Entah apa yang di pikirkan oleh Willyam, terlihat banyak sekali putung rokok di bawah kakinya. Sampai-sampai, Meylani yang baru saja kembali dari kamar mandi heran melihat Willyam berdiri di depan jendela cukup besar dengan sebatang rokok di tangannya.'Berapa batang rokok yang telah dia habiskan?' batin Meylani merasakan udara di ruangan itu sudah di dominasi dengan asap rokok.Meylani menggelengkan kepalanya dan memilih untuk meninggalkan ruangan itu, sebelum pria yang bertelanjang dada itu melihatnya dan kembali melakukan hal-hal yang tidak dia inginkan."Apa kamu benar-benar tidak ingin menikah dengan Bara melalui jalan yang sudah saya sarankan tadi?" Sepertinya Willyam mendengar langkah kaki Meylani, ketika gadis itu ingin meninggalkan ruagan.Willyam mematikan puntung rokoknya dan berbalik badan menghampiri Meylani, 'Sebenarnya, setelah kepergian Grisella beberapa tahun silam, baru kali ini saya bisa menyalurkan kembali hasrat saya kepada seorang wanita, tapi sayang sekali kamu
Selama Elviara dalam pemeriksaan. Di luar ruangan, tak henti-hentinya Nicholas mencemaskan gadis itu, menunggu hasil pemeriksaan Elviara keluar.'Ckkk, Apa mungkin dia hamil?' Sebenarnya, beberapa saat lalu Nicholas telah menyerah akan perasaanya terhadap Elviara. Namun, mengetahui kenyataan bahwa Bara dan Elviara hanya menjalin hubungan kontrak untuk memenuhi syarat agar Bara bisa mewarisi perusahaan dan juga salah-satu keinginan sang kakek, membuat Nicholas akhirnya kembali mengharapkan cinta Elviara.Sepertinya, kecemasan Nicholas bukan tentang apakah Elviara hamil atau tidak? tapi, takut menghadapi kenyataan bahwa kebersamaan Elviara dan Bara benar-benar nyata. Krietttt."Bagaimana keadaannya, dok?" tanya Nicholas, melihat seorang dokter yang tadi memeriksa Elviara keluar dari ruang pemeriksaan."Tidak ada yang serius! Pasien hanya kelelahan dan kekurangan asupan, sehingga asam lambungnya meningkat. Lain kali jangan menyepelekan penyakit ringan seperti ini, karena tidak akan baik
"Kak Bara?!" Melihat kedatangan Bara, dengan senyum yang merekah Revina segera menyambut kedatangannya.'Gadis ini masih disini?' batin Bara melihat Revina menghampirinya. "Dari mana saja kamu?" Bara terkejut setelah mendengar suara yang sangat familiar di telinganya.Kakek? kenapa kakek bisa ada di sini? Apakah kedatangan kakek ke sini khusus untuk melihat keadaan Elviana? Tapi untuk masalah seperti ini, biasanya kakek mengutus seseorang untuk datang mewakilinya. Jika kakek sampai datang ke sini sendiri, pasti ada suatu hal yang penting."Kakek, sejak kapan kakek ada di sini?" Pria berambut putih dominan itu menatap tajam ke arah Bara, dengan sebelah tangan yang bertumpu pada tongkat kayu."Tidak usah mengalihkan pembicaraan! Dari mana saja kamu? sekarang baru pulang," tanya Andreas.Setelah bertemu dengan Bara kemarin, Andreas mengira cucunya itu benar-benar patuh dengan nasehatnya dan memilih untuk kembali pulang. Namun, saat Andreas datang ke rumah sakit setelah mendapat kabar j
Sudah cukup lama Bara memeluk tubuh tunangannya. Dengan penuh kelegaan, perlahan Bara melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Elviara, memandang wajah gadis itu lekat-lekat. Sekali lagi, Bara ingin memastikan bahwa Elviara baik-baik saja."Kamu membuat saya takut," Lirih Bara, mungkin hanya Elviara yang bisa mendengar pengakuan kekhawatirannya itu."Maafkan, saya!" sahut Elviara tak kalah lirih.Bara sempat mengusap lembut kedua pipi Elviara, sebelum melangkah menjauh ke arah Andreas untuk meminta penjelasan."Apa maksud semua ini, kek? Sebenarnya, Bara tidak bisa lagi mendeskripsikan bagaimana perasaannya mengenai peristiwa yang baru saja dia alami. Antara senang, sedih, emosi, semuanya bercampur menjadi satu. "Ini tidak lucu, kek!" kesal Bara. Walaupun semua orang mempermainkannya, Bara tetap bersyukur karena tuhan tidak benar-benar mengambil tunangannya.Andreas mengangguk, menatap datar kearah cucunya. "Semakin tidak lucu lagi, kalau semua ini benar-benar terjadi! Pria keras k
"Apa? saya hamil dok?" Elviara benar-benar terkejut ketika dokter menyatakan jika dirinya hamil."Iya, bu. Sekali lagi saya ucapkan selamat! kandungan anda memasuki minggu ke lima!"'Minggu ke lima? Jadi, kejadiam di malam itu ...' Bara tidak bisa lagi berkata-kata. Ternyata kejadian tidak sengaja di malam itu berhasil menghadirkan satu nyawa di perut Elviara, dan membuatnya sebentar lagi menyandang gelar baru, sebagai seorang Ayah."Ini serius, dok? Tidak ada kesalahan saat pemeriksaan?" tanya Bara untuk memastikan."Rangkaian tes yang di lakukan oleh bu Elviara sudah terjamin ke akuratannya, pak! Jadi, tidak mungkin ada kesalahan!" sahut dokter, apa lagi yang menangani Elviara saat ini adalah dokter senior spesialis kandungan.Bara terdiam, mencerna banyak hal yang datang bertubi-tubi tanpa ia rencanakan. Penculikan itu, kejadian semalam, dan berita kehamilan Elviara.'Apa dia tidak menginginkan anak ini?' wajar saja Elviara berfikiran macam-macam ketika melihat ekspresi wajah Bara
"Kenapa kamu menanyakan hal itu?"Akhirnya, Bara mengurungkan niatnya untuk meninggalkan ruangan dan kembali duduk."Memangnya kenapa kalau saya menanyakan hal ini? Bukankah saya berhak mengetahuinya?" tanya Elviara dengan nada bicara yang tidak seperti biasanya.Ada apa dengan gadis ini? kenapa se-emosional itu? Apa ini termasuk efek dari kehamilannya? Banyak sekali pertanyaan yang muncul di otak Bara, mengenai perubahan sikap Elviara sekarang."Apa, kamu meragukan saya?" tanya Bara."Saya akan menjadi seorang ibu, saya akan selalu melindungi anak ini walaupun ayahnya tidak menginkannya!"Bara tercengang, mendengar kalimat yang baru saja terucap dari bibir Elviara. Bagaimana bisa gadis ini menilai bahwa dirinya tidak menginkan anak itu? Apa dia tidak bisa melihat semua yang saya lakukan untuknya selama ini?"Sebenarnya apa yang membuat kamu meragukan saya? Apa kamu tidak bisa menilai bagaimana sikap saya terhadap kamu selama ini?"Memang selama ini Bara selalu ada untuknya, selalu me
Dengan harap-harap cemas, Bara mengangkat panggilan telepon dari Elviara, khawatir jika gadis itu telah mengetahui beritanya."Hallo? Kenapa? Apa ada masalah?" cerca Bara, terlihat jelas kekhawatiran dari nada suaranya."Tidak. Maaf saya menganggu pekerjaan kamu. Apa saya boleh mengunjungi pak Nicholas dan juga saudari saya? saya bosan berada di kamar sendiri!"Huhhh, akhirnya Bara dapat bernafas lega. Apa yang dia khawatirkan ternyata tidak benar. "Tentu saja boleh, tapi mereka semua harus ikut!""Mereka? maksudnya?" wajar saja Elviara binggung dengan maksud Bara, karena gadis itu belum mengetahui jika Bara mempekerjakan banyak pengawal untuk menjaganya."Pengawal yang menjaga kamu!"'Pengawal?' Melihat hanya ada dirinya di dalam ruangan, Elviara berinisiatif untuk melihat keadaan di luar ruangannya. Dan sesuai dugaan, Elviara terkejut melihat cukup banyak orang berpakaian rapi, lengkap dengan jas hitam berbaris di depan kamarnya.'Ini melebihi dugaan ku,' Elviara masih tercengang, u
"Ini, ini bukan seperti apa yang kak Nicholas lihat!" sagking gugupnya, Elviana sampai terbata-bata dan salah tingkah.'Aduh, kenapa harus muncul di saat seperti ini sih?' keluh Elviana."Pfffttttt," tawa yang sejak tadi di tahan oleh Elviara akhirnya lolos. "Kakak kenapa ketawa?" tegur Elviana."Nggak apa-apa, lanjutkan saja ngobrolnya!" sahut Elviara, berniat untuk berpindah duduk di sofa bersama Srinten. Memberikan ruang untuk Nicholas dan Elviana mengobrol."Bagaimana keadaan kamu?" tiba-tiba, Nicholas mencekal tangan Elviara ketika gadis itu berpapasan dengannya."Seperti yang pak Nic lihat, saya baik-baik saja. Terimakasih banyak, waktu itu sudah menolong saya!" tidak peduli jika dirinya sudah berterima kasih berkali-kali, Elviara tetap saja mengatakan kalimat itu setiap Nicholas menanyakan kabarnya."Hahhh ... Saya senang kamu baik-baik saja. Tapi, mau sampai kapan kamu berterima kasih kepada saya!" sahut Nicholas setengah menggerutu.Elviara hanya tersenyum, dan kembali melan