"Sayang, apa kamu sudah siap?" "Sudah!" sahut Elviara yang baru saja keluar dari kamar seraya menenteng tas yang berwarna senada dengan dress yang dia kenakan.Bara tersenyum melihat penampilan Elviara yang semakin hari tubuhnya terlihat semakin berisi. Segera Bara menghampiri Elviara, dengan sebelah tangan yang mengenggam segelas susu."Minum susu lagi?" ekspresi wajah Elviara seketika cemberut, melihat kedatangan Bara membawa sehelas susu."Minum, ya. Demi anak kita!" sahut Bara lembut, seraya mengusap perut Elviara yang mulai terlihat sedikit buncit."Baiklah!" Elviara yang dulunya biasa saja meminum susu, entah kenapa selama masa kehamilan dirinya sangat membenci susu. CUP.Bara tersenyum, melihat Elviara telah menghabiskan segelas susu yang dia bawakan. Tidak lupa, Bara juga selalu mengecup kening Elviara setiap kali gadis itu berhasil menghabiskan segelas susu."Berangkat sekarang?" tanya Elviara."Andai hari ini kita tidak pergi ke rumah orang tua kamu, pasti saya akan kembal
"APA? kalian sudah menikah?" teriak Revina.Dari semua anggota keluarga, Revina yang terlihat paling heboh di banding dengan yang lainnya. Bahkan, karena sangking terkejutnya, gadis itu menjatuhkan gelas yang di pegangnya. Hingga kopi panas yang dia bawa tumpah berserakan di atas lantai dan sebagian juga mengenai kakinya."Shhhh Aw," desis Revina merasakan panas di kakinya.Di tengah panasnya perbincangan itu, terpaksa harus berhenti. mendengar kegaduhan akibat ulah Revina, hingga semua mata menatap kearah Revina.Novi terperajat melihat putrinya terluka, dengan panik wanita itu menghampiri Revina. Rasa panik itu berhasil membuatnya melupakan keterkejutannya akan pernikahan Elviara dengan Bara."Ya ampun, Rev. Kenapa kamu ceroboh sekali?" tegur Novi, lantas membawa Revina menuju kamar mandi untuk mengobati luka akibat siraman air panas itu.'Drama apa lagi yang dia buat? Sudah tau tidak pernah masuk dapur, sok-sokan bikin kopi,' batin Elviana yang sudah tidak heran lagi melihat tingka
Bara mengecup sekilas kening Elviara, ketika gadis itu telah terlelap. Sebelum beranjak pergi menemui Aldo untuk membahas pelaksanaan proyek perusahaan, sekaligus membicarakan tentang kasus di balik kejadian malam itu, antara dirinya dan Meylani.Karena hari sudah larut, akhirnya mereka bersepakat untuk bertemu di luar, "Saya sudah berada di luar, kamu dimana?"Tidak lama kemudian, sebuah mobil datang dan Bara pun segera masuk kedalam mobil itu.Tanpa Bara sadari, ternyata ada sepasang mata yang melihatnya dari balik jendela. Yang bukan lain adalah Revina, 'Mau kemana kak Bara malam-malam begini?'Revina yang penasaran, akhirnya mengikuti kemana perginya mobil yang membawa Bara. Ternyata mobil itu berhenti di sebuah cafe yang bernuasa seperti club malam. Revina berfikir beberapa kali ketika melihat Bara dan Aldo sudah mulai masuk kedalam Cafe itu, 'Akhh sial, aku lupa tidak mengganti pakaian ku.'Ragu dengan keputusannya, akhirnya Revina tetap memilih untuk keluar dari mobilnya dan me
Bara mengernyit, merasakan cahaya lampu yang menyilaukan matanya."Sedang apa kalian disana?" Elviara menatap penuh tanya ke arah Bara dan juga Revina bergantian.'Malam-malam seperti ini, apa yang tegah mereka lakukan disini?' wajar saja seorang istri berfikiran yang tidak-tidak melihat suaminya berduaan apa lagi di tengah malam, walaupun gadis itu adalah adiknya.Bara segera menghempas tangan Revina yang menyentuhnya dan menghampiri Elviara. Bara tersenyum, mengenggam erat tangan Elviara seakan ingin menjelaskan apa yang terjadi saat ini, "Jangan salah paham, sayang! Kamu tau kan, tadi saya kemana dan untuk urusan apa? Kebetulan saat saya pulang tadi bertemu dengan Revina!"Apa benar, jika ini kebetulan? Elviara mencoba untuk menghempaskan segala pikiran buruk tentang Bara dan Revina. Akhirnya, Elviara memilih untuk tersenyum dan mengangguk, mendengar penjelasan Bara. Walaupun, di dalam hatinya masih banyak menyimpan tanda tanya tentang mereka.'Sudahlah, lebih baik aku tanyakan lagi
Elviara menatap ke arah Bara, "Apa kamu tidak merasa, jika Revina menyukai kamu?""Tidak. Di hidup saya, saya hanya sekali merasakan cinta, yaitu hanya kepada kamu, sayang!" sahut Bara seraya mengusap perut Elviara.Entah kenapa, setelah mendengar penjelasan dari Bara, mood Elviara menjadi buruk."Sudah, lebih baik segera habiskan makanan kamu sebelum dingin, takutnya nanti menjadi tidak enak!" ucap Bara seraya menyalakan kompor untuk memanaskan air.Mendengar Bara yang sepertinya sudah tidak ingin membahas hal itu, membuat Elviara terpaksa menuruti kalimat Bara. Dengan cepat, Elviara menghabiskan makanannya.TAK.Bara meletakkan segelas susu hangat tepat di dekat Elviara, "Minumlah, selagi masih hangat!"Pagi, siang, malam, asal Bara berada dekat dengan Elviara, pria itu tidak pernah lupa untuk mengingatkan Elviara agar rutin meminum susunya. Bahkan, selama masa kehamilan Elviara, Bara sudah tidak pernah lagi melakukan perjalanan bisnis di luar kota, hanya untuk menjaga Elviara.Tanp
Baru kali ini Meylani sampai meneteskan air matanya ketika bercinta dengan Willyam, sikap lembut pria itu entah kemana perginya. Bahkan kali ini tubuh Meylani merasakan sakit yang lebih menyiksa dari pada saat pertama kali mereka melakukan itu.'Jika tidak seperti ini, kamu tidak akan bisa menghargai seberapa tulusnya seseorang kepada kamu!' Sebenarnya, jantung willyam berdesir melihat bagaimana berantakkannya Meylani setelah dia gempur habis-habisan."Hapus air mata mu!" singkat Willyam sebelum beranjak meninggalkan Meylani.Meylani hanya terdiam, menatap punggung pria yang masih bertelanjang dada itu. Mata sembab Meylani tidak henti-hentinya menatap Willyam dengan kebenciannya, 'Sampai kapan pun, aku tidak akan memaafkan kamu!'Meylani bergelut dengan pikiran, emosi, dan dendamnya yang bercampur menjadi satu. Sedangkan Willyam, seperti biasa ketika pria itu memiliki banyak fikiran selalu menghabiskan watunya menatap kearah luar jendela dengan sebatang rokok yang tidak pernah lepas d
'Apa saya tidak salah dengar?' Mungkin, sudah hampir lima belas tahun lebih, Rouhan setia mengikuti Willyam. Bahkan ketika Grisella masih hidup, Rouhan sudah menjadi orang kepercayaan Willyam. Sehingga tidak heran lagi, jika Rouhan mengetahui naik turun, bahkan saat terpuruknya sekali pun. Jadi wajar jika Rouhan tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar, mengingat bagaimana bencinya Willyam dengan Bara. Bahkan dulu dirinya sendiri yang menjadi saksi, jika Willyam bersumpah akan membalaskan dendam untuk kematian kekasihnya kepada Bara."Tunggu, Pak!" Rouhan menghentikan langkah Willyam yang telah bersiap masuk kedalam ruang rawat Meylani."Ada apa?""Anda yakin dengan keputusan tadi? Saya sudah menyusun semuanya sesuai dengan apa yang anda perintahkan, Pak!" Jelas Rouhan.Sebenarnya Willyam menyayangkan semua kerja kerasnya selama ini, tapi mau bagaimana pun, dirinya harus memikirkan calon anaknya. Tidak ingin sampai terjadi sesuatu dengan calon anaknya, karena ulah dan kece
Willyam menatap Meylani dengan penuh harapan, berharap gadis itu menerima pinangannya. Namun, hidup memang tidak selamanya sesuai dengan apa yang di harapkan. Seperti saat ini, Meylani justru menolak mentah-mentah ajakan Willyam."Menikah? Dengan kamu? Aku benar-benar tidak sudi!" setelah mengatakan kalimat itu, Meylani berpaling mentap ke arah lain. Sebenarnya, Meylani merasa takut jika saja Willyam memberikan respon bringas seperti tadi. Tapi, mendengar pinangan dari pria itu, membuat rasa takutnya melebur dan berganti dengan kebencian.Willyam menyentuh dagu Meylani, dengan kasar memaksa gadis itu untuk menatap ke arahnya, "Apa karena pria itu, alasan kamu menolak saya?"Mata biru itu menatap tajam ke arah Meylani, bersamaan dengan jemarinya yang menyentuh semakin erat di dagu Meylani."Lepaskan!" Meylani menepis kasar tangan Willyam, dengan tatapan antara amarah dan kesedihan ke arah Willyam.Bukan hanya karena Bara, alasannya menolak Willyam, tapi ... "Pria mana yang setuju dan