"Ollie ..." suara itu membuat Cassie membeku di tempat. Ia tahu betul siapa pemiliknya.
Wangi parfum menusuk indra penciumannya saat seseorang berjalan melewatinya dan berhenti di samping Ralph. "Ollie ... lama tidak berjumpa denganmu," ucapnya kemudian tanpa permisi langsung mencium pipi kiri dan kanan Ralph seolah mereka memang kerabat dekat.Sementara itu Ralph melebarkan kedua matanya, alisnya menukik tajam, dan rahangnya mengetat. Dengan tak berperasaan, lelaki itu mendorong perempuan di depannya agar segera menjauh dari dirinya. "Jangan sok dekat denganku." Ucapnya dengan nada dingin.Perempuan itu menutup mulutnya tidak percaya Ralph akan memperlakukannya sekasar tadi. "Kau tak mengingatku, Ollie? Bukankah kita sudah lama tidak bertemu? Aku baru saja datang ke Roma setelah dua tahun pulang ke Washington. Aku datang hanya untuk menyapamu," ucap perempuan itu dengan raut kekecewaan yang tercetak jelas di wajahnya.Ralph menatap tajam pada perempuan itu. "Kita tiRalph dan Cassie tiba di vila milik Ralph. Keduanya masuk ke dalam vila bersamaan, namun berpisah di anak tangga. Ralph pergi masuk ke menaiki tangga, sementara Cassie berbelok ke dapur. Dia berniat akan memasak makan malam untuk mereka berdua, karena mereka belum sempat makan tadi.Selama satu jam kedepan, Cassie sibuk membuat beberapa hidangan di dapur dibantu dengan beberapa maid di sana."Nona, apakah lasagna ini pedas?" tanya salah satu maid dengan alis berkerut, dia terlihat mengkhawatirkan sesuatu.Cassie tersenyum tipis. "Tidak. Ralph tidak menyukai pedas, kan? Kau tidak perlu khawatir akan itu," balas Cassie dengan tenang.Setelah semua makanan disajikan, Cassie melepas celemek yang melekat di bajunya. Kemudian dia melangkah pergi untuk memanggil Ralph yang kemungkinan berada di ruang kerjanya.Seperti dugaannya, Carlo sudah berjaga di depan ruangan Ralph. Dia terlihat sedang duduk di balik meja yang tersedia khusus untuknya. "Selamat malam, nona," sapa
Alfredo Caprice memasuki ruangannya di Martinelli Restaurant. Di dalamnya sudah ada Grace yang duduk sendirian di sofa seraya memainkan gawai genggamnya."Di mana ibuku, Grace?" tanya Alfredo sembari berjalan menuju ke kursi kebesarannya.Grace meletakkan ponselnya saat mendengar suara Alfredo. "Bibi sudah pulang. Katanya ada urusan penting dengan Paman." Balas Grace sambil menatap Alfredo yang kini sudah duduk di kursinya.Alfredo mengangguk, kemudian memutar sedikit kursinya agar bisa menghadap Grace. "Kau ..." Jari telunjuknya terangkat menunjuk Grace."Sebaiknya kau menjauhi Ralph dan kekasihnya. Kau sudah tahu kan kesalahanmu sedari awal. Tak seharusnya kau mendekati Ralph lagi. Dia sangat membencimu." Lanjutnya dengan raut serius.Grace mencebikkan bibir dan memutar bola matanya dengan kedua tangan menyilang di dadanya. "Aku tidak akan melakukannya, Kak. Lagipula kenapa kau sangat mendukung hubungan mereka, sih? Aku kembali ke Roma hanya untuk menemui Ollie
Akhirnya setelah tiga hari menjalani perawatan di rumah sakit, Cassie dapat pulang dan menjalani rawat jalan. Tentu saja Cassie tidak pulang ke apartemennya, bagaimanapun dia tetap harus kembali ke vila Ralph bersama Marjorie dan Dorothea.Karena kaki kanannya belum sembuh total, maka Cassie beraktivitas dengan menggunakan kursi roda untuk sementara waktu. Marjorie juga mengantarkan Cassie sampai ke kamar Ralph."Terima kasih banyak telah membantuku, Jorie. Maaf aku terlalu merepotkanmu," ucap Cassie dengan tulus.Marjorie mengusap pundak Cassie dengan sayang, layaknya seorang ibu yang sedang mengusap anaknya. "Tidak merepotkan sama sekali, Nona. Saya senang dapat membantu Nona.""Ada yang Nona inginkan?" tanya Marjorie setelahnya.Cassie mengangguk. "Boleh tolong buatkan aku teh chamomile, Jorie? Aku ingin menenangkan diri di sini," tanya Cassie sambil menatap pada pemandangan taman belakang vila Ralph dari jendela kamar."Tentu saja. Aku akan pergi membuatk
Pagi-pagi sekali, Cassie sudah mandi dan turun ke lantai dasar untuk membuat sarapan. Para maid sudah melarangnya, termasuk Marjorie yang ikut turun tangan, tetapi dasar Cassie yang keras kepala, dia tetap melakukannya. Hanya ini usaha yang dapat dia lakukan agar Ralph tidak marah padanya lagi.Meski saat menyiapkan sarapan Cassie harus menggunakan kursi roda, namun semua hal itu tak menyurutkan semangat Cassie. Gadis itu menjatuhkan pilihannya pada masakan Asia untuk sarapan mereka. Karena menurutnya Ralph harus mencoba beberapa masakan Asia yang sering dimasak oleh ayahnya dulu. Cassie akan memperkenalkannya pada Ralph satu persatu.Setengah jam berlalu, akhirnya Cassie selesai membuat nasi goreng seafood lengkap dengan telur mata sapi. Tak lupa pula dia menyeduhkan teh melati untuk minumannya.Sambil menunggu Ralph, Cassie berbincang hangat dengan Marjorie di taman belakang. Mereka duduk bersama di bangku taman. "Aku suka sekali dengan suasana di taman ini, Jorie. Apa
"Ralph! Aku mencarimu sejak kemarin," suara itu membuat Ralph berbalik ke belakang dan mendapati James yang muncul dari arah ruang tamu.Kedua alis Ralph saling bertaut saat melihat kehadiran James yang tak diundang olehnya. "Ada apa, James?" tanya Ralph sembari menghampiri James."Aku berniat membicarakan proyek Positano sekaligus bermain ke vilamu. Hari ini sungguh membosankan," ungkap James dengan lesu.Mereka pun akhirnya pergi bersama menuju ruang kerja Ralph melalui tangga. "Sepertinya tadi aku mendengar suara perempuan yang mengobrol denganmu. Kau dan Abigail tidak jadi putus?" tanya James di sela-sela perjalanan mereka menuju ruang kerja.Ralph terlihat menegang sesaat, namun dengan cepat dia mengendalikan tubuhnya. "Tentu saja tidak. Untuk apa aku kembali dengan Abigail."James mengernyit. "Lalu, jika bukan Abigail, siapa lagi?" gumam James bertanya-tanya.Ralph tidak menjawab. Dia beralih membuka pintu ruang kerjanya dan mempersilakan James masuk.
Grace mendengus lirih, kemudian dia meraba jari kelingking kanannya dimana terdapat tato kecil di sana. "Seharusnya." Ucapnya lirih."Sebelum aku menghancurkannya." Lanjutnya dengan raut penuh penyesalan.Seorang pelayan datang mengantarkan secangkir cokelat panas milik Terra. "Terimakasih," ucap Terra sebelum pelayan tersebut pergi.Gadis itu mengangkat cangkirnya, menyesap perlahan cokelat panas tersebut. Kemudian meletakkannya kembali ke atas meja."Kupikir kau sudah selesai dengan kejadian enam tahun lalu. Kupikir juga tak ada salahnya kau berteman lagi dengan Cassie." Ucap Terra setelah keheningan yang terjadi di antara mereka.Grace melempar pandangannya ke luar cafe. Sebuah senyuman miris terlihat di wajahnya. "Ya, kuharap juga bisa begitu. Namun, kau tahu sendiri bagaimana tempramen Cassie. Sekali dia disakiti, dia akan memutuskan hubungan dengan orang itu."Terra mengangguk paham. Dia mengerti maksud Grace mengatakannya. "Jadi, kau ingin meminta bant
Seorang gadis terlihat sedang menegak minumannya di meja bar. Wajahnya sudah memerah karena mabuk, namun dia tak kunjung mengakhiri kegiatan meminumnya. "Aish ... kenapa hanya tersisa satu teguk lagi?" ungkapnya kesal. Ia menuangkan sisa whiskey dari botol tersebut ke dalam gelasnya. Lalu, dia beralih pada bartender. "Beri aku sebotol whiskey lagi," ucapnya dengan pandangan tak fokus. Dirinya benar-benar sudah mabuk berat. "Tidak bisa, Nona. Kau sudah mabuk. Sebaiknya kau pulang atau meminta rekanmu menjemputmu." Balas bartender tersebut menolak permintaan gadis itu. Tak mengindahkan ucapan bartender, gadis tersebut justru menegak lagi whiskey di gelasnya hingga tandas. Sampai tangan seseorang menahannya. "Hentikan, Grace!" seruan seorang lelaki membuat gerakan tangan gadis itu terhenti. Kepalanya menoleh dan mendapati seorang lelaki yang dikenalnya berdiri di sana. "Ollie? Kau datang untuk menjemputku? Sudah kuduga kau mas
Grace terbangun dari tidurnya dengan sakit kepala yang menyerangnya dan rasa mual di perutnya. Dia memegangi kepalanya, kemudian menutup mulutnya.Beberapa saat dia duduk terdiam di atas ranjang untuk mencerna semuanya, hingga dia tak bisa lagi menahan rasa mualnya dan langsung berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan semua isi perutnya.Grace ingat semalam dirinya datang ke The Black Dog Bar, bar milik keluarga Holt. Harapannya Ralph datang menjemputnya tatkala dirinya sudah mabuk di sana. Namun, saat terbangun tadi, Grace jelas tahu dimana dia berada saat ini.Ini bukan kediaman keluarga Holt, maupun vila yang ditinggali oleh Ralph sejak lelaki itu lulus SMA. Ini adalah rumah pribadi James Murphy, Grace mengenalinya karena sudah beberapa kali menginap di sini.Grace melempar pandangannya pada cermin di depannya. Sekarang dia tak mengenakan apapun selain dalaman. Tubuhnya dihiasi oleh beberapa bekas gigitan yang memerah. Semua ini pasti ulah James yang mengambil kesempatan pada saat