Share

Bab 6. TAKTIK GLADYS

Penulis: Ningty
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-11 09:39:40

     Tak seperti sebelum-sebelumnya, hari ini Gladys tampak begitu segar. Dia baru saja selesai mandi. Dia memilih mengenakan gaun dengan warna kesukaan Alfa. Gadis itu telah memutuskan untuk mengikuti nasehat Bi Sani. Dia akan berusaha untuk kembali melunakkan hati kekasihnya. Tentu agar dia bisa bebas dari sangkar emas kekasihnya. Selain itu, dia ingin agar Alfa kembali mengijinkannya untuk mengabdikan ilmunya untuk menolong banyak orang.

     Sudah dua hari Alfa tidak datang ke mansion. Tepatnya sejak hari dimana dia mencoba untuk kabur. Bi Sani juga tidak berani membiarkannya keluar kamar karena selama dua hari itu dia tidak bisa dihubungi.

     Gadis itu sedang berada di balkon kamar yang ditempatinya sambil menikmati udara pagi ketika tiba-tiba dia merasakan tangan kekar melingkari pinggang hingga perutnya.

     “Pagi sayang,” bisik suara yang dikenalnya. Meski separuh hatinya telah beku karena ulah kekasihnya, tak bisa dia punngkiri, tubuhnya tetap meremang saat mendengar bisikan dari sang kekasih. Gadis itu memutar tubuhnya, hingga kini dia berhadapan dengan kekasihnya itu. Dia berusaha mengulas senyum terbaiknya.

     “Pagi,” jawabnya selembut mungkin. Kemudian gadis itu berjinjit untuk mengecup pipi kekasihnya. Membuat Alfa sedikit terkejut.

     “Maafkan aku, Sayang. Aku terlalu marah saat melihat foto-foto itu, hingga aku mengambil keputusan yang bodoh,” lirih gadis itu sambil menyandarkan kepalanya di dada kekasihnya.

     “Aku senang, akhirnya kamu meyadarinya. Nanti siang, kita fitting baju ya. Waktunya tinggal emapat hari lagi. Semua sudah aku persiapkan, tinggal fitting baju pengantin saja,” ujar Alfa sambil membelai rambut panjang Gladys. Gadis itu menelan salivanya. Dia tak menyangka jika ternyata Alfa serius ingin menikahinya.

     “Emm ... Alf ... w-wisudaku ...”

     “ ... Kamu akan tetap wisuda, Sayang. Aku sudah mengatur semuanya,” ujar Alfa lembut. Gladys terkesiap tak percaya.

     “Kamu juga akan praktek menjadi dokter ...”

     “ ... Terima kasih Alf!” seru gadis itu sambil mempererat pelukannya.

     “Kamu akan praktek di Klinik perusahaanku, bukan di rumah sakit!” ucap Alfa tegas. Senyum yang terukir di wajah gadis itu pelan-pelan menghilang. Entah kenapa tiba-tiba dia merasakan dadanya sesak. ‘Aku pikir aku akan bebas, ternyata ... sama saja’ batin gadis itu.

     “Kamu suka kan? Kita akan selalu bersama. Kita akan bekerja di tempat yang sama,” ujar Alfa. Gladys mengulas senyum yang dipaksakan. Sebisa mungkin, dia berusaha menyembunyikan rasa kecewanya.

     “Turun yuk, kita sarapan terus ke butik Tante Sherly,” ajak Alfa. Dia merangkul pinggang Gladys dan mengajaknya untuk sarapan.

     ***

     “Selamat datang, Tuan Alfa. Nona yang cantik ini, pasti calon Nyonya Alfa,” sapa seorang wanita yang masih tampak cantik meski tak muda lagi.

     “Tolong pilihkan gaun yang terbaik untuk calon istriku, Tante,” ujar Alfa dengan sopan.

     “Tentu Tuan,” jawab wanita itu. Alfa memilih menunggu di ruang tunggu. Gladys tak bisa menghapus rasa kagumnya terhadap gaun-gaun yang ada di sana. Sherly memilihkan beberapa gaun dan memperlihatkannya kepada Gladys. Semua gaun itu sangat indah. Namun entah kenapa tak ada yang sreg di hatinya. Jika tidak terlalu ketat, bagian punggungnya terlihat, belahan dada yang rendah bahkan ada yang memiliki belahan setinggi paha.

     “Emm ... maaf, apa ada model yang lain?” tanya Gladys sopan.

     “Tentu masih ada, Nona. Mari ikut saya,” sahut wanita itu tak kalah sopan. Bagaimanapun, dia tak ingin terlibat maslah dengan Alfa. Sherly mengajak Gladys ke ruangan lain. Di sana , gadis itu kembali dibuat takjub dengan koleksi gaun pengantin milik Sherly. Dia mengedarkan pandangannya hingga netranya tertumbuk pada sebuah gaun yang memiliki model tak terlalu mewah namun tetap terlihat elegan. Gaun dengan warna putih itu, memiliki lengan panjang dan model kerah v-neck namun tak terlalu rendah. Ada aksen mutiara pada bagian pinggangnya.

     Dengan mata berbinar, Gladys mendekati gaun itu.

     “Saya mau yang ini!” ujar gadis itu. Sherly tersenyum mengetahui pilihan Gladys.

     “Nona, ini terlalu sederhana untuk Tuan Alfa. Pilihlah yang lain,” saran Sherly.

     “Tidak! Saya mau yang ini!” seru Gladys tanpa mengalihkan pandangannya.

     “Baiklah!” sahut Sherly pasrah. Dia pun mengambil gaun itu dan memberikannya pada Gladys untuk dicoba.

     “Tuan!” panggil Sherly. Alfa yang saat itu asik dengan ponselnya, mengangkat kepalanya. Mulutnya ternganga dan matanya tak berkedip menatap Gladys dalam balutan gaun pengantin pilihannya. “Cantik!” gumam pemuda itu yang masih bisa didengar oleh Gladys dan Sherly.

     “Bagaimana, Tuan?!” tanya Sherly.

     “Saya ambil yang itu Tante, jika kekasih saya menyukainya,” sahut Alfa.

     “Kirimkan ke rumah bersama beberapa gaun yang saya pilih!” titah Alfa sambil mengurus pembayaran.

     “Ah iya, Sayang, tidak sekalian pilih kebaya untuk wisudamu?” tanya Alfa. Gladys terkesiap mendengar pertanyaan Alfa. Dia tak menyangka Alfa akan bertanya seperti itu.

     “Wisudanya kan, masih bulan depan. Apa tidak bulan depan saja?” jawab Gladys.

     “Baiklah! Sesuai titahmu, Ratuku,” ujar Alfa. Tak pelak hal itu membuat Gladys merona.

     Setelah selesai dengan urusan fitting baju pengantin. Alfa membawa Gladys ke toko perhiasan. Di sana, dia meminta Gladys memilih perhiasan yang disukai gadis itu. Lagi-lagi Gladys hanya memilih perhiasan yang memiliki model sederhana.

     Merasa gemas, akhirnya Alfa ikut memesan perhiasan dengan model yang lebih mewah. Gladys hanya diam saja, meski sejujurnya dia tak menyukainya.

     Selesai dengan semuanya, Alfa mengajak Gladys kembali ke mansion. Di tengah perjalanan, Gladys meminta untuk ke rumah sakit sebentar.

     “Alf ... bolehkah aku ke rumah sakit sebentar?” tanya gadis itu hati-hati.

     “Tidak perlu, Sayang. Aku yang akan mengurus semuanya!” jawab Alfa cepat. Pandangannya lurus ke depan karena dia sedang memegang kemudi. Gladys hanya bisa menghela napas kecewa.

     “Kita ke Apartement saja, ambil semua baju dan yang kau perlukan. Aku ingin, kamu pindah ke mansion!” ucap Alfa tegas. Bahkan saat itu Alfa sudah mengarahkan mobilnya ke jalan menuju Apartement. Gladys hanya diam. Bicara pun percuma. Hanya penolakan yang dia dapatkan. Ingin rasanya dia menangis. Namun, dia tahu jika dia sampai menangis, maka Alfa pasti akan murka dan entah apa yang akan dilakukan pemuda itu untuk menyakitinya lagi. Dalam hati dia merutuki nasibnya yang harus terjebak pada cinta Alfa Shaquille Bimantara. Andai dia masih memiliki orang tua, pasti mereka kebingungan mencari keberadaannya.

     Sesampainya di mansion, Alfa kembali membawa Gladys ke kamarnya.

     “Sayang, aku tak akan mengunci kamar ini dan mengijinkan kamu berkeliling mansion. Tapi dengan satu syarat, kau akan menuruti semua perintahku. Aku tak kan segan menghukummu jika kau berani melanggarnya. Mengerti kan, Sayang?!” tutur Alfa dengan tegas. Gladys menelan salivanya dengan susah payah. Tak ada pilihan lain bagi Gladys selain menuruti kemauan kekasihnya.

     “Kau mau kemana?” tanya Gladys saat melihat Alfa kembali bersiap untuk pergi.

     “Aku ada urusan sebentar. Secepatnya aku akan pulang,” jawab Alfa sambil mengecup singkat bibir Gladys.

     ‘Aku tahu kau akan menemui gadis-gadis karaoke itu’ batin Gladys nelangsa sambil menahan nyeri di dadanya. Entah sampai kapan dia harus hidup seperti itu. Baginya sekarang, tak ada pilihan lagi bagi hidupnya yang telah hancur selain bertahan di sisi Alfa meski dia harus selalu menahan perih di hatinya. Kebebasan yang dirindukannya seakan semakin menjauhi dirinya karena Alfa seolah telah menebar ranjau di setiap langkahnya. Bahkan rencana yang telah disusunnya seakan telah gagal sebelum dia berhasil melaksanakannya.

     Gadis itu menatap nanar mobil Alfa yang mulai meninggalkan mansion yang bagaikan sangkar emas baginya, dari balkon kamar itu.

    

    

Bersambung

Bab terkait

  • Kekasihku Seorang Don Juan   Bab 7. THE WEDDING PARTY

    Hari yang ditunggu pun akhirnya tiba. Alfa sengaja mendatangkan seorang MUA terkenal untuk merias Gladys. Dan keputusan Alfa memang benar. Gladys saat ini terlihat begitu cantik meski dengan riasan yang natural. Apalagi dengan gaun pengantin pilihannya yang kini sudah melekat di tubuhnya. Alfa merasa takjub saat melihat Gladys yang sedang memasuki ruangan untuk akad nikah dengan dibimbing oleh Bi Sani. Tak hanya Alfa, para tamu yang diundang pun tak kalah takjub. Wanita paruh baya itu mendudukan Gladys di samping Alfa yang sudah lebih dulu duduk di hadapan penghulu. “Cantik,” puji Alfa dengan berbisik ke telinga Gladys. Gladys merasakan tubuhnya meremang mendengar bisikan itu. “Sudah bisa dimulai?” tanya penghulu. “Sudah Pak!” jawab Alfa tegas. Sedangkan Gladys hanya menundukkan kepalanya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-17
  • Kekasihku Seorang Don Juan   Bab 8. GAGAL HONEYMOON

    Gladys dengan dibantu oleh Bi Sani tengah mempersiapkan segala keperluannya untuk berbulan madu atas perintah Alfa. Sebenarnya Gladys merasa sangat malas untuk pergi. Tapi apalah dayanya jika Alfa telah memiliki keinginan. “Sudah siap, Sayang?” tanya Alfa saat dia masuk ke dalam kamarnya. “Sudah,” jawab Gladys singkat. “Oke! Kita berangkat sekarang!” ajak Alfa setelah memerintahkan pelayan membawa barang bawaannya. “Tuan, Nyonya, selamat jalan!” ucap Bi Sani. “Makasih Bi. Kami hanya beberapa hari saja kok perginya. Minggu depan isteriku ini akan menjalani wisuda dan mendapatkan gelar dokter secara resmi,” ujar Alfa sambil membelai rambut Gladys. Gadis itu hanya mengulas senyuman tipis di bibirnya. “Kami p

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-17
  • Kekasihku Seorang Don Juan   Bab 9. MENEMUI AMALIA

    Beberapa hari kemudian, Gladys telah kembali sehat. Saat ini dia sedang menatap bayangannya di cermin dengan bangga. Ya, hari ini adalah hari wisudanya. Hari di mana dia akan mendapat gelar dokter secara resmi. Sebuah cita-cita yang telah lama diimpikannya. Namun, beberapa detik kemudian senyum itu hilang dari bibirnya saat dia menyadari sesuatu. Dia terduduk di tepi ranjang. ‘Tak ada gunanya aku wisuda. Tak ada artinya aku mendapat gelar dokter. Semua sia-sia dan sama saja. Aku akan tetap tak akan bisa lepas dari rantai yang dipasang pria itu’ gumam gadis itu. “Sayang, sudah siap?” Alfa tertegun saat melihat istrinya sedang menangis. “Hei! Kenapa?” tanya Alfa sambil menghapus air mata sang isteri. “Aku tidak akan wisuda, Alf. Semuanya percuma saja,” lirih Gladys. “Kenapa bilang

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-25
  • Kekasihku Seorang Don Juan   Bab 10. SEPENGGAL KISAH TENTANG ALFA DAN AMALIA

    Amalia menatap langit-langit kamar yang di tempatinya. Kamar itu kini sudah kembali rapi karena Alfa sudah menyuruh orang untuk merapikannya. Pikirannya menerawang ke masa beberapa tahun yang lalu. Masa di mana dia bahagia dengan Alfa. Sebelum semuanya hancur karena bujuk rayu seseorang yang kini sangat di bencinya. Seseorang yang telah tega menghancurkan hidupnya. Setelah puas menikmati tubuhnya, dia tega menjualnya ke tempat hiburan malam di luar negeri. Bahkan saat ini dia tengah mengandung entah janin laki-laki yang mana. Beruntung dia memiliki sahabat yang bersedia membantunya melarikan diri. Dan di sinilah dia sekarang. Tak beda jauh dengan Amalia, Alfa pun mengalamai hal yang sama. Pria itu menghentikan laju mobilnya. Dia merasakan jantungnya seperti diremas saat pikirannya melayang pada masa. Masa di mana dia merasakan sakit karena penghianatan Amalia. BEBERAPA TAHUN YANG LALU&nb

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-29
  • Kekasihku Seorang Don Juan   Bab. 11 PREGNANCY ( KEHAMILAN )

    “Nyonya hamil, Tuan,” berita yang di sampaikan oleh dokter itu masih terngiang di telinga Alfa. Senyum bahagia terlukir di bibirnya. SATU JAM YANG LALU “Dokter, apa maksudnya isteri saya tidak sakit? Menurut Bi Sani, isteri saya tadi pingsan. Bagaimana mungkin dia tidak sakit?” cecar Alfa. “Itu hal yang wajar karena saat ini, Nyonya sedang hamil muda,” jawab dokter itu santai. “A-apa dok?! Ha-hamil ... maksud dokter istri saya sekarang sedang hamil?” tanya Alfa tak percaya. “Benar Tuan. Sebaiknya, Tuan segera membawa Nyonya ke dokter kandungan agar lebih jelas lagi,” saran dokter itu lagi. Tak lama kemudian terdengar tawa bahagia dari Alfa. Tak hanya Alfa, Bi Sani pun turut bahagia mendengar kabar baik itu.&nbs

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-30
  • Kekasihku Seorang Don Juan   Bab 12. AKU BUKAN SUAMIMU

    “Sayang, aku ke ruang kerja sebentar. Ada yang harus aku selesaikan,” ujar Alfa lembut sambil mengusap puncak kepala Gladys yang terbaring lemah. Gladys hanya mengangguk lemah karena kepalanya memang terasa pusing. Setelah menerima panggilan dari Amalia, Alfa memutuskan untuk pergi ke bungalownya. Disepanjang perjalanan menuju bungalownya, Alfa terus menggerutu untuk meluapkan rasa kesalnya pada mantan kekasihnya itu. Dia juga kesal karena antara hati dan apa yang terucap dari bibirnya tak pernah bisa sejalan. Dia selalu saja mengatakan jika dia tak ingin lagi berhubungan dengan gadis itu. Namun, hatinya selalu membawanya ke hadapan wanita itu. Bahkan saat di ingatannya hanya ada Gladys isteri sahnya sekalipun. ‘Ada apa sebenarnya denganku’ batin pria itu. “Tuan,” sapa Devan saat melihat tuannya yang baru saja menginjakkan kaki di teras bungalow.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-05
  • Kekasihku Seorang Don Juan   Bab 13. APAKAH KAU MARAH PADAKU?

    Gladys memilih bungkam dan tidak mengatakan apapun ketika mereka sedang sarapan bersama. Dia tahu semalam suaminya pulang saat malam telah begitu larut. “Sayang ... kenapa kau diam saja? Apa kau marah?” tanya Alfa hati-hati. Gladys menghentikan suapan untuknya dan memilih meletakkan kembali sendok yang dipegangnya ke atas piring. Kemudian menatap ke arah suaminya dengan tatapan yang sulit diartikan. “Apakah aku punya hak untuk marah?” sarkas wanita itu. Kemudian dia melanjutkan sarapannya. Alfa hanya terdiam, berusaha untuk mencerna ucapan Gladys. “Maaf Nyonya, silakan ini susunya,” ucap Bi Sani yang sudah meletakkan segelas susu hamil di depan Gladys. “Terima kasih, Bi. Oh ya, Bi ... bisa aku minta tolong, ambilkan vitaminku di kamar?” pinta Gladys.&nb

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-06
  • Kekasihku Seorang Don Juan   Bab 14. AKU INGIN PULANG SAJA

    “Aku mau pulang. Aku nggak mau di sini,” ujar Gladys setelah Alfa berdiri tepat di samping tempat tidurnya. “Kenapa, Sayang? Kau masih memerlukan perawatan jadi untuk sementara kau di sini dulu ya,” bujuk Alfa. “Aku nggak mau, Alf. Aku mau pulang. Di sini ... aku merasa tidak nyaman,” rengek Gladys. Alfa menghembuskan napas kasar. “Baiklah. Kau tunggu di sini. Biar aku temui dokter dulu.” Alfa memilih mengalah karena tak ingin Gladys merasa tertekan. Kemudian pria itu meninggalkan kamar rawat isterinya untuk menemui dokter. Tiga puluh menit kemudian, Alfa kembali masuk ke kamar dengan mengulas senyuman. Dia mengecup lembut kening Gladys. “Dokter mengijinkan kamu pulang, Sayang,” bisik Alfa. “Benarkah?!&rd

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-03

Bab terbaru

  • Kekasihku Seorang Don Juan   Bab 15. SIAPA KAU SEBENARNYA?

    Braakk! Terdengar suara pntu yang didobrak dari luar dan tiba-tiba masuklah seorang pria berbadan tegap dan berpakaian serba hitam. Bruukk! Terdengar suara tubuh Randy yang membentur dinding setelah ditarik dengan kasar oleh pria berbadan tegap itu. “Nona, keluarlah dari sini. Di depan ada mobil putih yang sedang menunggu. Anda naiklah ke mobil itu!” ujar pria itu sambil meringkus Randy. Tak menunggu lama Amalia pun berlari keluar menuruti ucapan pria itu. Dia tak perduli meski tak mengenal pria itu. Saat ini dia hanya ingin sembunyi dari Randy. Benar apa yang dikatakan oleh pria itu jika saat ini di halaman bungalow ada sebuah mobil putih yang terparkir. Dia bergegas masuk ke mobil itu. Di sana sudah ada pria lain yang menunggu. Tak lama kemudian, pria yang tadi menolong Amalia terl

  • Kekasihku Seorang Don Juan   Bab 14. AKU INGIN PULANG SAJA

    “Aku mau pulang. Aku nggak mau di sini,” ujar Gladys setelah Alfa berdiri tepat di samping tempat tidurnya. “Kenapa, Sayang? Kau masih memerlukan perawatan jadi untuk sementara kau di sini dulu ya,” bujuk Alfa. “Aku nggak mau, Alf. Aku mau pulang. Di sini ... aku merasa tidak nyaman,” rengek Gladys. Alfa menghembuskan napas kasar. “Baiklah. Kau tunggu di sini. Biar aku temui dokter dulu.” Alfa memilih mengalah karena tak ingin Gladys merasa tertekan. Kemudian pria itu meninggalkan kamar rawat isterinya untuk menemui dokter. Tiga puluh menit kemudian, Alfa kembali masuk ke kamar dengan mengulas senyuman. Dia mengecup lembut kening Gladys. “Dokter mengijinkan kamu pulang, Sayang,” bisik Alfa. “Benarkah?!&rd

  • Kekasihku Seorang Don Juan   Bab 13. APAKAH KAU MARAH PADAKU?

    Gladys memilih bungkam dan tidak mengatakan apapun ketika mereka sedang sarapan bersama. Dia tahu semalam suaminya pulang saat malam telah begitu larut. “Sayang ... kenapa kau diam saja? Apa kau marah?” tanya Alfa hati-hati. Gladys menghentikan suapan untuknya dan memilih meletakkan kembali sendok yang dipegangnya ke atas piring. Kemudian menatap ke arah suaminya dengan tatapan yang sulit diartikan. “Apakah aku punya hak untuk marah?” sarkas wanita itu. Kemudian dia melanjutkan sarapannya. Alfa hanya terdiam, berusaha untuk mencerna ucapan Gladys. “Maaf Nyonya, silakan ini susunya,” ucap Bi Sani yang sudah meletakkan segelas susu hamil di depan Gladys. “Terima kasih, Bi. Oh ya, Bi ... bisa aku minta tolong, ambilkan vitaminku di kamar?” pinta Gladys.&nb

  • Kekasihku Seorang Don Juan   Bab 12. AKU BUKAN SUAMIMU

    “Sayang, aku ke ruang kerja sebentar. Ada yang harus aku selesaikan,” ujar Alfa lembut sambil mengusap puncak kepala Gladys yang terbaring lemah. Gladys hanya mengangguk lemah karena kepalanya memang terasa pusing. Setelah menerima panggilan dari Amalia, Alfa memutuskan untuk pergi ke bungalownya. Disepanjang perjalanan menuju bungalownya, Alfa terus menggerutu untuk meluapkan rasa kesalnya pada mantan kekasihnya itu. Dia juga kesal karena antara hati dan apa yang terucap dari bibirnya tak pernah bisa sejalan. Dia selalu saja mengatakan jika dia tak ingin lagi berhubungan dengan gadis itu. Namun, hatinya selalu membawanya ke hadapan wanita itu. Bahkan saat di ingatannya hanya ada Gladys isteri sahnya sekalipun. ‘Ada apa sebenarnya denganku’ batin pria itu. “Tuan,” sapa Devan saat melihat tuannya yang baru saja menginjakkan kaki di teras bungalow.

  • Kekasihku Seorang Don Juan   Bab. 11 PREGNANCY ( KEHAMILAN )

    “Nyonya hamil, Tuan,” berita yang di sampaikan oleh dokter itu masih terngiang di telinga Alfa. Senyum bahagia terlukir di bibirnya. SATU JAM YANG LALU “Dokter, apa maksudnya isteri saya tidak sakit? Menurut Bi Sani, isteri saya tadi pingsan. Bagaimana mungkin dia tidak sakit?” cecar Alfa. “Itu hal yang wajar karena saat ini, Nyonya sedang hamil muda,” jawab dokter itu santai. “A-apa dok?! Ha-hamil ... maksud dokter istri saya sekarang sedang hamil?” tanya Alfa tak percaya. “Benar Tuan. Sebaiknya, Tuan segera membawa Nyonya ke dokter kandungan agar lebih jelas lagi,” saran dokter itu lagi. Tak lama kemudian terdengar tawa bahagia dari Alfa. Tak hanya Alfa, Bi Sani pun turut bahagia mendengar kabar baik itu.&nbs

  • Kekasihku Seorang Don Juan   Bab 10. SEPENGGAL KISAH TENTANG ALFA DAN AMALIA

    Amalia menatap langit-langit kamar yang di tempatinya. Kamar itu kini sudah kembali rapi karena Alfa sudah menyuruh orang untuk merapikannya. Pikirannya menerawang ke masa beberapa tahun yang lalu. Masa di mana dia bahagia dengan Alfa. Sebelum semuanya hancur karena bujuk rayu seseorang yang kini sangat di bencinya. Seseorang yang telah tega menghancurkan hidupnya. Setelah puas menikmati tubuhnya, dia tega menjualnya ke tempat hiburan malam di luar negeri. Bahkan saat ini dia tengah mengandung entah janin laki-laki yang mana. Beruntung dia memiliki sahabat yang bersedia membantunya melarikan diri. Dan di sinilah dia sekarang. Tak beda jauh dengan Amalia, Alfa pun mengalamai hal yang sama. Pria itu menghentikan laju mobilnya. Dia merasakan jantungnya seperti diremas saat pikirannya melayang pada masa. Masa di mana dia merasakan sakit karena penghianatan Amalia. BEBERAPA TAHUN YANG LALU&nb

  • Kekasihku Seorang Don Juan   Bab 9. MENEMUI AMALIA

    Beberapa hari kemudian, Gladys telah kembali sehat. Saat ini dia sedang menatap bayangannya di cermin dengan bangga. Ya, hari ini adalah hari wisudanya. Hari di mana dia akan mendapat gelar dokter secara resmi. Sebuah cita-cita yang telah lama diimpikannya. Namun, beberapa detik kemudian senyum itu hilang dari bibirnya saat dia menyadari sesuatu. Dia terduduk di tepi ranjang. ‘Tak ada gunanya aku wisuda. Tak ada artinya aku mendapat gelar dokter. Semua sia-sia dan sama saja. Aku akan tetap tak akan bisa lepas dari rantai yang dipasang pria itu’ gumam gadis itu. “Sayang, sudah siap?” Alfa tertegun saat melihat istrinya sedang menangis. “Hei! Kenapa?” tanya Alfa sambil menghapus air mata sang isteri. “Aku tidak akan wisuda, Alf. Semuanya percuma saja,” lirih Gladys. “Kenapa bilang

  • Kekasihku Seorang Don Juan   Bab 8. GAGAL HONEYMOON

    Gladys dengan dibantu oleh Bi Sani tengah mempersiapkan segala keperluannya untuk berbulan madu atas perintah Alfa. Sebenarnya Gladys merasa sangat malas untuk pergi. Tapi apalah dayanya jika Alfa telah memiliki keinginan. “Sudah siap, Sayang?” tanya Alfa saat dia masuk ke dalam kamarnya. “Sudah,” jawab Gladys singkat. “Oke! Kita berangkat sekarang!” ajak Alfa setelah memerintahkan pelayan membawa barang bawaannya. “Tuan, Nyonya, selamat jalan!” ucap Bi Sani. “Makasih Bi. Kami hanya beberapa hari saja kok perginya. Minggu depan isteriku ini akan menjalani wisuda dan mendapatkan gelar dokter secara resmi,” ujar Alfa sambil membelai rambut Gladys. Gadis itu hanya mengulas senyuman tipis di bibirnya. “Kami p

  • Kekasihku Seorang Don Juan   Bab 7. THE WEDDING PARTY

    Hari yang ditunggu pun akhirnya tiba. Alfa sengaja mendatangkan seorang MUA terkenal untuk merias Gladys. Dan keputusan Alfa memang benar. Gladys saat ini terlihat begitu cantik meski dengan riasan yang natural. Apalagi dengan gaun pengantin pilihannya yang kini sudah melekat di tubuhnya. Alfa merasa takjub saat melihat Gladys yang sedang memasuki ruangan untuk akad nikah dengan dibimbing oleh Bi Sani. Tak hanya Alfa, para tamu yang diundang pun tak kalah takjub. Wanita paruh baya itu mendudukan Gladys di samping Alfa yang sudah lebih dulu duduk di hadapan penghulu. “Cantik,” puji Alfa dengan berbisik ke telinga Gladys. Gladys merasakan tubuhnya meremang mendengar bisikan itu. “Sudah bisa dimulai?” tanya penghulu. “Sudah Pak!” jawab Alfa tegas. Sedangkan Gladys hanya menundukkan kepalanya.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status