"Apa? saya hamil dok?" Elviara benar-benar terkejut ketika dokter menyatakan jika dirinya hamil."Iya, bu. Sekali lagi saya ucapkan selamat! kandungan anda memasuki minggu ke lima!"'Minggu ke lima? Jadi, kejadiam di malam itu ...' Bara tidak bisa lagi berkata-kata. Ternyata kejadian tidak sengaja di malam itu berhasil menghadirkan satu nyawa di perut Elviara, dan membuatnya sebentar lagi menyandang gelar baru, sebagai seorang Ayah."Ini serius, dok? Tidak ada kesalahan saat pemeriksaan?" tanya Bara untuk memastikan."Rangkaian tes yang di lakukan oleh bu Elviara sudah terjamin ke akuratannya, pak! Jadi, tidak mungkin ada kesalahan!" sahut dokter, apa lagi yang menangani Elviara saat ini adalah dokter senior spesialis kandungan.Bara terdiam, mencerna banyak hal yang datang bertubi-tubi tanpa ia rencanakan. Penculikan itu, kejadian semalam, dan berita kehamilan Elviara.'Apa dia tidak menginginkan anak ini?' wajar saja Elviara berfikiran macam-macam ketika melihat ekspresi wajah Bara
"Kenapa kamu menanyakan hal itu?"Akhirnya, Bara mengurungkan niatnya untuk meninggalkan ruangan dan kembali duduk."Memangnya kenapa kalau saya menanyakan hal ini? Bukankah saya berhak mengetahuinya?" tanya Elviara dengan nada bicara yang tidak seperti biasanya.Ada apa dengan gadis ini? kenapa se-emosional itu? Apa ini termasuk efek dari kehamilannya? Banyak sekali pertanyaan yang muncul di otak Bara, mengenai perubahan sikap Elviara sekarang."Apa, kamu meragukan saya?" tanya Bara."Saya akan menjadi seorang ibu, saya akan selalu melindungi anak ini walaupun ayahnya tidak menginkannya!"Bara tercengang, mendengar kalimat yang baru saja terucap dari bibir Elviara. Bagaimana bisa gadis ini menilai bahwa dirinya tidak menginkan anak itu? Apa dia tidak bisa melihat semua yang saya lakukan untuknya selama ini?"Sebenarnya apa yang membuat kamu meragukan saya? Apa kamu tidak bisa menilai bagaimana sikap saya terhadap kamu selama ini?"Memang selama ini Bara selalu ada untuknya, selalu me
Dengan harap-harap cemas, Bara mengangkat panggilan telepon dari Elviara, khawatir jika gadis itu telah mengetahui beritanya."Hallo? Kenapa? Apa ada masalah?" cerca Bara, terlihat jelas kekhawatiran dari nada suaranya."Tidak. Maaf saya menganggu pekerjaan kamu. Apa saya boleh mengunjungi pak Nicholas dan juga saudari saya? saya bosan berada di kamar sendiri!"Huhhh, akhirnya Bara dapat bernafas lega. Apa yang dia khawatirkan ternyata tidak benar. "Tentu saja boleh, tapi mereka semua harus ikut!""Mereka? maksudnya?" wajar saja Elviara binggung dengan maksud Bara, karena gadis itu belum mengetahui jika Bara mempekerjakan banyak pengawal untuk menjaganya."Pengawal yang menjaga kamu!"'Pengawal?' Melihat hanya ada dirinya di dalam ruangan, Elviara berinisiatif untuk melihat keadaan di luar ruangannya. Dan sesuai dugaan, Elviara terkejut melihat cukup banyak orang berpakaian rapi, lengkap dengan jas hitam berbaris di depan kamarnya.'Ini melebihi dugaan ku,' Elviara masih tercengang, u
"Ini, ini bukan seperti apa yang kak Nicholas lihat!" sagking gugupnya, Elviana sampai terbata-bata dan salah tingkah.'Aduh, kenapa harus muncul di saat seperti ini sih?' keluh Elviana."Pfffttttt," tawa yang sejak tadi di tahan oleh Elviara akhirnya lolos. "Kakak kenapa ketawa?" tegur Elviana."Nggak apa-apa, lanjutkan saja ngobrolnya!" sahut Elviara, berniat untuk berpindah duduk di sofa bersama Srinten. Memberikan ruang untuk Nicholas dan Elviana mengobrol."Bagaimana keadaan kamu?" tiba-tiba, Nicholas mencekal tangan Elviara ketika gadis itu berpapasan dengannya."Seperti yang pak Nic lihat, saya baik-baik saja. Terimakasih banyak, waktu itu sudah menolong saya!" tidak peduli jika dirinya sudah berterima kasih berkali-kali, Elviara tetap saja mengatakan kalimat itu setiap Nicholas menanyakan kabarnya."Hahhh ... Saya senang kamu baik-baik saja. Tapi, mau sampai kapan kamu berterima kasih kepada saya!" sahut Nicholas setengah menggerutu.Elviara hanya tersenyum, dan kembali melan
"Buka pintunya, atau saya dobrak pintu ini?!" ancam Willyam melalui pesan suara.Jauh-jauh Willyam kembali ke kota demi menemui Meylani. Sangat tidak lucu, setelah dirinya sampai di kota, gadis itu justru menghindarinya."Ckkk, Apa pria ini sudah gila? " decak Meylani mendengar pesan ancaman dari Willyam.Krietttt. "Apa, kamu sudah gila?" Baru saja pintu itu terbuka, bukannya mempersilahkan Willyam untuk masuk, Meylani justru menggerutu kesal melihat kedatangan pria itu.Beberapa kali Meylani melihat ke arah sekitar, was-was jika orang tuanya melihat Willyam.Tanpa banyak berbicara, Wilyam memperlihatkan beberapa foto yang menjadi alasannya untuk buru-buru kembali ke kota, "Apa ini ulah mu?"Meylani tampak tenang, melihat gambar yang diperlihatkan oleh Willyam, "Memangnya kenapa kalau aku yang melakukannya? Bukannya itu bagian dari tujan kamu kemarin?"Seketika emosi Willyam memuncak, mendengear pengakuan dari Meylani."Bodoh," umpat Willyam. Tatapan mata Willyam dan Meylani saling
Entah kemana perginya para penganggu? Beberapa minggu telah berlalu, tidak ada satu pun masalah yang datang menganggu kehidupan Bara dan Elviara.Sesuai dengan apa yang di inginkan oleh Bara. Malam itu, sepulang dari kantor, Bara memberikan kejutan untuk Elviara, dua buah buku berlambangkan garuda bersampul merah dan hijau. Ya, benar sekali, hari dimana Bara berucap ingin melegalkan hubungannya dengan Elviara, secepat itu Bara dapat mengabulkan keinginanya.Namun, Bara sengaja untuk tetap menyembunyikan pernikahannya. Bukan karena ada suatu hal yang ia tutupi dari Elviara, tapi Bara hanya ingin melindungi istrinya, mengingat istrinya sekarang tengah mengandung. Cup."Tidurlah!" lirih Bara, melihat Elviara menggeliat setelah dirinya mengecup kening gadis itu.Bara sempat membenarkan selimut yang menutupi tubuh Elviara, sebelum beranjak menuju kamar mandi dan bersiap untuk pergi ke kantor."Hoam, jam berapa ini?" Elviara menoleh, manatap sekilas ke samping dimana Bara biasanya tidur.A
"Lepaskan!" Jelas saja Meylani marah. Sedari tadi, Willyam tidak mengizinkan dirinya untuk pergi. Bahkan pelukan pria itu sedikit pun tidak mengendur."Kenapa kamu seperti ini? Apa saya membuat kesalahan?" binggung Willyam. Karena akhir-akhir ini, Meylani selalu uring-uringan setiap kali mereka bertemu.Dasar laki-laki, tidak pernah sadar meskipun sudah banyak membuat kesalahan. Meylani semakin geram mendengar pertanyaan konyol Willyam, "Pikir saja sendiri!"Dasar wanita, apa-apa menuntut pria harus peka. Kami ini manusia biasa bukan dukun, "Katakan, saya tidak memiliki banyak waktu untuk bermain tebak-tebakan dengan mu!"Walaupun sudah beberapa kali Meylani memaksanya untuk melepaskan pelukan itu. Namun Willyam tetap saja kekeh dengan pendiriannya dan bahkan semakin mempererat pelukannya. Di saat-saat seperti ini, tiba-tiba saja Willyam teringat masa-masa dirinya bersama Grisella dulu, 'Dulu, setiap kali dia marah. Saya selalu memeluknya seperti ini, hingga amarahnya mereda.'"Ini s
Bara mengernyitkan dahinya, Baru kali ini merasakan tatapan berbeda dari Andreas, 'Ada apa dengan kakek?'"Duduk!" tanpa banyak berbicara, Andreas menyuruh cucunya yang baru datang untuk segera duduk.Bara masih binggung dengan maksud kedatangan Andreas, tapi Bara tidak ingin mengambil pusing dan segera menuruti perintah sang kakek."Sejak kapan?" tanya Andreas, membuat Bara dan Elviara saling menatap."Maksud kakek?" binggung Bara."Sejak kapan kalian menyembunyikan ini dari kekek?" Menyembunyikan apa maksud kakek? Apa jangan-jangan kakek sudah mengetahui kehamilan Elviara? Berbagai spekulasi muncul di pikiran Bara, takut jika kakek mengetahui kehamilan Elviara yang lebih cepat dari pernikahan mereka. Bukannya Bara malu dengan fakta itu, tapi dirinya hanya ingin menjaga perasaan Elviara, takut jika gadis itu malu. Karena semakin banyak orang yang mengetahui kehamilannya."Jujur, Bara tidak mengerti maksud kakek?" tidak ingin bertele-tele, Bara langsung to the point menayakan maksud
Bara benar-benar terkejut, melihat istrinya berdiri di ambang pintu. Menatap ke arahnya dengan mata terbelalak dan berair, seolah benar-benar terpukul melihat kesalah pahaman ini. 'Akhirnya, yang di tunggu-tunggu datang juga!' melihat kekacauan ini, tentu saja Revina sangat senang. Berharap, setelah ini kakak tirinya itu akan benar-benar berpisah dengan Bara. Entah apa yang Revina rencanakan, tiba-tiba saja gadis itu mendorong tubuh Bara, seolah tengah berusaha untuk melarikan diri dari Bara, "Kakak, untung kakak datang kemari tepat waktu!" Dengan penampilan yang sengaja ia buat berantakkan, Revina menghampiri Elviara dengan wajah ketakutan. Bahkan matanya memerah seperti menahan tangis, mencoba untuk menipu semua orang jika Bara melakukan hal yang tidak-tidak dengannya. "Ini tidak seperti yang kalian lihat!" ucap Bara. melihat dari sorot mata Elviara, terlihat gadis itu meragukan apa yang baru saja di ucapkan oleh Bara. "Sayang, apa kamu tidak mempercayai ku?" "Stop!" Elviara
Akhirnya, Elviara benar-benar menghadiri acara reuni tanpa suaminya, untung saja masih ada saudari kembarnya yang menemani. Tidak hanya Elviana, bahkan Nicholas juga ikut datang ke acara itu sebagai pasangan Elviana."Emmm, serasi sekali!" Ledek Elviara, melihat saudarinya yang malu-malu karena kehadiran Nicholas di sana."Apa sih, kak. Kakak sendiri kalau datang dengan kak Bara pasti juga seperti ini, kan?" sahut Elviana."Pfffffttttt, wajar saja, Na. Kami ini pasangan!" ucap Elviara."Iya-iya, yang paling pasangan," sahut Elviana dengan raut wajah yang sengaja cemberut, untuk menutupi kegugupannya."Pffftttttt." Elviara tidak lagi menggoda saudarinya dan memutuskan untuk masuk ke dalam gedung, di mana tempat mereka untuk melakukan janji temu."Kak Ara, mau kemana?" tanya Elviana melihat Elviara melangkahkan kakinya dan sengaja memberikan waktu untuk Elviana dan Nicholas menghabiskan waktu bersama.Elviara menoleh, dan tersenyum ke arah saudarinya, "Bersenang-senanglah, aku tidak aka
"Elviana, pak Nicholas. Silahkan masuk!" Elviara segera mempersilahkan Elviana dan Nicholas untuk ."Sayang, siapa yang datang?" sebenarnya tadi Bara sudah mengikuti lengkah Elviara. Namun, dering ponselnya membuat dirinyanya harus menghentikan langkah untuk mengangkat panggilan itu.Elviara menoleh, menatap ke arah Bara yang tengah melangkah ke arahnya, "Ini, sayang. Ada Elviana dan pak Nicholas datang!"Sayang? Apa mereka benar-benar sudah saling mencintai? Nicholas bertanya-tanya melihat keharmonisan rumah tangga Elviara dan Bara, karena setau dia dulu, Bara menerima perjodohan ini hanya untuk memenuhi persyaratan agar bisa mewarisi Alexander Corporation.'Huhhh, apa yang saya pikirkan? Jelas saja mereka saling mencintai,' batin Nicholas melihat perut Elviara yang semakin membesar."Nic, apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Bara seraya menepuk pelan bahu Nicholas, setelah sahhabatnya itu tidak segera memberikan respon ketika di ajaknya berbicara."Ehemmm, tidak ada!" sahut Nichola
Malam itu, Elviara mengurungkan niatnya dan memilih untuk beristirahat, setelah merasakan nyeri di perutnya. Mungkin karena Elviara terlalu banyak beban fikiran.***"Selamat pagi, sayang!" sapa Bara yang baru saja keluar dari kamar mandi.Mendengar suara suaminya, Elviara pun menoleh ke arah Bara yang masih berada di ambang pintu kamar mandi, pria itu terlihat segar dengan buliran air yang terlihat masih menetes dari rambutnya."Selamat pagi!" sahut Elviara dengan senyuman yang mengembang.Cup.Bara melangkahkan kakinya, dan mengecup kening Elviara. Sedangkan Elviara memeluk erat pinggang suaminya, merasakan aroma sabun yang cukup melekat di tubuh suaminya."Hmmm, segar sekali!" ucap Elviara membuat Bara terkekeh."Sayang, sepertinya nanti akan ada pertemuan dengan petinggi perusahaan. Bagaimana jika saya telat atau bahkan tidak bisa menemani kamu menghadiri acara reoni?" Tidak maksud berbohong, Memang awalanya Bara takut tidak bisa mengantarkan Elviara kerena ulah Revina. Tapi, apa
Beberapa hari ini, Elviara memperhatikan sikap Bara yang sedikit aneh, 'Sebenarnya, ada apa dengannya?'Elviara yang tidak tahan lagi akhirnya menghampiri Bara, "Sayang, apa ada masalah?"Bara menoleh, dan tersenyum melihat Elviara tengah berdiri di sampingnya, "Tidak ada apa-apa!"Apa yang sebenarnya dia sembunyikan? Elviara merasa ada yang aneh dengan sikap Bara, seperti ada yang tengah pria itu tutupi darinya.Melihat Elviara termenung, Bara menarik pelan tubuh Elviara, membiarkan gadis itu duduk di pangkuannya, "Ada yang ingin saya sampaikan, sayang!"Elviara menoleh, dengan wajah penasaran gadis itu menatap ke arah Bara, menunggu apa yang akan di sampaikan oleh Bara. Namun, yang di tunggu-tunggu justru tidak kunjung bersuara dan membuat Elviara semakin bertaya-tanya."Sayang!""Hmmm, apa?" sahut Elviara antusias."Bagaimana kalau besok saya tidak bisa menemani kamu di acara reuni? Apa kamu akan marah?" tanya Bara. Sebenarnya ini bukan acara mendadak, bahkan Elviara sudah mengatak
Melihat Meylani yang terus-terusan mendesaknya, akhirnya Willyam bercerita sedikit agar Meylani tidak lagi menuduhnya yang macam-macam, 'Kalau saja tidak sedang mengandung, mungkin saya tidak akan memberitahunya tentang ini.'Anggap saja semua ini memang sudah takdir Meylani dan Willyam. Pertemuan yang awalnya hanya sebatas kerjasama untuk balas dendam, kini, justru mereka terlibat dalam hubungan yang rumit. Bahkan seorang Willyam, mavia kelas kakap yang terkenal kejam dan sadis, perlahan tunduk di depan Meylani.Willyam menghela nafas, melihat wajah cemberut Meylani seolah merajuk dengannya. Tapi, kali ini gadis itu tidak bersikap sebrutal biasanya, seperti saat-saat mereka tengah bertengkar. "Hahhhh, baiklah. Ikut saya, saya akan menceritakan semuanya kepada kamu!" ucap Willyam.Apa tuan benar-benar akan menceritakan semuanya? Apa nona Meylani benar-benar bisa di percaya? Justru, yang terlihat khawatir adalah Rouhan. Takut jika nanti Willyam benar-benar memberi tahu semuanya, terma
Akhirnya, Bara tetap harus kembali ke kantor. Sebenarnya, setelah menemani Elviara memperiksakan kandungan, Bara berniat untuk segera pulang dan menemani istrinya. Karena akhir-akhir ini, Bara selalu sibuk dengan pekerjaan kantor. "Sore, pak!" sapa Sania saat berpapasan dengan Bara. "Sore." "Bagaimana hasilnya pak, apakah nyonya dan bayinya baik-baik saja!" Bara mengangguk, "Semua sehat dan baik-baik saja!" "Syukurlah. Oh, iya, Pak. Ada nona Revina di dalam menunggu anda!" ucap Sania yang hampir saja lupa untuk menyampaikan hal itu. "Revina?" sahut Bara penuh tanya, untuk apa gadis itu berada di kantornya? "Iya, Pak. Sepertinya, nona Revina ingin menanyakan soal pengajuan magang di kantor ini, Pak!" Bara mengangguk, "Baiklah!" Dengan santainya Sania menyampaikan pesan Revina kepada Bara, bahkan mengizinkan gadis itu untuk menunggu Bara di ruang kerja pria itu. Mungkin, jika Sania tau niat buruk Revina, pasti Sania akan mencegah Revina untuk masuk ke dalam ruang kerja
"Nyonya Elviara Anastasya!"Padahal, saat ini Elviara sudah membalik foto itu dan sedikit lagi mengetahui siapa yang ada di dalam foto. Tapi, saat bersamaan, Elviara mendengar seorang perawat memanggil namanya, membuatnya menoleh. Dengan cepat, Willyam merebut foto itu dari tangan Elviara, "Ini milik saya!"Setelah menganmbil foto tadi, Willyam segera beranjak pergi. Sebelum Elviara menyadari siapa dirinya."Oh, Maaf!" sahut Elviara.Elviara menatap ke arah Willyam sekilas, 'Siapa pria ini? Apa aku pernah bertemu dengannya?' Walaupun Willyam berpenampilan tertutup, tapi, melihat sorot matanya membuat Elviara merasa tidak asing dengannya."Ayo kita masuk!" Ajak Bara, melihat mereka telah di tunggu oleh dokter di ruang pemeriksaan.Dan foto tadi? Sebenarnya Elviara masih penasaran dengan foto itu. Bagaimana tidak, Elviara sempat melihat ada suaminya di dalam foto tadi, 'Apa aku salah lihat?' "Ada apa?" tanya Bara melihat Elviara terdiam."Ahh, tidak. Ayo kita masuk sekarang!" Akhirn
"APA?"Untung saja, saat Meylani mengatakan kelimat itu, Elviara tidak berada di sana. Ternyata, lima menit sebelum kedatangan Meylani, Elviara berpamitan ingin ke kamar mandi. Awalnya Bara berniat untuk mengantar Elviara, namun gadis itu justru menolaknya dan menyuruh Bara untuk tetap menunggu di sana. Karena, kebetulan nomor antrian mereka sudah dekat."Kamu ingat ini?" Elviara mengangkat tangannya, memperlihatkan beberapa foto kebersamaan mereka saat malam itu. Mengangkatnya tepat di depan wajah Bara.'Ternyata, benar, dia dalang di balik kejadian itu,' Bara tidak habis fikir, kenapa Meylani bisa senekat ini. Padahal, gadis itu pastinya sudah mengetahui tentang statusnya sekarang.Bara tersenyum, menatap aneh ke arah Meylani. Seakan telah muak dengan tingkah gadis itu, "Benarkah? Apa ... kamu mengandung anak saya, dan bukan anak orang lain?"Willyam yang tadinya ingin mengejar Meylani, akhirnya mengurungkan niatnya setelah mendengar Bara meragukan dan tidak mempercayai jika yang di