Di dalam mobil, untuk bernafas saja Prasti sangat hati-hati. Mengambil nafasnya pelan-pelan, begitu juga saat hendak melepaskan. Dia mirip peserta senam yoga sedang berlatih pernafasan.Walau sudah sangat hati-hati saat bernafas, Prasti masih khawatir suara nafas itu terdengar keluar.“Eh, ada Bro Brully” sapa Reynal sambil bersalaman“Iya Bro Naldi”“Tumben nih, ada disini, jadi ngga enak pula kita. Biasanya saya yang selalu datang ke kantor Bro Brully”“Iya, kebetulan bukan urusan kantor, Bro, ada sedikit urusan pribadi”“Soal apa tu Bro?” Reynal memerhatikan gelagat Brully, manatahu dia sudah mencium siapa dia sesungguhnya.Sementara Prasti dalam mobil sudah tak berasa hidup. Kakinya sudah dingin dan tangannya terasa kaku. Lagi-lagi Prasti merasakan nyawanya seakan mau terbang meninggalkan tubuh. Kematian kembali menghantuinya. Ia kembali yakin bahwa kematian itu memang sudah dekat.Prasti tak sedikitpun mendengar isi pembicaraan karena pintu mobil tertutup rapat. Namun ada tanda ta
Brully tetap berencana melakukan operasi penangkapan Prasti di rumah Mahasakti 12. Dia tetap tak gentar, walau Reynal memberi kabar menakutkan bahwa rumah itu sangat sensitif untuk didekati.Brully telah menganggarkan banyak biaya untuk rencana operasi kali ini. Bahkan rela memesan penjinak bom ilegal demi mengamalkan operasi nantinya.Demi lancarnya operasi, Brully kembali berangkat menemui penasehat spritual di kaki Gunung Bromo, untuk minta petuah.Hari ini, jam 10 nanti, Brully akan berangkat. Ini kunjungan ke enam kalinya pada sang dukun kepa-rat tersebut.Demi itu pula, kemarin, Brully kembali meminta jasa Cimpin Flamboyan untuk mencarikan tiga helai celana bekas pakai anak perawan.Sudah tak sedikit pula dana yang digelontorkan Brully demi mendapatkan celana bekas pakai anak perawan itu. Walau tidak sebanyak dana yang dihabiskan untuk operasi penangkapan Prasti, tapi rupiah yang dikucurkan untuk persyaratan konyol dan tak ilmiah ini, cukup besar.Sebab memang, untuk mendapatka
Sudah dua jam Reynal berbicara dengan Prasti. Kali ini Reynal berbicara dengan hati agar Prasti mengerti. Reynal dengan nada dan ekspresi serius menjelaskan bahwa dia tidak pernah berniat membunuh Prasti. Malah Reynal berkata bahwa dia justru mempertaruhkan nyawanya untuk Prasti tetap hidup."Kalau saya ingin membu-nuhmu, tentu sudah dari dulu Pras. Karena saya berteman dengan Brully itu sudah lamaJustru saya berusaha menyelamatkanmu karena saya tahu niat jahat BrullyUntuk kamu ketahui, Brully ingin membu-nuh anak yang ada dalam perutmu, bila yang lahir laki-laki. Tapi walaupun yang lahir perempuan tetap dia habisi juga”.“Kok Abang tau?”“ Dia kan teman saya”“Memangnya Om Brull ngomong gitu sama Abang?”“Ngga”‘Gimana Abang bisa tahu??”“Suatu hari kamu akan tahu bagaimana saya mendapatkannya”“Memangnya pekerjaan abang apa sih?. Bukan pegawai asuransi?“Nanti kamu akan tahu, Pras”“Oke, trus” desak Prasti“Saya tak mungkin membiarkan dia membunuh manusia tak bersalah. Maka saya
Prasti mengambil pinggang Brully untuk sedikit menjauh dari anggotanya. Setengah berbisik Prasti berkata manja.“Makanya Om itu jangan suka lupa sama aku. Namaku sekarang Fatimah. Aku sengaja memindahkan namaku pada seseorang agar orang tak tahu kalau aku yang lahirin anak Om. Ini untuk melindungi Om. Paham Om???”Brully angguk-angguk mendengar penjelasan PrastiReynal dengan alat canggih yang dia punya mendengar pembicaraan ini. Tiga anggota lainnya juga fokus pada pergerakkan berikut.“Bagus” bisik ReynalPrasti mulai bisa bermain. Bahkan melebihi harapan Reynal. Tapi Reynal tetap ragu dan cemas. Prasti sulit dipercaya. Bicaranya sering kelepasan. Sembarang bunyi saja.Prasti kembali bermanja-manja di depan Brully dengan mengatakan anak yang dia lahirkan beberapa bulan silam itu mesti diambil. Brully terkesiap mendengarnya, karena memang itu yang diinginkannya. Brully mendesak Prasti memberitahu keberadaan anak itu. Prasti beralasan tidak bisa menjemput anak karena tak punya uang t
Tak bisa diprediksi apa yang dipikirkan Reynal tentang Prasti. Sekali lagi adakah urat hati yang kini berdenyut?Prasti di awang-awang masih belum iklas untu berpisah dengan Reynal. Walau dia tahu, bahwa Reynal pasti akan menyusul ke Padang, seperti janji yang dia ucapkan.Prasti kemudian teringat kata “iya sayang” dari keluar dari mulut Reynal. Prasti mulai tersenyum. Setiap mengingat kata itu, Prasti mengelus pipinya sendiri. Inilah awal dia punya perasaan tulus pada seorang lelaki.Prasti memang sudah dua kali dibobol lelaki, tapi hatinya tidak. Semua itu hanya sebatas uang. Pertama dengan lelaki penikmat selangkangan yang ditemui di duni modeling. Prasti bergelimang uang, walau hanya berlaga satu ronde.Kedua dengan Brully, di sebuah pulau kecil di ujung pulau Sulawesi. Tempat bersejarah yang menyebabkan Prasti mengalami perut buncit beberapa bulan kemudian.Sungguh tak terbilang uang yang diterima Prasti dari Brully. Tapi itulah yang dinamakan uang yang dapat disemak hilang di ri
Reynal berkalung risau. Malam telah larut, namun matanya tak kunjung terpicingkan. Betapa tidak, Prasti ada di pelupuk matanya. Reynal kemudian bangkit dari tempat tidur dan kembali duduk di ruangan khususnya.Ruang khusus ini tempat Naldi Jamain alias Reynal banyak menghabiskan waktu ketika malam telah tiba. Sebuah ruangan yang sangat mewah, bersih dan dilengkapai banyak buku. Mulai dari buku agama, manajemen informatika, ekonomi, sain, kesehatan dan buku motivasi.Ruangan juga memiliki banyak alat komunikasi canggih dalam berbagai merek. Umumnya produk luar negeriReynal kemudian termenung di kursi ruangan itu. Kedua sikunya menumpu ke meja untuk menopang dagunya. Di depannya, ada meja dan di atas meja tampak sehelai kertas putih. Di kertas itu ada tulisan yang dibuat Reynal beberapa jam yang lalu.Tulisan itu berisi pengaduan Reynal pada Tuhan, tentang kenyataan dirinya.“Tuhan, aku hambamu, tetap menunggu mutiara hikmah dari takdir yang Engkau tetapkan untuk diriku. Engkaulah zat
Satu jam setelah berbicara lewat sambungan telpon dengan Prasti, Reynal kian disiksa lamunan sore ini. Di pelupuk matanya matanya wajah Prasti tak kunjung hilang. Senyuman Prasti melumat sendi-sendi perasaannya.Begitu indah dan memesona.Tapi, takdir tak kan pernah mengizinkan dia dan Prasti bisa bersatu. Karena Reynal makin yakin Prasti bukan wanita yang bisa menerima kenyatan pahit yang dia alami.Tapi, bisa jadi perkiraan Reynal salah. Belum tentu Prasti akan menolak. Sebab hatinya telah nyaman bersama Reynal. Biasanya, ketika seseorang telah terpikat hatinya, maka matanya buta. Dia tidak melihat hal lain selain terpukau pada kenyamanan yang menyelimuti segala persendian perasaan itu.Sore ini, takdir yang sudah dia iklaskan Reynal mentah lagi. Alat peraga kejantanannya tak kunjung bangun dari tidur panjangnya, hadir di pikiran. Bagi Reynal, alat peraga itu, fungsi cuma satu, hanya untuk saluran air pipis. Bila saja, ada saluran air seni lain, mungkin Reynal membuang saja alat per
Reynal menyandar di dinding ruangan gawat darurat. Ibu pengasuh Sakti, belum kunjung melepas dekapannya di bahu Reynal.Tangisannya makin pilu. Baginya, Sakti adalah buah hati satu-satunya. Ibu itu tidak punya anak semenjak menikah dan Sakti merupakan pengobat segala kegersangan hatinya.Ibu pengasuh itu bernama Rahmi Jamain, kakak kandung Naldi Jamain, berusia 37 tahun. Tak kunjung punya keturunan setelah 16 tahun berumah tangga.Pikiran Reynal sempat melayang ke kaki Gunung Bromo. Apakah Sakti terkena serangan jarak jauh Brully yang sedang bertapa. Reynal tahu bahwa Brully sedang melakukan ritual di kaki gunung saat ini.Tapi Reynal cepat meghalau pikiran itu. Sebab selama ini, sejak kecil dulu, Reynal adalah orang yang tak pernah percaya dengan hak-hal mistisDalam lamunan Reynal dan tangis pilu kakak Rahmi, telepon datang dari Payakumbuh Sumatera Barat, Prasti menghubunginya tengah malam ini“Assalamualaikum Fatimah sayang”“Walaikum sayang abang sayang”“Knapa belum tidur??”“Mak