"APA? kalian sudah menikah?" teriak Revina.Dari semua anggota keluarga, Revina yang terlihat paling heboh di banding dengan yang lainnya. Bahkan, karena sangking terkejutnya, gadis itu menjatuhkan gelas yang di pegangnya. Hingga kopi panas yang dia bawa tumpah berserakan di atas lantai dan sebagian juga mengenai kakinya."Shhhh Aw," desis Revina merasakan panas di kakinya.Di tengah panasnya perbincangan itu, terpaksa harus berhenti. mendengar kegaduhan akibat ulah Revina, hingga semua mata menatap kearah Revina.Novi terperajat melihat putrinya terluka, dengan panik wanita itu menghampiri Revina. Rasa panik itu berhasil membuatnya melupakan keterkejutannya akan pernikahan Elviara dengan Bara."Ya ampun, Rev. Kenapa kamu ceroboh sekali?" tegur Novi, lantas membawa Revina menuju kamar mandi untuk mengobati luka akibat siraman air panas itu.'Drama apa lagi yang dia buat? Sudah tau tidak pernah masuk dapur, sok-sokan bikin kopi,' batin Elviana yang sudah tidak heran lagi melihat tingka
Bara mengecup sekilas kening Elviara, ketika gadis itu telah terlelap. Sebelum beranjak pergi menemui Aldo untuk membahas pelaksanaan proyek perusahaan, sekaligus membicarakan tentang kasus di balik kejadian malam itu, antara dirinya dan Meylani.Karena hari sudah larut, akhirnya mereka bersepakat untuk bertemu di luar, "Saya sudah berada di luar, kamu dimana?"Tidak lama kemudian, sebuah mobil datang dan Bara pun segera masuk kedalam mobil itu.Tanpa Bara sadari, ternyata ada sepasang mata yang melihatnya dari balik jendela. Yang bukan lain adalah Revina, 'Mau kemana kak Bara malam-malam begini?'Revina yang penasaran, akhirnya mengikuti kemana perginya mobil yang membawa Bara. Ternyata mobil itu berhenti di sebuah cafe yang bernuasa seperti club malam. Revina berfikir beberapa kali ketika melihat Bara dan Aldo sudah mulai masuk kedalam Cafe itu, 'Akhh sial, aku lupa tidak mengganti pakaian ku.'Ragu dengan keputusannya, akhirnya Revina tetap memilih untuk keluar dari mobilnya dan me
Bara mengernyit, merasakan cahaya lampu yang menyilaukan matanya."Sedang apa kalian disana?" Elviara menatap penuh tanya ke arah Bara dan juga Revina bergantian.'Malam-malam seperti ini, apa yang tegah mereka lakukan disini?' wajar saja seorang istri berfikiran yang tidak-tidak melihat suaminya berduaan apa lagi di tengah malam, walaupun gadis itu adalah adiknya.Bara segera menghempas tangan Revina yang menyentuhnya dan menghampiri Elviara. Bara tersenyum, mengenggam erat tangan Elviara seakan ingin menjelaskan apa yang terjadi saat ini, "Jangan salah paham, sayang! Kamu tau kan, tadi saya kemana dan untuk urusan apa? Kebetulan saat saya pulang tadi bertemu dengan Revina!"Apa benar, jika ini kebetulan? Elviara mencoba untuk menghempaskan segala pikiran buruk tentang Bara dan Revina. Akhirnya, Elviara memilih untuk tersenyum dan mengangguk, mendengar penjelasan Bara. Walaupun, di dalam hatinya masih banyak menyimpan tanda tanya tentang mereka.'Sudahlah, lebih baik aku tanyakan lagi
Elviara menatap ke arah Bara, "Apa kamu tidak merasa, jika Revina menyukai kamu?""Tidak. Di hidup saya, saya hanya sekali merasakan cinta, yaitu hanya kepada kamu, sayang!" sahut Bara seraya mengusap perut Elviara.Entah kenapa, setelah mendengar penjelasan dari Bara, mood Elviara menjadi buruk."Sudah, lebih baik segera habiskan makanan kamu sebelum dingin, takutnya nanti menjadi tidak enak!" ucap Bara seraya menyalakan kompor untuk memanaskan air.Mendengar Bara yang sepertinya sudah tidak ingin membahas hal itu, membuat Elviara terpaksa menuruti kalimat Bara. Dengan cepat, Elviara menghabiskan makanannya.TAK.Bara meletakkan segelas susu hangat tepat di dekat Elviara, "Minumlah, selagi masih hangat!"Pagi, siang, malam, asal Bara berada dekat dengan Elviara, pria itu tidak pernah lupa untuk mengingatkan Elviara agar rutin meminum susunya. Bahkan, selama masa kehamilan Elviara, Bara sudah tidak pernah lagi melakukan perjalanan bisnis di luar kota, hanya untuk menjaga Elviara.Tanp
Baru kali ini Meylani sampai meneteskan air matanya ketika bercinta dengan Willyam, sikap lembut pria itu entah kemana perginya. Bahkan kali ini tubuh Meylani merasakan sakit yang lebih menyiksa dari pada saat pertama kali mereka melakukan itu.'Jika tidak seperti ini, kamu tidak akan bisa menghargai seberapa tulusnya seseorang kepada kamu!' Sebenarnya, jantung willyam berdesir melihat bagaimana berantakkannya Meylani setelah dia gempur habis-habisan."Hapus air mata mu!" singkat Willyam sebelum beranjak meninggalkan Meylani.Meylani hanya terdiam, menatap punggung pria yang masih bertelanjang dada itu. Mata sembab Meylani tidak henti-hentinya menatap Willyam dengan kebenciannya, 'Sampai kapan pun, aku tidak akan memaafkan kamu!'Meylani bergelut dengan pikiran, emosi, dan dendamnya yang bercampur menjadi satu. Sedangkan Willyam, seperti biasa ketika pria itu memiliki banyak fikiran selalu menghabiskan watunya menatap kearah luar jendela dengan sebatang rokok yang tidak pernah lepas d
'Apa saya tidak salah dengar?' Mungkin, sudah hampir lima belas tahun lebih, Rouhan setia mengikuti Willyam. Bahkan ketika Grisella masih hidup, Rouhan sudah menjadi orang kepercayaan Willyam. Sehingga tidak heran lagi, jika Rouhan mengetahui naik turun, bahkan saat terpuruknya sekali pun. Jadi wajar jika Rouhan tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar, mengingat bagaimana bencinya Willyam dengan Bara. Bahkan dulu dirinya sendiri yang menjadi saksi, jika Willyam bersumpah akan membalaskan dendam untuk kematian kekasihnya kepada Bara."Tunggu, Pak!" Rouhan menghentikan langkah Willyam yang telah bersiap masuk kedalam ruang rawat Meylani."Ada apa?""Anda yakin dengan keputusan tadi? Saya sudah menyusun semuanya sesuai dengan apa yang anda perintahkan, Pak!" Jelas Rouhan.Sebenarnya Willyam menyayangkan semua kerja kerasnya selama ini, tapi mau bagaimana pun, dirinya harus memikirkan calon anaknya. Tidak ingin sampai terjadi sesuatu dengan calon anaknya, karena ulah dan kece
Willyam menatap Meylani dengan penuh harapan, berharap gadis itu menerima pinangannya. Namun, hidup memang tidak selamanya sesuai dengan apa yang di harapkan. Seperti saat ini, Meylani justru menolak mentah-mentah ajakan Willyam."Menikah? Dengan kamu? Aku benar-benar tidak sudi!" setelah mengatakan kalimat itu, Meylani berpaling mentap ke arah lain. Sebenarnya, Meylani merasa takut jika saja Willyam memberikan respon bringas seperti tadi. Tapi, mendengar pinangan dari pria itu, membuat rasa takutnya melebur dan berganti dengan kebencian.Willyam menyentuh dagu Meylani, dengan kasar memaksa gadis itu untuk menatap ke arahnya, "Apa karena pria itu, alasan kamu menolak saya?"Mata biru itu menatap tajam ke arah Meylani, bersamaan dengan jemarinya yang menyentuh semakin erat di dagu Meylani."Lepaskan!" Meylani menepis kasar tangan Willyam, dengan tatapan antara amarah dan kesedihan ke arah Willyam.Bukan hanya karena Bara, alasannya menolak Willyam, tapi ... "Pria mana yang setuju dan
"Kak?" lirih Elviana, menatap ke arah Elviara dengan tatapan yang seakan menjelaskan bagaimana perasaannya setelah melihat tingkah Revina di meja makan.Elviara menoleh sekilas ke arah Elviana, dan menghela nafasnya.Tak."Tidak perlu repot-repot, masih ada kakak disini!" Elviara tersenyum lembut, namun tatapan matanya setajam pisau. Elviara sengaja menghadang sendok berisi lauk yang berada di tangan Revina, mengetahui gadis itu dengan sengaja ingin melayani Bara. "Aku tidak repot, kak! Justru sangat senang jika bisa membantu kak Bara!" sahut Revina dengan senyuman tidak kalah lembutnya dengan Elviara. Berani sekali gadis ini? dan kenapa Bara tidak menolak saat gadis itu berusaha untuk mendekatinya? Elviara sedikit tidak mengerti apa yang tengah di fikirkan oleh Bara."Biarkan saja, Ra. Hitung-hitung adik kamu ini belajar untuk lebih dewasa!" ucap Novi yang seakan mendukung apa yang di lakukan oleh Revina.Apa katanya? belajar menjadi dewasa? Mengingat apa yang telah gadis itu lakuk
Bara benar-benar terkejut, melihat istrinya berdiri di ambang pintu. Menatap ke arahnya dengan mata terbelalak dan berair, seolah benar-benar terpukul melihat kesalah pahaman ini. 'Akhirnya, yang di tunggu-tunggu datang juga!' melihat kekacauan ini, tentu saja Revina sangat senang. Berharap, setelah ini kakak tirinya itu akan benar-benar berpisah dengan Bara. Entah apa yang Revina rencanakan, tiba-tiba saja gadis itu mendorong tubuh Bara, seolah tengah berusaha untuk melarikan diri dari Bara, "Kakak, untung kakak datang kemari tepat waktu!" Dengan penampilan yang sengaja ia buat berantakkan, Revina menghampiri Elviara dengan wajah ketakutan. Bahkan matanya memerah seperti menahan tangis, mencoba untuk menipu semua orang jika Bara melakukan hal yang tidak-tidak dengannya. "Ini tidak seperti yang kalian lihat!" ucap Bara. melihat dari sorot mata Elviara, terlihat gadis itu meragukan apa yang baru saja di ucapkan oleh Bara. "Sayang, apa kamu tidak mempercayai ku?" "Stop!" Elviara
Akhirnya, Elviara benar-benar menghadiri acara reuni tanpa suaminya, untung saja masih ada saudari kembarnya yang menemani. Tidak hanya Elviana, bahkan Nicholas juga ikut datang ke acara itu sebagai pasangan Elviana."Emmm, serasi sekali!" Ledek Elviara, melihat saudarinya yang malu-malu karena kehadiran Nicholas di sana."Apa sih, kak. Kakak sendiri kalau datang dengan kak Bara pasti juga seperti ini, kan?" sahut Elviana."Pfffffttttt, wajar saja, Na. Kami ini pasangan!" ucap Elviara."Iya-iya, yang paling pasangan," sahut Elviana dengan raut wajah yang sengaja cemberut, untuk menutupi kegugupannya."Pffftttttt." Elviara tidak lagi menggoda saudarinya dan memutuskan untuk masuk ke dalam gedung, di mana tempat mereka untuk melakukan janji temu."Kak Ara, mau kemana?" tanya Elviana melihat Elviara melangkahkan kakinya dan sengaja memberikan waktu untuk Elviana dan Nicholas menghabiskan waktu bersama.Elviara menoleh, dan tersenyum ke arah saudarinya, "Bersenang-senanglah, aku tidak aka
"Elviana, pak Nicholas. Silahkan masuk!" Elviara segera mempersilahkan Elviana dan Nicholas untuk ."Sayang, siapa yang datang?" sebenarnya tadi Bara sudah mengikuti lengkah Elviara. Namun, dering ponselnya membuat dirinyanya harus menghentikan langkah untuk mengangkat panggilan itu.Elviara menoleh, menatap ke arah Bara yang tengah melangkah ke arahnya, "Ini, sayang. Ada Elviana dan pak Nicholas datang!"Sayang? Apa mereka benar-benar sudah saling mencintai? Nicholas bertanya-tanya melihat keharmonisan rumah tangga Elviara dan Bara, karena setau dia dulu, Bara menerima perjodohan ini hanya untuk memenuhi persyaratan agar bisa mewarisi Alexander Corporation.'Huhhh, apa yang saya pikirkan? Jelas saja mereka saling mencintai,' batin Nicholas melihat perut Elviara yang semakin membesar."Nic, apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Bara seraya menepuk pelan bahu Nicholas, setelah sahhabatnya itu tidak segera memberikan respon ketika di ajaknya berbicara."Ehemmm, tidak ada!" sahut Nichola
Malam itu, Elviara mengurungkan niatnya dan memilih untuk beristirahat, setelah merasakan nyeri di perutnya. Mungkin karena Elviara terlalu banyak beban fikiran.***"Selamat pagi, sayang!" sapa Bara yang baru saja keluar dari kamar mandi.Mendengar suara suaminya, Elviara pun menoleh ke arah Bara yang masih berada di ambang pintu kamar mandi, pria itu terlihat segar dengan buliran air yang terlihat masih menetes dari rambutnya."Selamat pagi!" sahut Elviara dengan senyuman yang mengembang.Cup.Bara melangkahkan kakinya, dan mengecup kening Elviara. Sedangkan Elviara memeluk erat pinggang suaminya, merasakan aroma sabun yang cukup melekat di tubuh suaminya."Hmmm, segar sekali!" ucap Elviara membuat Bara terkekeh."Sayang, sepertinya nanti akan ada pertemuan dengan petinggi perusahaan. Bagaimana jika saya telat atau bahkan tidak bisa menemani kamu menghadiri acara reoni?" Tidak maksud berbohong, Memang awalanya Bara takut tidak bisa mengantarkan Elviara kerena ulah Revina. Tapi, apa
Beberapa hari ini, Elviara memperhatikan sikap Bara yang sedikit aneh, 'Sebenarnya, ada apa dengannya?'Elviara yang tidak tahan lagi akhirnya menghampiri Bara, "Sayang, apa ada masalah?"Bara menoleh, dan tersenyum melihat Elviara tengah berdiri di sampingnya, "Tidak ada apa-apa!"Apa yang sebenarnya dia sembunyikan? Elviara merasa ada yang aneh dengan sikap Bara, seperti ada yang tengah pria itu tutupi darinya.Melihat Elviara termenung, Bara menarik pelan tubuh Elviara, membiarkan gadis itu duduk di pangkuannya, "Ada yang ingin saya sampaikan, sayang!"Elviara menoleh, dengan wajah penasaran gadis itu menatap ke arah Bara, menunggu apa yang akan di sampaikan oleh Bara. Namun, yang di tunggu-tunggu justru tidak kunjung bersuara dan membuat Elviara semakin bertaya-tanya."Sayang!""Hmmm, apa?" sahut Elviara antusias."Bagaimana kalau besok saya tidak bisa menemani kamu di acara reuni? Apa kamu akan marah?" tanya Bara. Sebenarnya ini bukan acara mendadak, bahkan Elviara sudah mengatak
Melihat Meylani yang terus-terusan mendesaknya, akhirnya Willyam bercerita sedikit agar Meylani tidak lagi menuduhnya yang macam-macam, 'Kalau saja tidak sedang mengandung, mungkin saya tidak akan memberitahunya tentang ini.'Anggap saja semua ini memang sudah takdir Meylani dan Willyam. Pertemuan yang awalnya hanya sebatas kerjasama untuk balas dendam, kini, justru mereka terlibat dalam hubungan yang rumit. Bahkan seorang Willyam, mavia kelas kakap yang terkenal kejam dan sadis, perlahan tunduk di depan Meylani.Willyam menghela nafas, melihat wajah cemberut Meylani seolah merajuk dengannya. Tapi, kali ini gadis itu tidak bersikap sebrutal biasanya, seperti saat-saat mereka tengah bertengkar. "Hahhhh, baiklah. Ikut saya, saya akan menceritakan semuanya kepada kamu!" ucap Willyam.Apa tuan benar-benar akan menceritakan semuanya? Apa nona Meylani benar-benar bisa di percaya? Justru, yang terlihat khawatir adalah Rouhan. Takut jika nanti Willyam benar-benar memberi tahu semuanya, terma
Akhirnya, Bara tetap harus kembali ke kantor. Sebenarnya, setelah menemani Elviara memperiksakan kandungan, Bara berniat untuk segera pulang dan menemani istrinya. Karena akhir-akhir ini, Bara selalu sibuk dengan pekerjaan kantor. "Sore, pak!" sapa Sania saat berpapasan dengan Bara. "Sore." "Bagaimana hasilnya pak, apakah nyonya dan bayinya baik-baik saja!" Bara mengangguk, "Semua sehat dan baik-baik saja!" "Syukurlah. Oh, iya, Pak. Ada nona Revina di dalam menunggu anda!" ucap Sania yang hampir saja lupa untuk menyampaikan hal itu. "Revina?" sahut Bara penuh tanya, untuk apa gadis itu berada di kantornya? "Iya, Pak. Sepertinya, nona Revina ingin menanyakan soal pengajuan magang di kantor ini, Pak!" Bara mengangguk, "Baiklah!" Dengan santainya Sania menyampaikan pesan Revina kepada Bara, bahkan mengizinkan gadis itu untuk menunggu Bara di ruang kerja pria itu. Mungkin, jika Sania tau niat buruk Revina, pasti Sania akan mencegah Revina untuk masuk ke dalam ruang kerja
"Nyonya Elviara Anastasya!"Padahal, saat ini Elviara sudah membalik foto itu dan sedikit lagi mengetahui siapa yang ada di dalam foto. Tapi, saat bersamaan, Elviara mendengar seorang perawat memanggil namanya, membuatnya menoleh. Dengan cepat, Willyam merebut foto itu dari tangan Elviara, "Ini milik saya!"Setelah menganmbil foto tadi, Willyam segera beranjak pergi. Sebelum Elviara menyadari siapa dirinya."Oh, Maaf!" sahut Elviara.Elviara menatap ke arah Willyam sekilas, 'Siapa pria ini? Apa aku pernah bertemu dengannya?' Walaupun Willyam berpenampilan tertutup, tapi, melihat sorot matanya membuat Elviara merasa tidak asing dengannya."Ayo kita masuk!" Ajak Bara, melihat mereka telah di tunggu oleh dokter di ruang pemeriksaan.Dan foto tadi? Sebenarnya Elviara masih penasaran dengan foto itu. Bagaimana tidak, Elviara sempat melihat ada suaminya di dalam foto tadi, 'Apa aku salah lihat?' "Ada apa?" tanya Bara melihat Elviara terdiam."Ahh, tidak. Ayo kita masuk sekarang!" Akhirn
"APA?"Untung saja, saat Meylani mengatakan kelimat itu, Elviara tidak berada di sana. Ternyata, lima menit sebelum kedatangan Meylani, Elviara berpamitan ingin ke kamar mandi. Awalnya Bara berniat untuk mengantar Elviara, namun gadis itu justru menolaknya dan menyuruh Bara untuk tetap menunggu di sana. Karena, kebetulan nomor antrian mereka sudah dekat."Kamu ingat ini?" Elviara mengangkat tangannya, memperlihatkan beberapa foto kebersamaan mereka saat malam itu. Mengangkatnya tepat di depan wajah Bara.'Ternyata, benar, dia dalang di balik kejadian itu,' Bara tidak habis fikir, kenapa Meylani bisa senekat ini. Padahal, gadis itu pastinya sudah mengetahui tentang statusnya sekarang.Bara tersenyum, menatap aneh ke arah Meylani. Seakan telah muak dengan tingkah gadis itu, "Benarkah? Apa ... kamu mengandung anak saya, dan bukan anak orang lain?"Willyam yang tadinya ingin mengejar Meylani, akhirnya mengurungkan niatnya setelah mendengar Bara meragukan dan tidak mempercayai jika yang di