Beranda / CEO / Kekasih Gelap Ceo Arogan / Bab 3. Tawaran Pekerjaan?

Share

Bab 3. Tawaran Pekerjaan?

Penulis: Abigail Briel
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-01 12:26:40

Plak ...!

Satu tamparan keras menyambut Lean setibanya ia di rumah mewah milik keluarganya.

Dialah Leon Marquess, ayahnya yang telah memberikan tamparan dan kini tengah menatapnya dengan wajah merah padam

"Kau sangat memalukan, Lean! Tahukah kau apa yang telah Brad katakan tentangmu?!"

Terduduk di lantai rumahnya yang dingin, Lean sama sekali tidak mampu menjawab pertanyaan tersebut.

Bukan hanya ayahnya, bahkan Eve pun turut serta menatap dirinya dengan wajah muak.

"Bukankah semalam sudah kukatakan agar kau tidak lagi membuat masalah di pesta, Lean? Mengapa kau tidak mendengarku?” Eve melipat kedua tangannya di depan dada dan menatapnya sinis. “Kau tahu, semalam Brad dan Isla mengatakan padaku bahwa kau telah merayu seorang pria karena patah hati. Apa itu benar?!"

"Mungkin gara-gara sifatmu inilah yang membuat Brad akhirnya memutuskan pertunangan kalian.” Sang Ayah mendengus kasar. Ia lantas menatap tajam ke arah putri bungsunya dan kembali berkata, “Kau dilarang keluar dari kamar.”

Bruk!

Pintu kamar ditutup, sang ayah dan Eve meninggalkan Lean setelah mengunci pintu kamarnya dari luar.

Lean tahu ia bisa membela dirinya, tetapi percuma. Apa pun yang ia ucapkan akan dianggap sebagai alasan atas perbuatannya—tidak pulang semalam, membuat kegaduhan di pesta, hingga alasan pertunangannya yang kandas.

Tak lama usai pintu tersebut ditutup, Lean mengepalkan kedua tangannya dengan wajah kesal. "Mungkinkah Brad dan Isla telah bekerja sama untuk menjebakku?"

**

Pukul 2 siang, pintu kamar yang terkunci itu tiba-tiba terbuka. Eve tiba-tiba menemui Lean dengan wajah yang masih terlihat kesal, tetapi penuh tanda tanya.

"Seseorang baru saja datang untuk bertemu dengan Ayah, Lean."

Lean yang tengah membaca buku bisnis untuk membunuh kebosanan itu menoleh ke arah saudaranya.

Eve melangkah ke arah ranjang Lean yang kosong, lantas menjatuhkan bokongnya di pinggiran ranjang,

"Orang itu bertanya tentangmu."

Lean tidak menanggapinya, netranya lurus memperhatikan wajah Eve, menunggu sang kakak melanjutkan kalimatnya.

"Seseorang telah mengirimnya ke sini untuk menawarkan pekerjaan padamu, dan Ayah sudah menyetujuinya."

"Pekerjaan?" Lean menautkan kedua alis indahnya.

Ia tidak mengerti mengapa ada orang yang menawarkan pekerjaan padanya, sedangkan ia sendiri belum pernah melamar ke perusahaan mana pun sebelumnya.

Memiliki Impian untuk bisa bekerja di perusahaan bonafit dan berlevel internasional—minimal seperti perusahaan tempat Eve bekerja, membuat Lean memilih mempersiapkan dirinya lebih dulu. Untuk itu, ia begitu keheranan kala mendengar seseorang menawarinya pekerjaan, bahkan langsung datang ke rumahnya.

"Tapi bukan di kota ini, Lean! Kau, ditawarkan untuk bekerja di Kota L."

"Kota L?" sesaat Lean tertegun, "Mengapa?" tanyanya kemudian, dengan wajah bingung.

"Sebaiknya, Ayah saja yang akan menjelaskannya padamu nanti." Eve lalu beranjak dari pinggiran ranjang, melangkahkan kakinya ke arah Lean, dan menepuk pundak Adiknya itu sembari tersenyum tipis. "Jangan takut, Lean! Ini gebrakan besar untukmu, sebab kudengar perusahaan itu jauh lebih besar dari perusahaan cabang tempatku bekerja. Jadi, kuharap kali ini kau tidak menyianyiakan kesempatan itu.”

Setelah kepergian Eve, Lean mengernyit. Ia benar-benar merasa bingung dengan apa yang telah terjadi padanya sejak kemarin.

Sebelum menerima kabar mengejutkan ini, ia pikir ia sedang sial. Bayangkan saja, bertubi-tubi masalah datang menghampiri Lean silih berganti.

Mulai dari pertunangannya yang putus, lalu memergoki mantannya berselingkuh dengan sahabatnya, hingga kejadian seseorang tampaknya mencoba menjebaknya semalam.

“Mungkinkah pria itu juga orang suruhan Brad?” pikir Lean lagi. Ia lalu mengingat-ingat kembali kejadian semalam, berikut hal-hal detail yang mungkin mencurigakan dari pria tersebut yang bisa saja ia lewatkan.

Rosi.

Seketika Lean mengingat sebuah nama yang disebut oleh pria itu semalam.

Kerutan di dahi wanita itu kembali muncul. Ia jadi penasaran … "Siapa dia? Dan ... mengapa dia terus memanggilku dengan nama Rosi?"

Komen (27)
goodnovel comment avatar
Kucing_orens
apakah lelaki itu yg menawarkan pekerjaan untuk lean pada ayahnya?
goodnovel comment avatar
Ugik Kph
kenapa pak Leon Marquess lebih percaya pada Brad daripada percaya pada anaknya sendiri. siapa yang datang menemui pak leon dan menawarkan pekerjaan untuk Lean ...
goodnovel comment avatar
Alika Nayla
siapa ya kira² yg nawarin lean kerjaan,, eh apa benar yg mau menjebak lean itu si brad ya,, kalau iya berarti si brad sama selingkuhannya benar² jahat banget
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 4. Kapan Aku Harus Pergi?

    "Apakah Eve sudah berbicara padamu tentang tamu yangdatang menemui Ayah kemarin?"Sehari setelah Eve memberitahunya, sang ayah akhirnya mendatangi Lean secaralangsung.Sesaat, Lean tidak langsung merespons pertanyaan sang ayah,sebab ia sibuk memperhatikan garis wajah pria tua itu.Kemarahan ayahnya sudah terlihat menurun, jika ditinjau daritatapan juga intonasi nada pria tua itu pada Lean."Eve sudah menjelaskan sedikit padaku kemarin, Ayah." Lean menjawabsetelah beberapa saat terdiam.Diam-diam, Lean jadi makin penasaran … apakah tamu kemarinyang membuat kemarahan ayahnya surut?Dan siapa tamu itu yang telah berhasil mengubah sikapayahnya menjadi seperti sekarang?"Tamu kemarin adalah salah seorang bawahan dari Sahabat Ayah yang tinggaldi Kota L.” Perkataan sang ayah membuat Lean melebarkan matanya. “Dia datangmembawa pesan dari Sahabat Ayah yang ingin memperkerjakanmu di salah satuPerusahaan miliknya.""Mengapa Sahabat Ayah ingin agar aku bekerja di Perusahaannya?" tanyaL

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-01
  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 5. Perjodohan?

    Esok harinya pukul 9 pagi, setelah satu jam perjalanan dengan pesawat—Lean pun tiba di Kota L. Ia dijemput oleh seorang pria paruh baya yang langsung mengantarkan dirinya ke sebuah mansion mewah. "Lean Marquise? Selamat datang, duduklah!" Seorang pria berusia senja yang tengah duduk di belakang meja kerjanya, menyambut kedatangan Lean dengan senyuman hangat ketika Lean telah tiba di mansion.Lean menundukkan kepalanya dengan sopan pada pria itu, sebelum ia menjatuhkan bokong rampingnya pada kursi yang telah disediakan untuknya. "Bagaimana kabar Ayahmu?" tanya pria itu membuka percakapan, begitu mereka duduk berhadapan. "Baik, Tuan Besar," sahut Lean, sembari tersenyum canggung.Pria yang baru saja Lean panggil dengan panggilan Tuan Besar itu manggut-manggut di hadapan Lean. Dia adalah Tuan Besar Gail, Bangsawan nomor satu di Kota L. "Aku senang mendengarnya. Kami sudah lama tidak bertemu. Aku bahkan baru tahu kalau putri bungsunya sudah menjadi seorang wanita yang sangat cantik," t

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-03
  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 6. Tugas Aneh.

    "Hmm, apakah kita pernah bertemu, Nona Lean?" tatapan pria yang berada di balik meja itu sangat tajam pada Lean. Namun Lean mencoba untuk tidak mengacuhkannya dan membalas tatapan itu dengan berani. "Silakan, duduk!" ujar pria itu, menunjuk pada kursi yang terdapat di hadapan Lean.‘Dia … tidak mengenaliku?’Lean mengernyit, merasa bingung atas reaksi pria itu terhadap dirinya. Namun hal itu tidak berlangsung lama, sebab ia kembali teringat pada kalimat Edward yang menyebutnya sebagai Rosi.Suara bariton Edward kemudian kembali terdengar, memutus pikiran sibuk Lean. "Nona Lean, duduklah!"Perintah bernada dingin berbarengan dengan raut serius pada wajah Edward kala ia menatap pria itu. Lean yakin, dilihat dari ekspresi tersebut, pria yang telah dijodohkan padanya ini kemungkinan benar-benar tidak tahu jika mereka pernah melewati malam bersama. "Baik, Tuan Edward." Lean menganggukkan kepalanya, menarik kursi yang ada di hadapannya lalu menjatuhkan bokong rampingnya di atas kursi terse

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-30
  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 7. Hari Pertama Bekerja.

    "Huft!" Lean menghembuskan nafas dengan kasar setelah ia menutup pintu ruangan Edward.Sesaat, ia termangu memperhatikan kesibukan yang tampak di luar kantor Edward. Namun, lamunannya itu tersentak oleh teguran seseorang."Nona Lean Marquise, bisa ikut denganku sebentar?"Pria itu, yang baru saja menegur Lean tak lain adalah Anton. Anton tampak menggerakkan kepalanya ke kiri tak lama setelah Lean berpaling padanya.Dengan kening berkerut, Lean mengikuti pria itu menuju ke sebuah ruangan."Ini ruangan Anda, Nona Lean. Dan jika Anda membutuhkan bantuanku— ruanganku berada tepat di samping ruangan Anda." Anton menunjuk pada ruangan lainnya yang hampir sebagian dindingnya terbuat dari kaca tebal. Persis dengan ruangan yang ia tunjukkan sebelumnya pada Lean. "Oh ya, satu lagi. Biasanya aku yang bertugas untuk menemani Tuan Edward ke lapangan, tapi karena belakangan pekerjaan di Perusahaan sangat menumpuk. Tugas itu kini kuserahkan pada Anda."Mulut Lean terbuka ingin protes, namun Lean ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-03
  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 8. Menemani Edward Gail.

    "Tolong jaga sikap Anda, Tuan Edward." Lean memiringkan kepalanya, sedikit menjauh dari wajah Edward. Namun hal itu justru membuat lehernya yang putih dan bersih terpampang tepat di depan mata Edward. Kulit Lean yang seputih hamparan salju di musim dingin, membuat Edward yang melihatnya sontak mengetatkan rahangnya. 'Sial, apa yang kupikirkan?' dengan cepat Edward menarik kepalanya ke belakang, dan kembali menegakkan tubuhnya. Ia juga berdehem pelan dan menutupi sebagian wajahnya dengan telapak tangannya untuk meredakan detak jantungnya yang tiba-tiba berlomba di dalam dadanya. 'Kau menyukainya, Edward? Apa kau menyukainya karena wanita ini sangat mirip dengan Rosi?' celetuk hatinya. "Oh, diamlah brengsek!" geram Edward dengan suara yang sangat pelan. "Anda mengatakan sesuatu, Tuan Edward?" Lean membalikkan tubuhnya, menatap Edward dengan netranya yang berwarna abu-abu cerah. Di bawah tatapan Lean, saat kelopak mata indah itu mengerjap, dan bulu mata Lean yang panjang dan lentik

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-04
  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 9. Bisakah Aku Menaklukan Pria Ini?

    "Lean, apa kau bisa mengirimkan laporan ini kepada Anton?" tanya Edward, di dalam ruangan kantor sebuah Mall. Di depan Manajer Mall tersebut."Bisa, Tuan Edward." Lean pun mengambil berkas yang disodorkan Edward padanya, membawa berkas itu ke sofa dan meletakkannya ke atas meja. Setelahnya, ia segera membuka tas yang ia bawa, mengeluarkan laptop miliknya dari dalam tasnya dan meletakkan laptop itu di samping berkas yang telah ia ambil dari Edward.Edward menghampiri Lean kala melihat wanita itu mulai mengerjakan apa yang telah ia perintahkan tadi. Ia bahkan duduk di samping Lean, membuat wanita itu menghentikan apa yang sedang dilakukannya.Lean menatapnya, kening wanita itu tampak berkernyit, seolah Lean merasa terganggu dengan kehadirannya yang duduk terlalu dekat dengan wanita itu."Aku hanya ingin melihat bagaimana kau melakukannya. Jadi, jika ada kesalahan, aku bisa memberitahumu," tukas Edward."Anda tidak perlu khawatir, Tuan Edward. Eve sering mengajariku untuk melakukan hal in

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-05
  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 10. Mungkinkah Aku ...

    "Ternyata sudah hampir pukul 12." Edward melirik arloji mewah yang melingkar di pergelangan tangannya. Setelahnya, ia lalu mengalihkan pandangannya pada Lean yang masih tampak sibuk di sampingnya. "Bagaimana?" celetuknya sambil memajukan tubuhnya untuk mendekati Lean.Lean menghentikan gerakan jemarinya sejenak, menoleh pada Edward saat wangi parfum pria itu yang beraroma maskulin menyapa indera penciumannya. Oh, Tuhan. Apakah pria ini benar-benar tidak mengerti bahwa dirinya sangat menggoda?"Aku sudah menyelesaikannya, Tuan Edward. Apakah laporan ini juga harus kukirimkan pada Anton?""Bisakah kau melakukannya dengan cepat? Karena sebentar lagi aku harus bertemu Oliver untuk makan siang bersama." Edward kembali melirik jam tangan mewahnya. "Bisa, Tuan. Sebentar." Lean dengan cepat menggerakkan jemarinya di atas keyboard laptop. Tatapannya lurus ke arah layar, dan berselang beberapa menit, "Sudah terkirim, Tuan Edward," lapornya. Diam-diam, ia melirik ke arah Edward dengan sudut mat

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-06
  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 11. Bertemu Oliver Di Resto Les Jardins.

    "Tuan Edward, mobil Tuan ada di sana!" tunjuk Lean pada mobil Edward yang terparkir di parkiran khusus di depan Mall. Edward hanya melirik mobilnya sekilas, namun ia tetap menarik tangan Lean, menyeret wanita itu agar mengikuti dirinya. Tujuannya tak lain adalah Resto Les Jardins yang terletak tak jauh dari Pusat Perbelanjaan Mewah yang baru saja ia kunjungi. Tempat di mana ia, Oliver, dan Pamannya, biasa menikmati makan siang mereka. "Tu-Tuan Edward, bukankah Anda sudah terlambat untuk bertemu dengan Tuan Oliver? Lalu, mengapa kita tidak naik mobil saja?" usul Lean, sambil menatap bingung pada Edward yang tengah memasang wajah datar. Pria ini sama sekali tidak peduli terhadap tatapan dari orang-orang yang berpapasan dengannya. Baik pria, ataupun wanita, semua tampak menatap padanya, pada Edward Gail. "Aku lihat kau belum membaca agendaku dengan benar, Lean Marquise," celetuk Edward. Ia melirik Lean dari sudut matanya, lalu kembali menatap ke depan. Pada papan nama mewah yang bertu

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-07

Bab terbaru

  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 204. Perpisahan. (The End)

    Sesaat berselang, kecemasan mulai mengisi ruang persalinan. Dokter Nora dan para perawat serta satu Dokter yang menemaninya— tampak sibuk berusaha mengembalikan tanda vital Lean. Tak jauh dari para medis itu, Edward hanya bisa termangu sembari mendekap putra mungilnya. Tatapan matanya yang berkabut terus memperhatikan wajah Lean yang terlihat semakin pucat."Oh, Sayang. Kumohon, jangan tinggalkan kami," bisiknya lirih. Kelopak matanya terasa semakin panas, dan Edward bisa merasakan kalau matanya perlahan-lahan telah mulai berair. Sebelumnya, ia pernah merasakan kehilangan seorang wanita, namun rasanya tidak sesakit apa yang Edward rasakan sekarang.Setelah puluhan menit berlalu dalam ketegangan, tiba-tiba Edward melihat Dokter Nora melemparkan pandangan ke arahnya. Raut wajah wanita itu tampak tegang dan ragu."Jangan katakan!" Edward menggeleng keras, sama sekali tidak ingin mendengar berita buruk yang ingin Dokter Nora sampaikan padanya. "Tuan Edward ... maaf, kami sudah berusaha

  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 203. Harapan Dan Ketegangan.

    Sebelum ia pergi menemui Lean di ruang rawat inap, Edward menarik napas dalam-dalam terlebih dahulu. Baru kemudian memberanikan diri untuk menemui istrinya itu. Sementara Anton menunggunya di luar ruangan. Semula, Edward ingin membawa serta Dokter Nora bersamanya, tetapi menurut Eve— sebaiknya ia menemui Lean sendiri terlebih dahulu. Ketika Edward berada di dalam ruang rawat inap yang Lean tempati, aroma desinfektan yang bercampur pewangi ruangan langsung menyambutnya. Tetapi Edward mengacuhkannya dan justru menatap lurus ke arah sesosok tubuh ringkih yang sedang tertidur di atas ranjang. Edward mendekati ranjang tersebut sambil memberi isyarat pada perawat jaga yang ada di dalam ruangan itu agar tidak mengejutkan istrinya. Perawat itu mengangguk pada Edward dan segera pergi meninggalkan ruangan demi memberi waktu pada Edward. Ia telah melihat pria ini sebelumnya di luar saat Edward berbicara sangat serius pada Eve, karena itu ia membiarkan saja Edward yang kemungkinan adalah suam

  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 202. Menyesal.

    Malam masih menyelimuti vilanya, dan suara ombak bergema di telinga Edward, membuat hatinya merasa sedikit lebih tenang. Namun, ketenangan itu segera pudar ketika pikirannya terfokus pada Lean. Rasa cemas terasa mengungkungnya juga tekad yang baru mulai tumbuh dalam dirinya. Tidak ingin terlarut dalam perasaan itu, Edward segera menghubungi Ben. Dan setelah beberapa saat ... “Selamat malam, Tuan Edward. Ben di sini.” Suara Ben yang datar mulai terdengar dari seberang panggilan.“Ben, ada yang ingin kukatakan padamu.” Sebelum melanjutkan kalimatnya, Edward membenarkan posisi duduknya terlebih dahulu. Samar-samar suara gemuruh ombak yang terdengar dari kejauhan, menyapa indera pendengarannya.“Ada apa, Tuan Edward? Apakah ada yang bisa kubantu?” tanya Ben, nada suaranya penuh perhatian.“Begini. Dalam dua hari ke depan, aku ingin pergi ke Zurich. Kau pasti sudah mendengar kalau istriku telah kembali ke kota kelahirannya, 'kan?”“Tuan Ernest baru saja menghubungiku tentang rencana An

  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Babb 201. Harapan Baru.

    Sore hari, pulang dari Gail Mart, Edward meminta pada Anton untuk pergi ke mansion milik kedua orang tuanya. Ada sesuatu yang ingin ia tanyakan pada ayahnya.Dalam perjalanan, dari kursi belakang sedan ia memperhatikan Anton dengan wajah serius. Membuat Anton yang tanpa sengaja melirik kaca spion mobil sontak terkejut."Ada apa, Tuan? Apakah ada sesuatu yang ingin Tuan katakan padaku?" celetuk Anton.Edward mengangguk pelan, "Apa Rosi sudah kembali ke mansion Paman?" tanyanya. "Sudah, Tuan Edward. Nyonya Rosi langsung pulang malam harinya ketika Tuan Ernest datang untuk menjemputnya. Oh ya, Tuan. Hari ini Tuan Ernest juga menghubungiku. Maaf aku lupa memberi tahu Anda. Kata Tuan Ernest, Tuan Ernest mengenal seorang Dokter yang hebat saat berada di Dubai. Dokter itu adalah Dokter keluarga milik Kolega Tuan. Tuan Ernest ada meninggalkan nomor teleponnya padaku, aku sudah menghubungi Dokter itu, Tuan. Dia memiliki cara untuk menyelamatkan Nyonya Lean dan juga bayinya, hanya saja ...." A

  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 200. Ide Wilhelm.

    Senyum Brad sontak memudar, “Aku hanya ingin kau tahu kalau kau bisa mengandalkanku jika kau membutuhkan sesuatu, tidak lebih. Seperti yang kau katakan tadi, kita sudah berpisah, tetapi apakah aku tidak boleh peduli padamu?”Lean hampir membuka mulut untuk membalas ucapan Brad itu, namun dengan cepat Eve menyentuh tangan Lean lalu menggelengkan kepalanya pada adiknya itu. Setelah itu, ia menoleh pada Brad. “Kau lihat, bukan? Kau tidak seharusnya berada di sini, Brad. Lean sedang dalam keadaan yang sangat rentan. Keberadaanmu justru memperburuk situasi,” cetusnya emosi. Lean merasakan ketegangan yang terus meningkat antara kakaknya dan Brad. Naluri melindungi Eve membuatnya merasa sedikit tertekan, tetapi di sisi lain, ia juga merasa bahwa hanya dirinya yang dapat menentukan keputusan untuk dirinya sendiri.“Eve, tolong! Aku bisa mengurus diriku sendiri,” kata Lean dengan suara yang masih bergetar. Ia kemudian berpaling pada Brad. "Brad, aku menghargai niat baikmu. Tapi seperti yang

  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 199. Masa Lalu Adalah Masa Lalu.

    Keberangkatan Lean ke Zurich mengubah banyak hal. Sejak Lean memutuskan pergi, rasa cemas dan gelisah tidak pernah lepas dari pikiran Edward. Meskipun ia berusaha untuk tetap fokus pada pekerjaannya, benak dan hatinya selalu terikat pada sang istri dan kesehatan istrinya itu. Di sisi lain, Lean kini berada di rumah sakit Zurich, berharap ia bisa menemukan cara untuk menjaga bayinya agar tetap aman sekaligus memikirkan dirinya sendiri.Di kota kelahirannya, hari-hari awal Lean dipenuhi dengan rangkaian perawatan medis yang melelahkan. Eve, yang kini telah bahagia dengan kehidupan barunya sebagai istri Luis, berusaha untuk mendampingi sang adik semaksimal mungkin. Ia sering merasa tidak nyaman kala menemukan Lean yang tampak stres dan juga ketakutan menghadapi hal yang tidak pasti. Setiap hari, Eve mencoba mengajak Lean untuk berbincang, berbagi cerita dan memperkuat semangat satu sama lain meski di tengah rasa cemas yang selalu hadir menemani mereka.“Aku tidak tahu bagaimana melakuk

  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 198. Kemarahan Dan Mengikhlaskan.

    Lean kemudian diam dalam keheningan, mengabaikan tatapan cemas Edward dan juga Leon. Suara bising dari alat medis di ruangan itu seolah mengingatkannya bahwa waktu terus berjalan, sementara ketegangan di antara mereka semakin mencekam. Tangan Lean masih terjepit dalam genggaman Edward, dan rasanya seperti dunia di sekitarnya perlahan menghilang. "Sayang?" Edward mencoba lagi dengan lembut, tetapi Lean sudah menatap keluar jendela, menghindari tatapan matanya. Di dalam hatinya, Lean merasakan pertempuran yang tak berujung. Selama ini ia berusaha dengan sangat keras untuk selalu kuat menghadapi apapun, tetapi saat ini, Lean merasakan ada sesuatu yang menggerogoti keputusannya. Ia bukan hanya menghadapi penyakitnya sendiri, tetapi juga risiko yang bisa merenggut nyawa bayi yang ia cintai."Edward, aku perlu waktu." Akhirnya Lean angkat berbicara. Suaranya terdengar lemah, namun digerakan oleh tekad yang kuat."Sayang, aku hanya ingin kau baik-baik saja." Edward menjelaskan kembali, tet

  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 197. Kekerasan hati Lean.

    "Maaf, Nak. Tidak ada yang bisa aku lakukan pada Ibunya ketika dia memaksa untuk melahirkan Lean hingga akhirnya kematian merenggutnya dari kehidupan kami," terang Leon dengan wajah lesu ketika satu jam kemudian ia datang ke rumah sakit setelah Edward menghubunginya tentang kondisi Lean. Edward memperhatikan wajah ayah mertuanya itu yang tampak murung. Sebelumnya, ia pernah berpikir bahwa Leon adalah seorang ayah yang sedikit egois dan pilih kasih terhadap Lean. Namun setelah Leon menjelaskan alasan dari sikapnya selama ini terhadap putrinya itu, Edward baru mengerti jika sebenarnya Leon sedang melindungi Lean dengan caranya sendiri. "Aku ingin dia memiliki seseorang yang sangat peduli padanya. Jadi ketika Tuan Besar meminta Lean untuk menjadi calon istrimu— aku langsung menyetujuinya. Eve pernah bertengkar denganku gara-gara keputusanku itu. Tapi mendengar gosip tentangmu yang beredar di Zurich bahwa kau hanya menyukai satu wanita sepanjang hidupmu, aku pikir kau bisa menyayangi Le

  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 196. Harapan.

    Wilhelm kemudian menjauhi Edward, ia menghubungi seseorang dan berbicara dengan wajah serius. Dari tempatnya berdiri, Edward terus memperhatikan sahabatnya itu. Setelah 15 menit berlalu, Wilhelm tampak memutuskan panggilan telepon dan kembali menghampiri dirinya. "Aku sudah bertanya pada sahabatku yang berada di luar negeri, aku telah memintanya untuk memeriksa apakah keluarganya mengenal seorang Dokter yang sangat berpengalaman tentang masalah kehamilan?" terang Wilhelm. Edward hanya diam, berusaha menanggapi ucapan sahabatnya tadi dengan senyuman yang terasa getir. "Ini akan butuh waktu, sebaiknya aku menemani Lean terlebih dahulu sambil menunggu kabar darimu," ujarnya. Wilhelm mengangguk setuju. "Itu yang sedang kupikirkan. Temanilah dia! Aku tidak ingin lagi melihatnya tampak tertekan seperti beberapa jam yang lalu." Ia lagi-lagi menepuk pundak Edward untuk menunjukkan dukungannya terhadap sahabatnya itu. "Terima kasih, Will." Edward kemudian bergegas pergi usai ia berbicara

DMCA.com Protection Status