Home / CEO / Kekasih Gelap Ceo Arogan / Bab 6. Tugas Aneh.

Share

Bab 6. Tugas Aneh.

Author: Abigail Briel
last update Last Updated: 2024-04-30 04:27:31

"Hmm, apakah kita pernah bertemu, Nona Lean?" tatapan pria yang berada di balik meja itu sangat tajam pada Lean. Namun Lean mencoba untuk tidak mengacuhkannya dan membalas tatapan itu dengan berani. "Silakan, duduk!" ujar pria itu, menunjuk pada kursi yang terdapat di hadapan Lean.

‘Dia … tidak mengenaliku?’

Lean mengernyit, merasa bingung atas reaksi pria itu terhadap dirinya. Namun hal itu tidak berlangsung lama, sebab ia kembali teringat pada kalimat Edward yang menyebutnya sebagai Rosi.

Suara bariton Edward kemudian kembali terdengar, memutus pikiran sibuk Lean. "Nona Lean, duduklah!"

Perintah bernada dingin berbarengan dengan raut serius pada wajah Edward kala ia menatap pria itu.

Lean yakin, dilihat dari ekspresi tersebut, pria yang telah dijodohkan padanya ini kemungkinan benar-benar tidak tahu jika mereka pernah melewati malam bersama.

"Baik, Tuan Edward." Lean menganggukkan kepalanya, menarik kursi yang ada di hadapannya lalu menjatuhkan bokong rampingnya di atas kursi tersebut. "Oh ya, maafkan sikap saya tadi, Tuan. Tadi saya pikir Tuan adalah seseorang yang saya kenal, tapi sepertinya saya salah."

"Oh? Apakah wajahku ini terlihat pasaran?" Edward menatap Lean dengan menumpukan kedua sikunya di atas meja serta jemari kedua tangannya yang saling bertaut, tanpa mengubah raut datar yang ia tampilkan di wajahnya.

"Tidak, Tuan Edward." Lean menggelengkan kepalanya. "Mana mungkin wajah Anda yang tampan itu terlihat sangat pasaran di luar sana? Ini semua karena ingatan saya yang salah," tambah Lean lagi.

Tanpa ia duga, Edward justru menyunggingkan seraut senyum tipis di sudut bibirnya. Senyum itu membuat ia berpikir, apakah pria ini adalah seorang pria narsis yang sangat menyadari tentang pesona yang dimilikinya. Pesona yang mampu meruntuhkan iman para wanita yang ada di luar sana, kecuali dirinya tentunya.

"Kau sudah bertemu dengan Kakekku, Nona Lean?" lontar Edward.

Lean mengangguk pelan, "Sudah, Tuan Edward."

"Apakah itu artinya kau sudah tahu apa yang harus kau lakukan di Perusahaan ini?"

"Seperti yang saya katakan tadi, Tuan. Mulai hari ini saya akan bertugas sebagai Sekretaris Anda," sahut Lean, mengacuhkan rasa sebal yang ia rasakan di dalam hatinya terhadap Edward.

Tidak ada wanita waras yang langsung bisa bersikap suka pada pria yang telah merenggut mahkotanya. Namun, hal ini pengecualian untuk Edward. Sebab, selain karena pria itu mencoba untuk membantunya, pria itu juga sedang dalam keadaan mabuk berat.

Jadi, wajar saja jika Edward tidak mengenalinya saat pria itu dalam keadaan sadar. Hanya saja, hal yang terus-terusan mengusiknya kala ia berhadapan dengan pria itu adalah … ia tidak terima dianggap sebagai wanita lain.

Rosi. Siapa wanita itu hingga merasuk sanubari Edward, sang penerus Gail Group?

"Kau benar, memang itulah tugasmu.” Edward berkata dengan tegas. “Dan sebagai Sekretarisku, kau harus selalu siap selama 24 jam. Jadi, kapan pun aku memanggilmu kau harus datang!"

"Tapi, tugas saya hanya sebagai Sekretaris Anda, Tuan Edward," protes Lean, "Dan sebagai Sekretaris, saya hanya bekerja pada Anda selama jam kantor.”

"Kau tidak mungkin lupa, 'kan kalau saat ini kau bekerja di sebuah Perusahaan yang bertaraf Internasional?" Edward mengurai tautan jemarinya lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa, kemudian melipat kedua tangannya di dada.

Tampilan Edward saat ini mengingatkan Lean pada sebuah novel yang pernah ia baca, tentang karakter seorang Bos arogan. Namun, jika Edward berpikir ia adalah tokoh wanita yang bisa pria ini tindas, maka Edward salah. Salah besar!

"Saya tidak lupa kalau Perusahaan Gail Mart adalah sebuah Perusahaan yang bertaraf Internasional. Karena itu, saya akan berusaha sebaik mungkin untuk mengerjakan semua pekerjaan saya sesuai dengan draft yang telah saya terima."

Edward tiba-tiba terkekeh pelan, salah satu sudut bibir pria itu juga sedikit terangkat naik.

Sementara Lean, kembali mengerutkan keningnya. Apakah itu senyuman sinis? Apa pria ini sedang meremehkan kemampuannya?

"Aku tidak meragukanmu, Nona Lean." Edward memajukan tubuhnya, hingga menempel ke pinggiran meja kerjanya. "Tapi sepertinya kau belum membaca semua persyaratan yang telah tertulis di dalam kontrak tugasmu sebelum kau menanda tanganinya. Sekarang, menurutku semua itu sudah terlambat."

Dengan senyum tipis yang masih tersisa di sudut bibirnya, Edward mengangkat sebuah map dari tumpukan map yang berada di atas mejanya. Membuka salah satu halaman dan menyodorkannya ke hadapan Lean.

Lean membaca semua yang tertera di halaman itu dengan teliti, dan di salah satu baris, ia menemukan satu tugas yang belum pernah ia baca sebelumnya.

Bingung dengan draft tugas barunya, Lean reflek membolak-balik setiap halaman demi mencari tanda tangannya. Akhirnya, ia menemukan tanda tangannya di halaman terakhir dari draft tugasnya.

"Ini tidak mungkin!" desisnya, mengangkat wajahnya, lalu menatap Edward dengan wajah kesal. Kesal karena ia merasa dipermainkan oleh Tuan Besar Gail.

"Bacalah! Aku ingin mendengarnya," titah Edward, lalu menjatuhkan punggungnya dengan keras ke sandaran kursi kerjanya hingga menimbulkan suara berderit.

"Tapi ini ...."

"Baca, Nona Lean!" titah Edward lagi dengan satu alis terangkat naik.

Lean memicingkan matanya, tak percaya jika saat ini akhirnya ia bisa bertemu dengan seorang pria yang sangat arogan seperti karakter pria yang sangat ia benci di dalam novel.

"Baik, Tuan Edward." Lean membalik kembali draft tugasnya, mencari halaman yang telah Edward tunjukkan padanya sebelumnya. "Selama 24 jam penuh dan di setiap kali dibutuhkan, harus segera datang," ucapnya lantang.

Edward merapatkan bibirnya, berusaha keras untuk menahan bibirnya agar tidak tersenyum. Bahkan, ia juga langsung memasang wajah datar ketika Lean mendongak dan menatapnya dengan wajah emosi.

"Pasti ada kesalahan dengan draft tugas ini!" protes Lean sekali lagi, sambil menunjuk kalimat yang baru saja ia baca.

"Hmm, draft tugas itu disusun oleh Kakekku. Bukankah beliau yang telah memanggilmu ke sini?"

"Itu benar, tapi ...."

"Keluarlah, Nona Lean! Melaporlah pada asistenku, nanti dia yang akan mengantarmu ke meja yang akan kau tempati."

Lean bergeming, terus menatap wajah Edward dengan emosi.

Menyadari hal itu, Edward kembali menatap tajam pada Lean. "Ada yang ingin kau katakan padaku, Nona Lean?" celetuknya.

"Tidak ada, Tuan Edward," sungut Lean. Dan, sambil mengepalkan kedua tangannya ia pun segera beranjak dari kursi. "Aku akan mengerjakan tugasku dengan baik, Tuan," ujarnya kemudian memutar tubuh, bersiap pergi. Namun sebelum itu … Lean berujar dengan suara kecil, seperti orang yang mengumpat. "Asal Anda tidak memintaku untuk tidur bersama Anda."

Namun, hal yang tidak terduga justru terjadi. Di saat ia akan bergegas pergi meninggalkan ruangan Edward, ia sontak terpaku oleh ucapan pria itu.

"Akan kupikirkan usulmu itu, Nona Lean. Jadi, silakan datang padaku kalau kau membutuhkan kehangatan."

Degg ...!

Comments (28)
goodnovel comment avatar
Kucing_orens
bentar deh, apa edward pura2 tidak mengenali lean ya ??
goodnovel comment avatar
Wiwin Winarsih
kesini gra2 baca diva dn elvan.kok mlh gnt yg lain sh ceritany
goodnovel comment avatar
Malia Lia
ni nma nya kok beda elvan sma diva
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 7. Hari Pertama Bekerja.

    "Huft!" Lean menghembuskan nafas dengan kasar setelah ia menutup pintu ruangan Edward.Sesaat, ia termangu memperhatikan kesibukan yang tampak di luar kantor Edward. Namun, lamunannya itu tersentak oleh teguran seseorang."Nona Lean Marquise, bisa ikut denganku sebentar?"Pria itu, yang baru saja menegur Lean tak lain adalah Anton. Anton tampak menggerakkan kepalanya ke kiri tak lama setelah Lean berpaling padanya.Dengan kening berkerut, Lean mengikuti pria itu menuju ke sebuah ruangan."Ini ruangan Anda, Nona Lean. Dan jika Anda membutuhkan bantuanku— ruanganku berada tepat di samping ruangan Anda." Anton menunjuk pada ruangan lainnya yang hampir sebagian dindingnya terbuat dari kaca tebal. Persis dengan ruangan yang ia tunjukkan sebelumnya pada Lean. "Oh ya, satu lagi. Biasanya aku yang bertugas untuk menemani Tuan Edward ke lapangan, tapi karena belakangan pekerjaan di Perusahaan sangat menumpuk. Tugas itu kini kuserahkan pada Anda."Mulut Lean terbuka ingin protes, namun Lean ti

    Last Updated : 2024-05-03
  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 8. Menemani Edward Gail.

    "Tolong jaga sikap Anda, Tuan Edward." Lean memiringkan kepalanya, sedikit menjauh dari wajah Edward. Namun hal itu justru membuat lehernya yang putih dan bersih terpampang tepat di depan mata Edward. Kulit Lean yang seputih hamparan salju di musim dingin, membuat Edward yang melihatnya sontak mengetatkan rahangnya. 'Sial, apa yang kupikirkan?' dengan cepat Edward menarik kepalanya ke belakang, dan kembali menegakkan tubuhnya. Ia juga berdehem pelan dan menutupi sebagian wajahnya dengan telapak tangannya untuk meredakan detak jantungnya yang tiba-tiba berlomba di dalam dadanya. 'Kau menyukainya, Edward? Apa kau menyukainya karena wanita ini sangat mirip dengan Rosi?' celetuk hatinya. "Oh, diamlah brengsek!" geram Edward dengan suara yang sangat pelan. "Anda mengatakan sesuatu, Tuan Edward?" Lean membalikkan tubuhnya, menatap Edward dengan netranya yang berwarna abu-abu cerah. Di bawah tatapan Lean, saat kelopak mata indah itu mengerjap, dan bulu mata Lean yang panjang dan lentik

    Last Updated : 2024-05-04
  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 9. Bisakah Aku Menaklukan Pria Ini?

    "Lean, apa kau bisa mengirimkan laporan ini kepada Anton?" tanya Edward, di dalam ruangan kantor sebuah Mall. Di depan Manajer Mall tersebut."Bisa, Tuan Edward." Lean pun mengambil berkas yang disodorkan Edward padanya, membawa berkas itu ke sofa dan meletakkannya ke atas meja. Setelahnya, ia segera membuka tas yang ia bawa, mengeluarkan laptop miliknya dari dalam tasnya dan meletakkan laptop itu di samping berkas yang telah ia ambil dari Edward.Edward menghampiri Lean kala melihat wanita itu mulai mengerjakan apa yang telah ia perintahkan tadi. Ia bahkan duduk di samping Lean, membuat wanita itu menghentikan apa yang sedang dilakukannya.Lean menatapnya, kening wanita itu tampak berkernyit, seolah Lean merasa terganggu dengan kehadirannya yang duduk terlalu dekat dengan wanita itu."Aku hanya ingin melihat bagaimana kau melakukannya. Jadi, jika ada kesalahan, aku bisa memberitahumu," tukas Edward."Anda tidak perlu khawatir, Tuan Edward. Eve sering mengajariku untuk melakukan hal in

    Last Updated : 2024-05-05
  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 10. Mungkinkah Aku ...

    "Ternyata sudah hampir pukul 12." Edward melirik arloji mewah yang melingkar di pergelangan tangannya. Setelahnya, ia lalu mengalihkan pandangannya pada Lean yang masih tampak sibuk di sampingnya. "Bagaimana?" celetuknya sambil memajukan tubuhnya untuk mendekati Lean.Lean menghentikan gerakan jemarinya sejenak, menoleh pada Edward saat wangi parfum pria itu yang beraroma maskulin menyapa indera penciumannya. Oh, Tuhan. Apakah pria ini benar-benar tidak mengerti bahwa dirinya sangat menggoda?"Aku sudah menyelesaikannya, Tuan Edward. Apakah laporan ini juga harus kukirimkan pada Anton?""Bisakah kau melakukannya dengan cepat? Karena sebentar lagi aku harus bertemu Oliver untuk makan siang bersama." Edward kembali melirik jam tangan mewahnya. "Bisa, Tuan. Sebentar." Lean dengan cepat menggerakkan jemarinya di atas keyboard laptop. Tatapannya lurus ke arah layar, dan berselang beberapa menit, "Sudah terkirim, Tuan Edward," lapornya. Diam-diam, ia melirik ke arah Edward dengan sudut mat

    Last Updated : 2024-05-06
  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 11. Bertemu Oliver Di Resto Les Jardins.

    "Tuan Edward, mobil Tuan ada di sana!" tunjuk Lean pada mobil Edward yang terparkir di parkiran khusus di depan Mall. Edward hanya melirik mobilnya sekilas, namun ia tetap menarik tangan Lean, menyeret wanita itu agar mengikuti dirinya. Tujuannya tak lain adalah Resto Les Jardins yang terletak tak jauh dari Pusat Perbelanjaan Mewah yang baru saja ia kunjungi. Tempat di mana ia, Oliver, dan Pamannya, biasa menikmati makan siang mereka. "Tu-Tuan Edward, bukankah Anda sudah terlambat untuk bertemu dengan Tuan Oliver? Lalu, mengapa kita tidak naik mobil saja?" usul Lean, sambil menatap bingung pada Edward yang tengah memasang wajah datar. Pria ini sama sekali tidak peduli terhadap tatapan dari orang-orang yang berpapasan dengannya. Baik pria, ataupun wanita, semua tampak menatap padanya, pada Edward Gail. "Aku lihat kau belum membaca agendaku dengan benar, Lean Marquise," celetuk Edward. Ia melirik Lean dari sudut matanya, lalu kembali menatap ke depan. Pada papan nama mewah yang bertu

    Last Updated : 2024-05-07
  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 12. Apa Kau Menyukaiku, Lean Marquise?

    "Paman masih harus mengawasi proyek di Dubai selama beberapa hari lagi, Ed. Ada apa? Apa kau ...." Oliver menggantungkan kalimatnya, menatap sang adik dengan wajah serius. "Ed? Jangan katakan kalau kau masih memikirkannya!" tambahnya. "Bagaimana denganmu sendiri, Kak? Bukankah hingga hari ini kau juga masih memikirkan Rosi?" balas Edward, kemudian tersenyum sinis setelahnya. Oliver hanya menanggapi ucapan adiknya itu dengan berdehem pelan, sama sekali tidak bisa menampik bahwa sampai sekarang— semua tingkah yang pernah Rosalia tunjukkan di hadapannya, masih sulit untuk ia lupakan. "Setidaknya sekarang aku sudah mencoba untuk berdamai dengan keadaan," cetusnya, tersenyum kaku, karena tidak merasa yakin atas ucapannya sendiri. Mungkin, ia bisa berbohong di hadapan orang lain, namun Oliver tidak bisa membohongi hatinya. Jika di saat ia berhubungan dengan Rose, terkadang ia masih memikirkan Rosalia. "Dengan memperhatikannya secara diam-diam? Maaf, Kak. Aku tidak bisa melakukan hal it

    Last Updated : 2024-05-08
  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 13. Godaan Manis.

    "T-Tuan Edward, apa Anda tidak sadar jika saat ini kita sedang berada di ...." Dengan kikuk Lean menundukkan wajahnya. Tanpa berani membalas tatapan Edward yang seakan ingin merontokkan hatinya. Oh, Tuhan. Jika saja hatinya hanya sepotong keju, mungkin hatinya kini telah meleleh gara-gara tingkah Edward."Mengapa? Apa kau malu pada orang-orang yang sedang memperhatikan kita? Tapi, bukankah tadi kau terus menatapku? ""Huft!" Lean menghela nafas sejenak sebelum ia menjawab pertanyaan itu. Seiring dengan itu, diam-diam ia mencoba untuk meredakan detak jantungnya yang seakan berlomba di dalam tubuhnya.Lean sama sekali tidak mengerti, mengapa Edward selalu senang menggoda dirinya jika ia dan Bosnya ini hanya berdua saja.Namun, di luar itu, perlakuan Edward padanya justru sangat berbeda. Contohnya, satu jam yang lalu saat Oliver memintanya untuk makan bersama. Saat itu, Edward langsung menampilkan wajah datar padanya. Edward bahkan tidak terlihat senang jika Lean makan di meja yang sama

    Last Updated : 2024-05-09
  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 14. Ingin Pulang Bersamaku?

    "Apakah menurutmu Tuan Edward akan melakukan sesuatu padaku?" Lean balik bertanya pada Anton. Anton menggedikkan pundaknya, "Setahuku, tidak!" tegasnya. "Tuan Edward adalah seorang pria yang selalu menghormati wanita, dia bahkan sering menyelamatkan para wanita dari gangguan pria-pria jahat di jalan." "Maksudmu, Tuan Edward tidak pernah menyentuh wanita sama sekali?" Anton mengerutkan keningnya, sedikit ragu untuk menjawab pertanyaan itu. "Selama ini, aku belum pernah melihat Tuan melakukannya. Lagipula, Tuan tampaknya tidak terlalu suka berdekatan dengan wanita. Kecuali ...." "Rosi?" tebak Lean. Anton mengangguk pelan, lalu mencoba mengalihkan pembicaraan dengan meminta Lean untuk pergi ke ruangan Edward. Melaporkan pada Bosnya itu bahwa meeting sore akan segera dimulai. Sambil berpikir, Lean pun pergi ke ruangan Edward. Sama sekali tidak mengacuhkan tatapan tak suka yang diberikan oleh beberapa karyawan wanita padanya saat ia melewati mereka menuju ke ruangan Edward. 'Rosi

    Last Updated : 2024-05-10

Latest chapter

  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 204. Perpisahan. (The End)

    Sesaat berselang, kecemasan mulai mengisi ruang persalinan. Dokter Nora dan para perawat serta satu Dokter yang menemaninya— tampak sibuk berusaha mengembalikan tanda vital Lean. Tak jauh dari para medis itu, Edward hanya bisa termangu sembari mendekap putra mungilnya. Tatapan matanya yang berkabut terus memperhatikan wajah Lean yang terlihat semakin pucat."Oh, Sayang. Kumohon, jangan tinggalkan kami," bisiknya lirih. Kelopak matanya terasa semakin panas, dan Edward bisa merasakan kalau matanya perlahan-lahan telah mulai berair. Sebelumnya, ia pernah merasakan kehilangan seorang wanita, namun rasanya tidak sesakit apa yang Edward rasakan sekarang.Setelah puluhan menit berlalu dalam ketegangan, tiba-tiba Edward melihat Dokter Nora melemparkan pandangan ke arahnya. Raut wajah wanita itu tampak tegang dan ragu."Jangan katakan!" Edward menggeleng keras, sama sekali tidak ingin mendengar berita buruk yang ingin Dokter Nora sampaikan padanya. "Tuan Edward ... maaf, kami sudah berusaha

  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 203. Harapan Dan Ketegangan.

    Sebelum ia pergi menemui Lean di ruang rawat inap, Edward menarik napas dalam-dalam terlebih dahulu. Baru kemudian memberanikan diri untuk menemui istrinya itu. Sementara Anton menunggunya di luar ruangan. Semula, Edward ingin membawa serta Dokter Nora bersamanya, tetapi menurut Eve— sebaiknya ia menemui Lean sendiri terlebih dahulu. Ketika Edward berada di dalam ruang rawat inap yang Lean tempati, aroma desinfektan yang bercampur pewangi ruangan langsung menyambutnya. Tetapi Edward mengacuhkannya dan justru menatap lurus ke arah sesosok tubuh ringkih yang sedang tertidur di atas ranjang. Edward mendekati ranjang tersebut sambil memberi isyarat pada perawat jaga yang ada di dalam ruangan itu agar tidak mengejutkan istrinya. Perawat itu mengangguk pada Edward dan segera pergi meninggalkan ruangan demi memberi waktu pada Edward. Ia telah melihat pria ini sebelumnya di luar saat Edward berbicara sangat serius pada Eve, karena itu ia membiarkan saja Edward yang kemungkinan adalah suam

  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 202. Menyesal.

    Malam masih menyelimuti vilanya, dan suara ombak bergema di telinga Edward, membuat hatinya merasa sedikit lebih tenang. Namun, ketenangan itu segera pudar ketika pikirannya terfokus pada Lean. Rasa cemas terasa mengungkungnya juga tekad yang baru mulai tumbuh dalam dirinya. Tidak ingin terlarut dalam perasaan itu, Edward segera menghubungi Ben. Dan setelah beberapa saat ... “Selamat malam, Tuan Edward. Ben di sini.” Suara Ben yang datar mulai terdengar dari seberang panggilan.“Ben, ada yang ingin kukatakan padamu.” Sebelum melanjutkan kalimatnya, Edward membenarkan posisi duduknya terlebih dahulu. Samar-samar suara gemuruh ombak yang terdengar dari kejauhan, menyapa indera pendengarannya.“Ada apa, Tuan Edward? Apakah ada yang bisa kubantu?” tanya Ben, nada suaranya penuh perhatian.“Begini. Dalam dua hari ke depan, aku ingin pergi ke Zurich. Kau pasti sudah mendengar kalau istriku telah kembali ke kota kelahirannya, 'kan?”“Tuan Ernest baru saja menghubungiku tentang rencana An

  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Babb 201. Harapan Baru.

    Sore hari, pulang dari Gail Mart, Edward meminta pada Anton untuk pergi ke mansion milik kedua orang tuanya. Ada sesuatu yang ingin ia tanyakan pada ayahnya.Dalam perjalanan, dari kursi belakang sedan ia memperhatikan Anton dengan wajah serius. Membuat Anton yang tanpa sengaja melirik kaca spion mobil sontak terkejut."Ada apa, Tuan? Apakah ada sesuatu yang ingin Tuan katakan padaku?" celetuk Anton.Edward mengangguk pelan, "Apa Rosi sudah kembali ke mansion Paman?" tanyanya. "Sudah, Tuan Edward. Nyonya Rosi langsung pulang malam harinya ketika Tuan Ernest datang untuk menjemputnya. Oh ya, Tuan. Hari ini Tuan Ernest juga menghubungiku. Maaf aku lupa memberi tahu Anda. Kata Tuan Ernest, Tuan Ernest mengenal seorang Dokter yang hebat saat berada di Dubai. Dokter itu adalah Dokter keluarga milik Kolega Tuan. Tuan Ernest ada meninggalkan nomor teleponnya padaku, aku sudah menghubungi Dokter itu, Tuan. Dia memiliki cara untuk menyelamatkan Nyonya Lean dan juga bayinya, hanya saja ...." A

  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 200. Ide Wilhelm.

    Senyum Brad sontak memudar, “Aku hanya ingin kau tahu kalau kau bisa mengandalkanku jika kau membutuhkan sesuatu, tidak lebih. Seperti yang kau katakan tadi, kita sudah berpisah, tetapi apakah aku tidak boleh peduli padamu?”Lean hampir membuka mulut untuk membalas ucapan Brad itu, namun dengan cepat Eve menyentuh tangan Lean lalu menggelengkan kepalanya pada adiknya itu. Setelah itu, ia menoleh pada Brad. “Kau lihat, bukan? Kau tidak seharusnya berada di sini, Brad. Lean sedang dalam keadaan yang sangat rentan. Keberadaanmu justru memperburuk situasi,” cetusnya emosi. Lean merasakan ketegangan yang terus meningkat antara kakaknya dan Brad. Naluri melindungi Eve membuatnya merasa sedikit tertekan, tetapi di sisi lain, ia juga merasa bahwa hanya dirinya yang dapat menentukan keputusan untuk dirinya sendiri.“Eve, tolong! Aku bisa mengurus diriku sendiri,” kata Lean dengan suara yang masih bergetar. Ia kemudian berpaling pada Brad. "Brad, aku menghargai niat baikmu. Tapi seperti yang

  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 199. Masa Lalu Adalah Masa Lalu.

    Keberangkatan Lean ke Zurich mengubah banyak hal. Sejak Lean memutuskan pergi, rasa cemas dan gelisah tidak pernah lepas dari pikiran Edward. Meskipun ia berusaha untuk tetap fokus pada pekerjaannya, benak dan hatinya selalu terikat pada sang istri dan kesehatan istrinya itu. Di sisi lain, Lean kini berada di rumah sakit Zurich, berharap ia bisa menemukan cara untuk menjaga bayinya agar tetap aman sekaligus memikirkan dirinya sendiri.Di kota kelahirannya, hari-hari awal Lean dipenuhi dengan rangkaian perawatan medis yang melelahkan. Eve, yang kini telah bahagia dengan kehidupan barunya sebagai istri Luis, berusaha untuk mendampingi sang adik semaksimal mungkin. Ia sering merasa tidak nyaman kala menemukan Lean yang tampak stres dan juga ketakutan menghadapi hal yang tidak pasti. Setiap hari, Eve mencoba mengajak Lean untuk berbincang, berbagi cerita dan memperkuat semangat satu sama lain meski di tengah rasa cemas yang selalu hadir menemani mereka.“Aku tidak tahu bagaimana melakuk

  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 198. Kemarahan Dan Mengikhlaskan.

    Lean kemudian diam dalam keheningan, mengabaikan tatapan cemas Edward dan juga Leon. Suara bising dari alat medis di ruangan itu seolah mengingatkannya bahwa waktu terus berjalan, sementara ketegangan di antara mereka semakin mencekam. Tangan Lean masih terjepit dalam genggaman Edward, dan rasanya seperti dunia di sekitarnya perlahan menghilang. "Sayang?" Edward mencoba lagi dengan lembut, tetapi Lean sudah menatap keluar jendela, menghindari tatapan matanya. Di dalam hatinya, Lean merasakan pertempuran yang tak berujung. Selama ini ia berusaha dengan sangat keras untuk selalu kuat menghadapi apapun, tetapi saat ini, Lean merasakan ada sesuatu yang menggerogoti keputusannya. Ia bukan hanya menghadapi penyakitnya sendiri, tetapi juga risiko yang bisa merenggut nyawa bayi yang ia cintai."Edward, aku perlu waktu." Akhirnya Lean angkat berbicara. Suaranya terdengar lemah, namun digerakan oleh tekad yang kuat."Sayang, aku hanya ingin kau baik-baik saja." Edward menjelaskan kembali, tet

  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 197. Kekerasan hati Lean.

    "Maaf, Nak. Tidak ada yang bisa aku lakukan pada Ibunya ketika dia memaksa untuk melahirkan Lean hingga akhirnya kematian merenggutnya dari kehidupan kami," terang Leon dengan wajah lesu ketika satu jam kemudian ia datang ke rumah sakit setelah Edward menghubunginya tentang kondisi Lean. Edward memperhatikan wajah ayah mertuanya itu yang tampak murung. Sebelumnya, ia pernah berpikir bahwa Leon adalah seorang ayah yang sedikit egois dan pilih kasih terhadap Lean. Namun setelah Leon menjelaskan alasan dari sikapnya selama ini terhadap putrinya itu, Edward baru mengerti jika sebenarnya Leon sedang melindungi Lean dengan caranya sendiri. "Aku ingin dia memiliki seseorang yang sangat peduli padanya. Jadi ketika Tuan Besar meminta Lean untuk menjadi calon istrimu— aku langsung menyetujuinya. Eve pernah bertengkar denganku gara-gara keputusanku itu. Tapi mendengar gosip tentangmu yang beredar di Zurich bahwa kau hanya menyukai satu wanita sepanjang hidupmu, aku pikir kau bisa menyayangi Le

  • Kekasih Gelap Ceo Arogan   Bab 196. Harapan.

    Wilhelm kemudian menjauhi Edward, ia menghubungi seseorang dan berbicara dengan wajah serius. Dari tempatnya berdiri, Edward terus memperhatikan sahabatnya itu. Setelah 15 menit berlalu, Wilhelm tampak memutuskan panggilan telepon dan kembali menghampiri dirinya. "Aku sudah bertanya pada sahabatku yang berada di luar negeri, aku telah memintanya untuk memeriksa apakah keluarganya mengenal seorang Dokter yang sangat berpengalaman tentang masalah kehamilan?" terang Wilhelm. Edward hanya diam, berusaha menanggapi ucapan sahabatnya tadi dengan senyuman yang terasa getir. "Ini akan butuh waktu, sebaiknya aku menemani Lean terlebih dahulu sambil menunggu kabar darimu," ujarnya. Wilhelm mengangguk setuju. "Itu yang sedang kupikirkan. Temanilah dia! Aku tidak ingin lagi melihatnya tampak tertekan seperti beberapa jam yang lalu." Ia lagi-lagi menepuk pundak Edward untuk menunjukkan dukungannya terhadap sahabatnya itu. "Terima kasih, Will." Edward kemudian bergegas pergi usai ia berbicara

DMCA.com Protection Status