Bro Brully” sapa Reynal sambil bersalaman“Iya Bro Naldi”“Tumben nih, ada disini, jadi ngga enak pula kita. Biasanya saya yang selalu datang ke kantor Bro Brully”“Iya, kebetulan bukan urusan kantor, Bro, ada sedikit urusan pribadi”“Soal apa tu Bro?” Reynal memerhatikan gelagat Brully, manatahu dia sudah mencium siapa dia sesungguhnya.Sementara Prasti dalam mobil sudah tak berasa hidup. Kakinya sudah dingin dan tangannya terasa kaku. Lagi-lagi Prasti merasakan nyawanya seakan mau terbang meninggalkan tubuh. Kematian kembali menghantuinya. Ia kembali yakin bahwa kematian itu memang sudah dekat.Prasti tak sedikitpun mendengar isi pembicaraan karena pintu mobil tertutup rapat. Namun ada tanda ta
Brully tetap berencana melakukan operasi penangkapan Prasti di rumah Mahasakti 12. Dia tetap tak gentar, walau Reynal memberi kabar menakutkan bahwa rumah itu sangat sensitif untuk didekati.Brully telah menganggarkan banyak biaya untuk rencana operasi kali ini. Bahkan rela memesan penjinak bom ilegal demi mengamalkan operasi nantinya.Demi lancarnya operasi, Brully kembali berangkat menemui penasehat spritual di kaki Gunung Bromo, untuk minta petuah.Hari ini, jam 10 nanti, Brully akan berangkat. Ini kunjungan ke enam kalinya pada sang dukun kepa-rat tersebut.Demi itu pula, kemarin, Brully kembali meminta jasa Cimpin Flamboyan untuk mencarikan tiga helai celana bekas pakai anak perawan.Sudah tak sedikit pula dana yang digelontorkan Brully demi mendapatkan celana bekas pakai anak perawan itu. Walau tidak sebanyak dana yang dihabiskan untuk operasi penangkapan Prasti, tapi rupiah yang dikucurkan untuk persyaratan konyol dan tak ilmiah ini, cukup besar.Sebab memang, untuk mendapatka