Satu jam setelah berbicara lewat sambungan telpon dengan Prasti, Reynal kian disiksa lamunan sore ini. Di pelupuk matanya matanya wajah Prasti tak kunjung hilang. Senyuman Prasti melumat sendi-sendi perasaannya.Begitu indah dan memesona.Tapi, takdir tak kan pernah mengizinkan dia dan Prasti bisa bersatu. Karena Reynal makin yakin Prasti bukan wanita yang bisa menerima kenyatan pahit yang dia alami.Tapi, bisa jadi perkiraan Reynal salah. Belum tentu Prasti akan menolak. Sebab hatinya telah nyaman bersama Reynal. Biasanya, ketika seseorang telah terpikat hatinya, maka matanya buta. Dia tidak melihat hal lain selain terpukau pada kenyamanan yang menyelimuti segala persendian perasaan itu.Sore ini, takdir yang sudah dia iklaskan Reynal mentah lagi. Alat peraga kejantanannya tak kunjung bangun dari tidur panjangnya, hadir di pikiran. Bagi Reynal, alat peraga itu, fungsi cuma satu, hanya untuk saluran air pipis. Bila saja, ada saluran air seni lain, mungkin Reynal membuang saja alat per
Reynal menyandar di dinding ruangan gawat darurat. Ibu pengasuh Sakti, belum kunjung melepas dekapannya di bahu Reynal.Tangisannya makin pilu. Baginya, Sakti adalah buah hati satu-satunya. Ibu itu tidak punya anak semenjak menikah dan Sakti merupakan pengobat segala kegersangan hatinya.Ibu pengasuh itu bernama Rahmi Jamain, kakak kandung Naldi Jamain, berusia 37 tahun. Tak kunjung punya keturunan setelah 16 tahun berumah tangga.Pikiran Reynal sempat melayang ke kaki Gunung Bromo. Apakah Sakti terkena serangan jarak jauh Brully yang sedang bertapa. Reynal tahu bahwa Brully sedang melakukan ritual di kaki gunung saat ini.Tapi Reynal cepat meghalau pikiran itu. Sebab selama ini, sejak kecil dulu, Reynal adalah orang yang tak pernah percaya dengan hak-hal mistisDalam lamunan Reynal dan tangis pilu kakak Rahmi, telepon datang dari Payakumbuh Sumatera Barat, Prasti menghubunginya tengah malam ini“Assalamualaikum Fatimah sayang”“Walaikum sayang abang sayang”“Knapa belum tidur??”“Mak
Tingkah Prasti lucu menunggu Reynal sampai di pintu keluar bandara. Ia seperti anak burung yang tahu induknya datang. Mulutnya sibuk menciap-ciap memanggil Reynal yang beberapa langkah lagi sampai pintu. Reynal sudah tersenyum dari tadi, walau senyum itu terlihat dipaksakan.Prasti langsung merangkul Reynal, tapi Reynal perlahan melepaskan rangkulan itu. Prasti berontak.“apa apain sih, kok tak boleh dirangkul!”“Jangan jangan. Tak baik dilihat orang”“Emangnya ngga boleh”“Iya, ngga boleh. Kita kan belum muhrim”“Ah, gitu amat”Prasti melepasakan rangkulan.Reynal kemudian bersalaman dengan Viona Vioni dan langsung berangkulan.“Tuh kan, ngga adil. Sama Viona Vioni berangkulan”“Pras, Fatimah..ini ponakan abang”“Lalu aku ini siapa??”“Adik”“Kenapa dengan ponakan boleh, adek ngga boleh”“Pras, dengan Viona dan Vioni abang berhubungan darah”“Oh, gitu. Jadi aku orang lain, gitu”Prasti cemberut, tapi tetap memandang Reynal.Ranggi kemudian bersalaman dengan Reynal, juga merangkulnya.
Gulungan ombak datang silih berganti menyapu pantai Tiram Pariaman. Prasti masih terngaga mendengar pengakuan Reynal. Pengakuan pilu dari lelaki yang kini tak ada saingan di hatinya. Reynal telah mengaku bahwa dia adalah seorang lelaki impoten.Prasti tak langsung menanggapi pengakuan Reynal. Dia memandang wajah Reynal dalam-dalam untuk menyakinkan bahwa Reynal tidak sedang bercanda. Kemudian Prasti tersenyum.“Abang lagi becanda kan. Ayo ngaku!!” Prasti kembali menggengam pasir untuk menghujani kepala Reynal“Serius Fatimah. Abang tidak bercanda”“Ngga mungkin”“Abang serius Fatimah, bukan bercanda”Prasti terdiam sebentar. Dalam diam hatinya berbisik“Bang Reynal sedang mengujiku. Aku tak bakal percaya kalau dia seorang lelaki impoten. Tak gampang bagi seorang lelaki untuk mengakui kekurangan itu. Mengapa mulutnya begitu ringan untuk mengatakannya. Jelas, ini adalah bohong”Kemudian Prasti berkata:“Oke-oke. Bang. Aku.. aku..ngga terlalu paham soal itu. Apakah maksudnya Abang ngga b
Brully di rujuk ke rumah sakit kejiwaan. Dia diangkut menggunakan ambulan. Dia berubah seperti sapi liar yang hendak dibawa ke rumah pemotongan. Brully meronta-ronta seperti ada orang yang sedang memukul kepala dan badannya.Mulut Brully tak henti-henti minta tolong pada Rebu. Keadaan ini membuat Rebu panik dan tak tahu mantera apa yang harus dibaca. Sebab modalnya selama pelaksanaan misi ini hanya membakar kemenyan dan pura-pura berbisik tanpa ada bait yang dirapal lidahnya di kaki gunung.Tapi.Demi menyakinkan Brully, bahwa dia dukun asli, maka Rebu mengeluarkan kemenyan yang ada diselip pinggangnya dan membakar sedikit dengan korek api.Brully menatapnya dan berharap Rebu bisa membantu kondisi yang tengah dia hadapi. Untuk menambah keyakinan Brully, Rebu memicingkan mata agar terlihat bahwa dia sedang serius. Hati Brully sedikit terhibur ada orang yang sedang membantunya. Sopir ambulan terheran-heran menyaksikan aksi Rebu, apalagi aroma asap kemenyan mengepul di hidungnya.Bagi su
Hari ini hari kelima Reynal di Payakumbuh. Besok, Reynal kembali ke Jakarta. Prasti mulai bersedih hati karena mulai besok matanya tak melihat lagi Reynal ada di dekatnya.Prasti tetap pada pendiriannya bahwa Reynal sedang berpura-pura. Reynal sengaja memberikan informasi seakan ada kekurangan, hanya untuk menguji keseriusannya.Padahal yang dikatakan Reynal adalah sebuah kejujuran dan kebenaran.Tapi Prasti tetap meminta Reynal membuktikan kata-katanya itu.Siang ini Prasti baru saja pulang mengajar dan sedang menuju tempat tinggal yang disediakan yayasan. Jaraknya tak begitu jauh, tak lebih 400 meter.Dari belakang Ranggi yang berkendara sepeda motor tergesa menemui Prasti. Seperti biasa, Prasti tak peduli di setiap kedatangan Ranggi. Baginya Ranggi tak lebih seorang lelaki yang sedang mencoba merayu hatinya.Sementara hati Prasti telah mempunyai kedudukan tetap di hati Reynal.“Assalamualaikum Fatimah”“Waalaikumussalam” Jawab Prasti dingin“Ini ada kabar baik Fatimah”“Kabar apaan!
Pagi jam enam, Reynal, Romelo, Prasti dan Ranggi sudah berangkat menuju kota Padang. Viona dan Vioni, walau hari minggu, tak ikut karena harus mengikuti kegiatan di sekolah.Prasti, pagi ini sungguh berbeda. Berdandan khusus untuk mengikuti audisi bintang iklan suplemen pelangsing tubuh. Prasti lebih memukau dari biasa. Reynal berguncang hatinya melihat penampilan Prasti itu.Bajunya warna biru, warna favorit yang setiap Prasti memakai warna itu auranya meledak-ledak. Reynal yakin tak ada lelaki yang tak terpukau penampilan Prasti.Jilbabnya biru muda, sangat elegan. Make up seadanya, tapi sangat pas. Lipstik merah muda dan sedikit polesan merah di pipinya. Reynal ingin memandang Prasti, tapi khawatir hal itu membuat dia makin susah melerai perasaan. Sementara untuk memiliki Prasti, sebuah kemustahilan.Prasti tersenyum saja, sesekali memandang keluar menikmati pagi yang cerah dengan segala kesejukannnya.Ranggi, sambil menyetir, sesekali curi panjang lewat kaca kecil di bagian atas l
Dua minggu di Jakarta, Reynal sudah mengakhiri kontrak kerja dengan Romelo, Joy dan dua temannya. Seperti perjanjian awal, mereka bekerja selama masih dibutuhkan dan pemutusan kontark bisa berakhir kapan saja.Dengan demikian Romelo sang informan, resmi pula keluar dari kantor Brully. Tiga hari silam surat pengunduran diri telah dilayangkan Romelo dan hari ini telah disetujui bagian SDM perusahaan. Romelo diberi banyak uang oleh Reynal, atas kerjasamanya.Jasa Romelo tentu sangat besar dalam misi ini. Romelo merupakan pusat informasi bagi Reynal. Tempat bagi Reynal untuk berdiskusi mengetahui segala rencana Brully yang ingin menghabisi anak, Prasti dan dirinya.Seluruh informasi yang didapat dari Romelo tingkat akurasinya sangat tinggi, nyaris tak meleset sedikitpun. Reynal bisa aman hingga hari ini sangat terbantu oleh kemampuan Romelo dalam menguasai tekonologi informasi.Joy dan dua temannya juga begitu. Reynal telah bertemu mereka untuk menyatakan kerjasama telah selesai dan merek