"Kak Bara?!" Melihat kedatangan Bara, dengan senyum yang merekah Revina segera menyambut kedatangannya.'Gadis ini masih disini?' batin Bara melihat Revina menghampirinya. "Dari mana saja kamu?" Bara terkejut setelah mendengar suara yang sangat familiar di telinganya.Kakek? kenapa kakek bisa ada di sini? Apakah kedatangan kakek ke sini khusus untuk melihat keadaan Elviana? Tapi untuk masalah seperti ini, biasanya kakek mengutus seseorang untuk datang mewakilinya. Jika kakek sampai datang ke sini sendiri, pasti ada suatu hal yang penting."Kakek, sejak kapan kakek ada di sini?" Pria berambut putih dominan itu menatap tajam ke arah Bara, dengan sebelah tangan yang bertumpu pada tongkat kayu."Tidak usah mengalihkan pembicaraan! Dari mana saja kamu? sekarang baru pulang," tanya Andreas.Setelah bertemu dengan Bara kemarin, Andreas mengira cucunya itu benar-benar patuh dengan nasehatnya dan memilih untuk kembali pulang. Namun, saat Andreas datang ke rumah sakit setelah mendapat kabar j
Sudah cukup lama Bara memeluk tubuh tunangannya. Dengan penuh kelegaan, perlahan Bara melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Elviara, memandang wajah gadis itu lekat-lekat. Sekali lagi, Bara ingin memastikan bahwa Elviara baik-baik saja."Kamu membuat saya takut," Lirih Bara, mungkin hanya Elviara yang bisa mendengar pengakuan kekhawatirannya itu."Maafkan, saya!" sahut Elviara tak kalah lirih.Bara sempat mengusap lembut kedua pipi Elviara, sebelum melangkah menjauh ke arah Andreas untuk meminta penjelasan."Apa maksud semua ini, kek? Sebenarnya, Bara tidak bisa lagi mendeskripsikan bagaimana perasaannya mengenai peristiwa yang baru saja dia alami. Antara senang, sedih, emosi, semuanya bercampur menjadi satu. "Ini tidak lucu, kek!" kesal Bara. Walaupun semua orang mempermainkannya, Bara tetap bersyukur karena tuhan tidak benar-benar mengambil tunangannya.Andreas mengangguk, menatap datar kearah cucunya. "Semakin tidak lucu lagi, kalau semua ini benar-benar terjadi! Pria keras k
"Apa? saya hamil dok?" Elviara benar-benar terkejut ketika dokter menyatakan jika dirinya hamil."Iya, bu. Sekali lagi saya ucapkan selamat! kandungan anda memasuki minggu ke lima!"'Minggu ke lima? Jadi, kejadiam di malam itu ...' Bara tidak bisa lagi berkata-kata. Ternyata kejadian tidak sengaja di malam itu berhasil menghadirkan satu nyawa di perut Elviara, dan membuatnya sebentar lagi menyandang gelar baru, sebagai seorang Ayah."Ini serius, dok? Tidak ada kesalahan saat pemeriksaan?" tanya Bara untuk memastikan."Rangkaian tes yang di lakukan oleh bu Elviara sudah terjamin ke akuratannya, pak! Jadi, tidak mungkin ada kesalahan!" sahut dokter, apa lagi yang menangani Elviara saat ini adalah dokter senior spesialis kandungan.Bara terdiam, mencerna banyak hal yang datang bertubi-tubi tanpa ia rencanakan. Penculikan itu, kejadian semalam, dan berita kehamilan Elviara.'Apa dia tidak menginginkan anak ini?' wajar saja Elviara berfikiran macam-macam ketika melihat ekspresi wajah Bara
"Kenapa kamu menanyakan hal itu?"Akhirnya, Bara mengurungkan niatnya untuk meninggalkan ruangan dan kembali duduk."Memangnya kenapa kalau saya menanyakan hal ini? Bukankah saya berhak mengetahuinya?" tanya Elviara dengan nada bicara yang tidak seperti biasanya.Ada apa dengan gadis ini? kenapa se-emosional itu? Apa ini termasuk efek dari kehamilannya? Banyak sekali pertanyaan yang muncul di otak Bara, mengenai perubahan sikap Elviara sekarang."Apa, kamu meragukan saya?" tanya Bara."Saya akan menjadi seorang ibu, saya akan selalu melindungi anak ini walaupun ayahnya tidak menginkannya!"Bara tercengang, mendengar kalimat yang baru saja terucap dari bibir Elviara. Bagaimana bisa gadis ini menilai bahwa dirinya tidak menginkan anak itu? Apa dia tidak bisa melihat semua yang saya lakukan untuknya selama ini?"Sebenarnya apa yang membuat kamu meragukan saya? Apa kamu tidak bisa menilai bagaimana sikap saya terhadap kamu selama ini?"Memang selama ini Bara selalu ada untuknya, selalu me
Dengan harap-harap cemas, Bara mengangkat panggilan telepon dari Elviara, khawatir jika gadis itu telah mengetahui beritanya."Hallo? Kenapa? Apa ada masalah?" cerca Bara, terlihat jelas kekhawatiran dari nada suaranya."Tidak. Maaf saya menganggu pekerjaan kamu. Apa saya boleh mengunjungi pak Nicholas dan juga saudari saya? saya bosan berada di kamar sendiri!"Huhhh, akhirnya Bara dapat bernafas lega. Apa yang dia khawatirkan ternyata tidak benar. "Tentu saja boleh, tapi mereka semua harus ikut!""Mereka? maksudnya?" wajar saja Elviara binggung dengan maksud Bara, karena gadis itu belum mengetahui jika Bara mempekerjakan banyak pengawal untuk menjaganya."Pengawal yang menjaga kamu!"'Pengawal?' Melihat hanya ada dirinya di dalam ruangan, Elviara berinisiatif untuk melihat keadaan di luar ruangannya. Dan sesuai dugaan, Elviara terkejut melihat cukup banyak orang berpakaian rapi, lengkap dengan jas hitam berbaris di depan kamarnya.'Ini melebihi dugaan ku,' Elviara masih tercengang, u
"Ini, ini bukan seperti apa yang kak Nicholas lihat!" sagking gugupnya, Elviana sampai terbata-bata dan salah tingkah.'Aduh, kenapa harus muncul di saat seperti ini sih?' keluh Elviana."Pfffttttt," tawa yang sejak tadi di tahan oleh Elviara akhirnya lolos. "Kakak kenapa ketawa?" tegur Elviana."Nggak apa-apa, lanjutkan saja ngobrolnya!" sahut Elviara, berniat untuk berpindah duduk di sofa bersama Srinten. Memberikan ruang untuk Nicholas dan Elviana mengobrol."Bagaimana keadaan kamu?" tiba-tiba, Nicholas mencekal tangan Elviara ketika gadis itu berpapasan dengannya."Seperti yang pak Nic lihat, saya baik-baik saja. Terimakasih banyak, waktu itu sudah menolong saya!" tidak peduli jika dirinya sudah berterima kasih berkali-kali, Elviara tetap saja mengatakan kalimat itu setiap Nicholas menanyakan kabarnya."Hahhh ... Saya senang kamu baik-baik saja. Tapi, mau sampai kapan kamu berterima kasih kepada saya!" sahut Nicholas setengah menggerutu.Elviara hanya tersenyum, dan kembali melan
"Buka pintunya, atau saya dobrak pintu ini?!" ancam Willyam melalui pesan suara.Jauh-jauh Willyam kembali ke kota demi menemui Meylani. Sangat tidak lucu, setelah dirinya sampai di kota, gadis itu justru menghindarinya."Ckkk, Apa pria ini sudah gila? " decak Meylani mendengar pesan ancaman dari Willyam.Krietttt. "Apa, kamu sudah gila?" Baru saja pintu itu terbuka, bukannya mempersilahkan Willyam untuk masuk, Meylani justru menggerutu kesal melihat kedatangan pria itu.Beberapa kali Meylani melihat ke arah sekitar, was-was jika orang tuanya melihat Willyam.Tanpa banyak berbicara, Wilyam memperlihatkan beberapa foto yang menjadi alasannya untuk buru-buru kembali ke kota, "Apa ini ulah mu?"Meylani tampak tenang, melihat gambar yang diperlihatkan oleh Willyam, "Memangnya kenapa kalau aku yang melakukannya? Bukannya itu bagian dari tujan kamu kemarin?"Seketika emosi Willyam memuncak, mendengear pengakuan dari Meylani."Bodoh," umpat Willyam. Tatapan mata Willyam dan Meylani saling
Entah kemana perginya para penganggu? Beberapa minggu telah berlalu, tidak ada satu pun masalah yang datang menganggu kehidupan Bara dan Elviara.Sesuai dengan apa yang di inginkan oleh Bara. Malam itu, sepulang dari kantor, Bara memberikan kejutan untuk Elviara, dua buah buku berlambangkan garuda bersampul merah dan hijau. Ya, benar sekali, hari dimana Bara berucap ingin melegalkan hubungannya dengan Elviara, secepat itu Bara dapat mengabulkan keinginanya.Namun, Bara sengaja untuk tetap menyembunyikan pernikahannya. Bukan karena ada suatu hal yang ia tutupi dari Elviara, tapi Bara hanya ingin melindungi istrinya, mengingat istrinya sekarang tengah mengandung. Cup."Tidurlah!" lirih Bara, melihat Elviara menggeliat setelah dirinya mengecup kening gadis itu.Bara sempat membenarkan selimut yang menutupi tubuh Elviara, sebelum beranjak menuju kamar mandi dan bersiap untuk pergi ke kantor."Hoam, jam berapa ini?" Elviara menoleh, manatap sekilas ke samping dimana Bara biasanya tidur.A