"Ini, ini bukan seperti apa yang kak Nicholas lihat!" sagking gugupnya, Elviana sampai terbata-bata dan salah tingkah.'Aduh, kenapa harus muncul di saat seperti ini sih?' keluh Elviana."Pfffttttt," tawa yang sejak tadi di tahan oleh Elviara akhirnya lolos. "Kakak kenapa ketawa?" tegur Elviana."Nggak apa-apa, lanjutkan saja ngobrolnya!" sahut Elviara, berniat untuk berpindah duduk di sofa bersama Srinten. Memberikan ruang untuk Nicholas dan Elviana mengobrol."Bagaimana keadaan kamu?" tiba-tiba, Nicholas mencekal tangan Elviara ketika gadis itu berpapasan dengannya."Seperti yang pak Nic lihat, saya baik-baik saja. Terimakasih banyak, waktu itu sudah menolong saya!" tidak peduli jika dirinya sudah berterima kasih berkali-kali, Elviara tetap saja mengatakan kalimat itu setiap Nicholas menanyakan kabarnya."Hahhh ... Saya senang kamu baik-baik saja. Tapi, mau sampai kapan kamu berterima kasih kepada saya!" sahut Nicholas setengah menggerutu.Elviara hanya tersenyum, dan kembali melan
"Buka pintunya, atau saya dobrak pintu ini?!" ancam Willyam melalui pesan suara.Jauh-jauh Willyam kembali ke kota demi menemui Meylani. Sangat tidak lucu, setelah dirinya sampai di kota, gadis itu justru menghindarinya."Ckkk, Apa pria ini sudah gila? " decak Meylani mendengar pesan ancaman dari Willyam.Krietttt. "Apa, kamu sudah gila?" Baru saja pintu itu terbuka, bukannya mempersilahkan Willyam untuk masuk, Meylani justru menggerutu kesal melihat kedatangan pria itu.Beberapa kali Meylani melihat ke arah sekitar, was-was jika orang tuanya melihat Willyam.Tanpa banyak berbicara, Wilyam memperlihatkan beberapa foto yang menjadi alasannya untuk buru-buru kembali ke kota, "Apa ini ulah mu?"Meylani tampak tenang, melihat gambar yang diperlihatkan oleh Willyam, "Memangnya kenapa kalau aku yang melakukannya? Bukannya itu bagian dari tujan kamu kemarin?"Seketika emosi Willyam memuncak, mendengear pengakuan dari Meylani."Bodoh," umpat Willyam. Tatapan mata Willyam dan Meylani saling
Entah kemana perginya para penganggu? Beberapa minggu telah berlalu, tidak ada satu pun masalah yang datang menganggu kehidupan Bara dan Elviara.Sesuai dengan apa yang di inginkan oleh Bara. Malam itu, sepulang dari kantor, Bara memberikan kejutan untuk Elviara, dua buah buku berlambangkan garuda bersampul merah dan hijau. Ya, benar sekali, hari dimana Bara berucap ingin melegalkan hubungannya dengan Elviara, secepat itu Bara dapat mengabulkan keinginanya.Namun, Bara sengaja untuk tetap menyembunyikan pernikahannya. Bukan karena ada suatu hal yang ia tutupi dari Elviara, tapi Bara hanya ingin melindungi istrinya, mengingat istrinya sekarang tengah mengandung. Cup."Tidurlah!" lirih Bara, melihat Elviara menggeliat setelah dirinya mengecup kening gadis itu.Bara sempat membenarkan selimut yang menutupi tubuh Elviara, sebelum beranjak menuju kamar mandi dan bersiap untuk pergi ke kantor."Hoam, jam berapa ini?" Elviara menoleh, manatap sekilas ke samping dimana Bara biasanya tidur.A
"Lepaskan!" Jelas saja Meylani marah. Sedari tadi, Willyam tidak mengizinkan dirinya untuk pergi. Bahkan pelukan pria itu sedikit pun tidak mengendur."Kenapa kamu seperti ini? Apa saya membuat kesalahan?" binggung Willyam. Karena akhir-akhir ini, Meylani selalu uring-uringan setiap kali mereka bertemu.Dasar laki-laki, tidak pernah sadar meskipun sudah banyak membuat kesalahan. Meylani semakin geram mendengar pertanyaan konyol Willyam, "Pikir saja sendiri!"Dasar wanita, apa-apa menuntut pria harus peka. Kami ini manusia biasa bukan dukun, "Katakan, saya tidak memiliki banyak waktu untuk bermain tebak-tebakan dengan mu!"Walaupun sudah beberapa kali Meylani memaksanya untuk melepaskan pelukan itu. Namun Willyam tetap saja kekeh dengan pendiriannya dan bahkan semakin mempererat pelukannya. Di saat-saat seperti ini, tiba-tiba saja Willyam teringat masa-masa dirinya bersama Grisella dulu, 'Dulu, setiap kali dia marah. Saya selalu memeluknya seperti ini, hingga amarahnya mereda.'"Ini s
Bara mengernyitkan dahinya, Baru kali ini merasakan tatapan berbeda dari Andreas, 'Ada apa dengan kakek?'"Duduk!" tanpa banyak berbicara, Andreas menyuruh cucunya yang baru datang untuk segera duduk.Bara masih binggung dengan maksud kedatangan Andreas, tapi Bara tidak ingin mengambil pusing dan segera menuruti perintah sang kakek."Sejak kapan?" tanya Andreas, membuat Bara dan Elviara saling menatap."Maksud kakek?" binggung Bara."Sejak kapan kalian menyembunyikan ini dari kekek?" Menyembunyikan apa maksud kakek? Apa jangan-jangan kakek sudah mengetahui kehamilan Elviara? Berbagai spekulasi muncul di pikiran Bara, takut jika kakek mengetahui kehamilan Elviara yang lebih cepat dari pernikahan mereka. Bukannya Bara malu dengan fakta itu, tapi dirinya hanya ingin menjaga perasaan Elviara, takut jika gadis itu malu. Karena semakin banyak orang yang mengetahui kehamilannya."Jujur, Bara tidak mengerti maksud kakek?" tidak ingin bertele-tele, Bara langsung to the point menayakan maksud
"Bagaimana menurut kalian, jika kakek membuat acara untuk mengumumkan pernikahan kalian? Bukan acara mewah, kira-kira seperti sebuah jamuan keluarga?"Bukan tanpa tujuan Andreas membuat acara itu, selain untuk mengenalkan kepada kerabat jika Elviara sudah menjadi bagian dari keluarga Alexander, tapi juga untuk berjaga-jaga jika nanti ada rumor yang tidak benar tentang mereka. Apa lagi, tepat di ulang tahunnya yang ke 70, dirinya berniat untuk mengumumkan pembagian saham."Atau kalian ingin kakek membuatkan sebuah perayaan besar untuk pernikahan kalian?" Tanya Andreas, melihat Bara dan Elviara belum juga mengambil keputusan.'Sebenarnya, apa yang tengah di sembunyikan oleh mereka?' Andreas sedikit curiga, apa lagi ketika melihat ekspresi Bara yang sepertinya keberatan dengan rencananya."Apa tidak sebaiknya nanti saja, kek. Ketika kami sudah benar-benar siap untuk mempublikasi hubungan kami?!" sahut Bara."Memangnya, sampai kapan kalian akan terus seperti ini?""Sebenarnya, bukannya Ba
"Sayang, apa kamu sudah siap?" "Sudah!" sahut Elviara yang baru saja keluar dari kamar seraya menenteng tas yang berwarna senada dengan dress yang dia kenakan.Bara tersenyum melihat penampilan Elviara yang semakin hari tubuhnya terlihat semakin berisi. Segera Bara menghampiri Elviara, dengan sebelah tangan yang mengenggam segelas susu."Minum susu lagi?" ekspresi wajah Elviara seketika cemberut, melihat kedatangan Bara membawa sehelas susu."Minum, ya. Demi anak kita!" sahut Bara lembut, seraya mengusap perut Elviara yang mulai terlihat sedikit buncit."Baiklah!" Elviara yang dulunya biasa saja meminum susu, entah kenapa selama masa kehamilan dirinya sangat membenci susu. CUP.Bara tersenyum, melihat Elviara telah menghabiskan segelas susu yang dia bawakan. Tidak lupa, Bara juga selalu mengecup kening Elviara setiap kali gadis itu berhasil menghabiskan segelas susu."Berangkat sekarang?" tanya Elviara."Andai hari ini kita tidak pergi ke rumah orang tua kamu, pasti saya akan kembal
"APA? kalian sudah menikah?" teriak Revina.Dari semua anggota keluarga, Revina yang terlihat paling heboh di banding dengan yang lainnya. Bahkan, karena sangking terkejutnya, gadis itu menjatuhkan gelas yang di pegangnya. Hingga kopi panas yang dia bawa tumpah berserakan di atas lantai dan sebagian juga mengenai kakinya."Shhhh Aw," desis Revina merasakan panas di kakinya.Di tengah panasnya perbincangan itu, terpaksa harus berhenti. mendengar kegaduhan akibat ulah Revina, hingga semua mata menatap kearah Revina.Novi terperajat melihat putrinya terluka, dengan panik wanita itu menghampiri Revina. Rasa panik itu berhasil membuatnya melupakan keterkejutannya akan pernikahan Elviara dengan Bara."Ya ampun, Rev. Kenapa kamu ceroboh sekali?" tegur Novi, lantas membawa Revina menuju kamar mandi untuk mengobati luka akibat siraman air panas itu.'Drama apa lagi yang dia buat? Sudah tau tidak pernah masuk dapur, sok-sokan bikin kopi,' batin Elviana yang sudah tidak heran lagi melihat tingka