"Kenapa kamu bisa ada disini?" Tentu saja Bara curiga dengan kemunculan Meylani di rumah sakit ini. Mengingat jarak rumah sakit ini berada cukup jauh dari tempat Meylani bertugas."Ohh, mungkin kebetulan bertemu kalian disini!" walaupun Meylani tampak tenang saat menjawab kecurigaan Bara, namun masih saja terasa ada yang aneh.Dan lagi, bagaimana Meylani bisa tau, jika Nicholas terluka karena menyelamatkan Elviara? Dari mana gadis itu mendapatkan informasi? mengingat kejadian itu baru saja berlalu, tidak mungkin beritanya begitu cepat tersebar.Akhirnya, Bara mengirimkan sebuah pesan singkat kepada asistennya, meminta Aldo untuk menyelidiki Meylani. Bara sengaja tidak menanyakan lebih lanjut mengenai hal yang menurutnya janggal kepada Meylani, agar wanita itu mengira dirinya tidak menaruh kecurigaan. Membuat gadis itu tanpa persiapan, sepertinya akan lebih mempermudah jalan untuk penyelidikkan."Ohhh," singkat Bara dengan anggukkan kecil.Walaupun bibirnya tersenyum, namun ketika Mey
"Om Andra," Bara segera menyambut kedatangan Andra.Ternyata, setelah kejadian penculikan, Bara sempat menghubungi Andra dan memberikan kabar kepada pria itu. Walaupun Andra terlihat tidak begitu peduli dengan Elviara, biar bagaimana pun pria itu tetaplah orang tua dari tunangannya."Papa?" sedangkan Elviara yang melihat kehadiran Andra disana, justru sedikit binggung. Kenapa sang ayah bisa berada disini?"Saya tadi sempat memberitahu om Andra, kalau kamu dan Elviana berada disini!" jelas Bara.Elviara mengangguk, 'Pantas saja peduli, ternyata Bara yang memberitahunya.'"Bagaimana keadaan kamu, nak?" tanya Andra."Elviara baik-baik saja, Pa! Tumben, papa memiliki waktu untuk datang kemari?" Karena bisanya, Andra hanya peduli dengan kerjaannya dan Revina saja."Maafkan papa, karena terlalu sibuk akhir-akhir ini!" sahut Andra."Iya, nak. Maklumi kesibukan papa, ya!" seperti biasa, setiap di depan Andra atau pun orang lain, Novi selalu bersikap baik, seakan dirinya benar-benar berperan s
"Sebenarnya apa yang membuatmu marah seperti ini, hmmm?"Mendengar Willyam tertangkap, sebenarnya Meylani enggan untuk membantu membebaskan pria itu. Tapi, gadis itu takut Willyam akan membocorkan kepada Bara, jika dirinya ikut andil dalam penculikan Elviara. Sepertinya itu tidak akan baik untuk dirinya kedepan, karena masalah itu pastinya akan mempersulit jalannya untuk mendapatkan Bara."Om bagaimana sih? Kenapa Elviara selamat?"Willyam mengangkat sebelah alisnya, "Untuk apa saya terburu-buru untuk membunuhnya? Menarik ulur dan meyiksa Bara perlahan, sepertinya itu lebih menyenangkan!" Menyiksa Bara? Apa maksudnya ini? Bukannya aku memintanya untuk menargetkan Elviara, kenapa malah menjadi Bara?"Maksudny, om?" tanya Meylani binggung."Kamu itu cantik. Tapi sayang, otak kamu tidak terlalu cerdas!" sahut Willyam.Lagi-lagi, Willyam membuatnya kesal hanya dengan mendengar kalimatnya, 'Sabar Mey, demi bisa bersama Bara kamu harus sedikit bersabar!'"Kalau saya membunuh mereka waktu
Di sepanjang perjalanan, Elviara menceritakan semua yang dia ketahui mengenai pria yang menculiknya waktu itu. Hingga tidak sadar, mereka telah sampai di rumah sakit Harapan, tempat Elviana dan Nicholas di rawat."Ingat pesan saya tadi! Jika ada apa-apa atau membutuhkan sesuatu, segera hubungi saya atau Sania! Gadis itu sekarang berjaga di ruangan Nic!" ucap Bara.Elviara mengangguk, rasanya sangat Berat membiarkan Bara menemui pria itu. Ada sedikit rasa takut di hati Elviara, mengingat pria yang akan di temui oleh Bara pastilah bukan orang yang sederhana."Masuklah, saya akan pergi!" Perlahan, Bara melepas gengamannya di tangan Elviara.Seperti apa yang telah dikatakannya tadi, Bara akan pergi untuk menemui sang kakek dan juga Willyam setelah mengantar Elviara kembali ke rumah sakit. "Apa tidak bisa, jika kamu tidak pergi menemui pria itu?" Willyam-lah yang di maksud orang itu oleh Elviara.Bara tersenyum, mengerti akan kehawatiran Elviara. Tapi dirinya datang menemui pria itu bukan
Entah apa yang di pikirkan oleh Willyam, terlihat banyak sekali putung rokok di bawah kakinya. Sampai-sampai, Meylani yang baru saja kembali dari kamar mandi heran melihat Willyam berdiri di depan jendela cukup besar dengan sebatang rokok di tangannya.'Berapa batang rokok yang telah dia habiskan?' batin Meylani merasakan udara di ruangan itu sudah di dominasi dengan asap rokok.Meylani menggelengkan kepalanya dan memilih untuk meninggalkan ruangan itu, sebelum pria yang bertelanjang dada itu melihatnya dan kembali melakukan hal-hal yang tidak dia inginkan."Apa kamu benar-benar tidak ingin menikah dengan Bara melalui jalan yang sudah saya sarankan tadi?" Sepertinya Willyam mendengar langkah kaki Meylani, ketika gadis itu ingin meninggalkan ruagan.Willyam mematikan puntung rokoknya dan berbalik badan menghampiri Meylani, 'Sebenarnya, setelah kepergian Grisella beberapa tahun silam, baru kali ini saya bisa menyalurkan kembali hasrat saya kepada seorang wanita, tapi sayang sekali kamu
Selama Elviara dalam pemeriksaan. Di luar ruangan, tak henti-hentinya Nicholas mencemaskan gadis itu, menunggu hasil pemeriksaan Elviara keluar.'Ckkk, Apa mungkin dia hamil?' Sebenarnya, beberapa saat lalu Nicholas telah menyerah akan perasaanya terhadap Elviara. Namun, mengetahui kenyataan bahwa Bara dan Elviara hanya menjalin hubungan kontrak untuk memenuhi syarat agar Bara bisa mewarisi perusahaan dan juga salah-satu keinginan sang kakek, membuat Nicholas akhirnya kembali mengharapkan cinta Elviara.Sepertinya, kecemasan Nicholas bukan tentang apakah Elviara hamil atau tidak? tapi, takut menghadapi kenyataan bahwa kebersamaan Elviara dan Bara benar-benar nyata. Krietttt."Bagaimana keadaannya, dok?" tanya Nicholas, melihat seorang dokter yang tadi memeriksa Elviara keluar dari ruang pemeriksaan."Tidak ada yang serius! Pasien hanya kelelahan dan kekurangan asupan, sehingga asam lambungnya meningkat. Lain kali jangan menyepelekan penyakit ringan seperti ini, karena tidak akan baik
"Kak Bara?!" Melihat kedatangan Bara, dengan senyum yang merekah Revina segera menyambut kedatangannya.'Gadis ini masih disini?' batin Bara melihat Revina menghampirinya. "Dari mana saja kamu?" Bara terkejut setelah mendengar suara yang sangat familiar di telinganya.Kakek? kenapa kakek bisa ada di sini? Apakah kedatangan kakek ke sini khusus untuk melihat keadaan Elviana? Tapi untuk masalah seperti ini, biasanya kakek mengutus seseorang untuk datang mewakilinya. Jika kakek sampai datang ke sini sendiri, pasti ada suatu hal yang penting."Kakek, sejak kapan kakek ada di sini?" Pria berambut putih dominan itu menatap tajam ke arah Bara, dengan sebelah tangan yang bertumpu pada tongkat kayu."Tidak usah mengalihkan pembicaraan! Dari mana saja kamu? sekarang baru pulang," tanya Andreas.Setelah bertemu dengan Bara kemarin, Andreas mengira cucunya itu benar-benar patuh dengan nasehatnya dan memilih untuk kembali pulang. Namun, saat Andreas datang ke rumah sakit setelah mendapat kabar j
Sudah cukup lama Bara memeluk tubuh tunangannya. Dengan penuh kelegaan, perlahan Bara melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Elviara, memandang wajah gadis itu lekat-lekat. Sekali lagi, Bara ingin memastikan bahwa Elviara baik-baik saja."Kamu membuat saya takut," Lirih Bara, mungkin hanya Elviara yang bisa mendengar pengakuan kekhawatirannya itu."Maafkan, saya!" sahut Elviara tak kalah lirih.Bara sempat mengusap lembut kedua pipi Elviara, sebelum melangkah menjauh ke arah Andreas untuk meminta penjelasan."Apa maksud semua ini, kek? Sebenarnya, Bara tidak bisa lagi mendeskripsikan bagaimana perasaannya mengenai peristiwa yang baru saja dia alami. Antara senang, sedih, emosi, semuanya bercampur menjadi satu. "Ini tidak lucu, kek!" kesal Bara. Walaupun semua orang mempermainkannya, Bara tetap bersyukur karena tuhan tidak benar-benar mengambil tunangannya.Andreas mengangguk, menatap datar kearah cucunya. "Semakin tidak lucu lagi, kalau semua ini benar-benar terjadi! Pria keras k
Bara benar-benar terkejut, melihat istrinya berdiri di ambang pintu. Menatap ke arahnya dengan mata terbelalak dan berair, seolah benar-benar terpukul melihat kesalah pahaman ini. 'Akhirnya, yang di tunggu-tunggu datang juga!' melihat kekacauan ini, tentu saja Revina sangat senang. Berharap, setelah ini kakak tirinya itu akan benar-benar berpisah dengan Bara. Entah apa yang Revina rencanakan, tiba-tiba saja gadis itu mendorong tubuh Bara, seolah tengah berusaha untuk melarikan diri dari Bara, "Kakak, untung kakak datang kemari tepat waktu!" Dengan penampilan yang sengaja ia buat berantakkan, Revina menghampiri Elviara dengan wajah ketakutan. Bahkan matanya memerah seperti menahan tangis, mencoba untuk menipu semua orang jika Bara melakukan hal yang tidak-tidak dengannya. "Ini tidak seperti yang kalian lihat!" ucap Bara. melihat dari sorot mata Elviara, terlihat gadis itu meragukan apa yang baru saja di ucapkan oleh Bara. "Sayang, apa kamu tidak mempercayai ku?" "Stop!" Elviara
Akhirnya, Elviara benar-benar menghadiri acara reuni tanpa suaminya, untung saja masih ada saudari kembarnya yang menemani. Tidak hanya Elviana, bahkan Nicholas juga ikut datang ke acara itu sebagai pasangan Elviana."Emmm, serasi sekali!" Ledek Elviara, melihat saudarinya yang malu-malu karena kehadiran Nicholas di sana."Apa sih, kak. Kakak sendiri kalau datang dengan kak Bara pasti juga seperti ini, kan?" sahut Elviana."Pfffffttttt, wajar saja, Na. Kami ini pasangan!" ucap Elviara."Iya-iya, yang paling pasangan," sahut Elviana dengan raut wajah yang sengaja cemberut, untuk menutupi kegugupannya."Pffftttttt." Elviara tidak lagi menggoda saudarinya dan memutuskan untuk masuk ke dalam gedung, di mana tempat mereka untuk melakukan janji temu."Kak Ara, mau kemana?" tanya Elviana melihat Elviara melangkahkan kakinya dan sengaja memberikan waktu untuk Elviana dan Nicholas menghabiskan waktu bersama.Elviara menoleh, dan tersenyum ke arah saudarinya, "Bersenang-senanglah, aku tidak aka
"Elviana, pak Nicholas. Silahkan masuk!" Elviara segera mempersilahkan Elviana dan Nicholas untuk ."Sayang, siapa yang datang?" sebenarnya tadi Bara sudah mengikuti lengkah Elviara. Namun, dering ponselnya membuat dirinyanya harus menghentikan langkah untuk mengangkat panggilan itu.Elviara menoleh, menatap ke arah Bara yang tengah melangkah ke arahnya, "Ini, sayang. Ada Elviana dan pak Nicholas datang!"Sayang? Apa mereka benar-benar sudah saling mencintai? Nicholas bertanya-tanya melihat keharmonisan rumah tangga Elviara dan Bara, karena setau dia dulu, Bara menerima perjodohan ini hanya untuk memenuhi persyaratan agar bisa mewarisi Alexander Corporation.'Huhhh, apa yang saya pikirkan? Jelas saja mereka saling mencintai,' batin Nicholas melihat perut Elviara yang semakin membesar."Nic, apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Bara seraya menepuk pelan bahu Nicholas, setelah sahhabatnya itu tidak segera memberikan respon ketika di ajaknya berbicara."Ehemmm, tidak ada!" sahut Nichola
Malam itu, Elviara mengurungkan niatnya dan memilih untuk beristirahat, setelah merasakan nyeri di perutnya. Mungkin karena Elviara terlalu banyak beban fikiran.***"Selamat pagi, sayang!" sapa Bara yang baru saja keluar dari kamar mandi.Mendengar suara suaminya, Elviara pun menoleh ke arah Bara yang masih berada di ambang pintu kamar mandi, pria itu terlihat segar dengan buliran air yang terlihat masih menetes dari rambutnya."Selamat pagi!" sahut Elviara dengan senyuman yang mengembang.Cup.Bara melangkahkan kakinya, dan mengecup kening Elviara. Sedangkan Elviara memeluk erat pinggang suaminya, merasakan aroma sabun yang cukup melekat di tubuh suaminya."Hmmm, segar sekali!" ucap Elviara membuat Bara terkekeh."Sayang, sepertinya nanti akan ada pertemuan dengan petinggi perusahaan. Bagaimana jika saya telat atau bahkan tidak bisa menemani kamu menghadiri acara reoni?" Tidak maksud berbohong, Memang awalanya Bara takut tidak bisa mengantarkan Elviara kerena ulah Revina. Tapi, apa
Beberapa hari ini, Elviara memperhatikan sikap Bara yang sedikit aneh, 'Sebenarnya, ada apa dengannya?'Elviara yang tidak tahan lagi akhirnya menghampiri Bara, "Sayang, apa ada masalah?"Bara menoleh, dan tersenyum melihat Elviara tengah berdiri di sampingnya, "Tidak ada apa-apa!"Apa yang sebenarnya dia sembunyikan? Elviara merasa ada yang aneh dengan sikap Bara, seperti ada yang tengah pria itu tutupi darinya.Melihat Elviara termenung, Bara menarik pelan tubuh Elviara, membiarkan gadis itu duduk di pangkuannya, "Ada yang ingin saya sampaikan, sayang!"Elviara menoleh, dengan wajah penasaran gadis itu menatap ke arah Bara, menunggu apa yang akan di sampaikan oleh Bara. Namun, yang di tunggu-tunggu justru tidak kunjung bersuara dan membuat Elviara semakin bertaya-tanya."Sayang!""Hmmm, apa?" sahut Elviara antusias."Bagaimana kalau besok saya tidak bisa menemani kamu di acara reuni? Apa kamu akan marah?" tanya Bara. Sebenarnya ini bukan acara mendadak, bahkan Elviara sudah mengatak
Melihat Meylani yang terus-terusan mendesaknya, akhirnya Willyam bercerita sedikit agar Meylani tidak lagi menuduhnya yang macam-macam, 'Kalau saja tidak sedang mengandung, mungkin saya tidak akan memberitahunya tentang ini.'Anggap saja semua ini memang sudah takdir Meylani dan Willyam. Pertemuan yang awalnya hanya sebatas kerjasama untuk balas dendam, kini, justru mereka terlibat dalam hubungan yang rumit. Bahkan seorang Willyam, mavia kelas kakap yang terkenal kejam dan sadis, perlahan tunduk di depan Meylani.Willyam menghela nafas, melihat wajah cemberut Meylani seolah merajuk dengannya. Tapi, kali ini gadis itu tidak bersikap sebrutal biasanya, seperti saat-saat mereka tengah bertengkar. "Hahhhh, baiklah. Ikut saya, saya akan menceritakan semuanya kepada kamu!" ucap Willyam.Apa tuan benar-benar akan menceritakan semuanya? Apa nona Meylani benar-benar bisa di percaya? Justru, yang terlihat khawatir adalah Rouhan. Takut jika nanti Willyam benar-benar memberi tahu semuanya, terma
Akhirnya, Bara tetap harus kembali ke kantor. Sebenarnya, setelah menemani Elviara memperiksakan kandungan, Bara berniat untuk segera pulang dan menemani istrinya. Karena akhir-akhir ini, Bara selalu sibuk dengan pekerjaan kantor. "Sore, pak!" sapa Sania saat berpapasan dengan Bara. "Sore." "Bagaimana hasilnya pak, apakah nyonya dan bayinya baik-baik saja!" Bara mengangguk, "Semua sehat dan baik-baik saja!" "Syukurlah. Oh, iya, Pak. Ada nona Revina di dalam menunggu anda!" ucap Sania yang hampir saja lupa untuk menyampaikan hal itu. "Revina?" sahut Bara penuh tanya, untuk apa gadis itu berada di kantornya? "Iya, Pak. Sepertinya, nona Revina ingin menanyakan soal pengajuan magang di kantor ini, Pak!" Bara mengangguk, "Baiklah!" Dengan santainya Sania menyampaikan pesan Revina kepada Bara, bahkan mengizinkan gadis itu untuk menunggu Bara di ruang kerja pria itu. Mungkin, jika Sania tau niat buruk Revina, pasti Sania akan mencegah Revina untuk masuk ke dalam ruang kerja
"Nyonya Elviara Anastasya!"Padahal, saat ini Elviara sudah membalik foto itu dan sedikit lagi mengetahui siapa yang ada di dalam foto. Tapi, saat bersamaan, Elviara mendengar seorang perawat memanggil namanya, membuatnya menoleh. Dengan cepat, Willyam merebut foto itu dari tangan Elviara, "Ini milik saya!"Setelah menganmbil foto tadi, Willyam segera beranjak pergi. Sebelum Elviara menyadari siapa dirinya."Oh, Maaf!" sahut Elviara.Elviara menatap ke arah Willyam sekilas, 'Siapa pria ini? Apa aku pernah bertemu dengannya?' Walaupun Willyam berpenampilan tertutup, tapi, melihat sorot matanya membuat Elviara merasa tidak asing dengannya."Ayo kita masuk!" Ajak Bara, melihat mereka telah di tunggu oleh dokter di ruang pemeriksaan.Dan foto tadi? Sebenarnya Elviara masih penasaran dengan foto itu. Bagaimana tidak, Elviara sempat melihat ada suaminya di dalam foto tadi, 'Apa aku salah lihat?' "Ada apa?" tanya Bara melihat Elviara terdiam."Ahh, tidak. Ayo kita masuk sekarang!" Akhirn
"APA?"Untung saja, saat Meylani mengatakan kelimat itu, Elviara tidak berada di sana. Ternyata, lima menit sebelum kedatangan Meylani, Elviara berpamitan ingin ke kamar mandi. Awalnya Bara berniat untuk mengantar Elviara, namun gadis itu justru menolaknya dan menyuruh Bara untuk tetap menunggu di sana. Karena, kebetulan nomor antrian mereka sudah dekat."Kamu ingat ini?" Elviara mengangkat tangannya, memperlihatkan beberapa foto kebersamaan mereka saat malam itu. Mengangkatnya tepat di depan wajah Bara.'Ternyata, benar, dia dalang di balik kejadian itu,' Bara tidak habis fikir, kenapa Meylani bisa senekat ini. Padahal, gadis itu pastinya sudah mengetahui tentang statusnya sekarang.Bara tersenyum, menatap aneh ke arah Meylani. Seakan telah muak dengan tingkah gadis itu, "Benarkah? Apa ... kamu mengandung anak saya, dan bukan anak orang lain?"Willyam yang tadinya ingin mengejar Meylani, akhirnya mengurungkan niatnya setelah mendengar Bara meragukan dan tidak mempercayai jika yang di