Setelah selesai menyantap kuenya, Sienna membantu Lucas berdiri. “Ayo, kita pulang,” ajaknya dengan lembut.Lucas mengangguk. Ia pun membiarkan gadis itu memapahnya. Padahal ia masih memiliki tenaga untuk berjalan meskipun langkahnya sedikit terhuyung.Dengan hati-hati, Sienna membimbingnya keluar dari restoran dan menuju mobilnya. Ia pun mendudukkan Lucas di samping kursi pengemudi, lalu membantu Lucas untuk memasangkan sabuk pengamannya.Jarak mereka saat ini terlalu dekat sehingga memudahkan Lucas untuk melihat gadis itu dengan jelas. Aroma manis yang menguar dari tubuh gadis itu membuat pikiran Lucas berkelana. Ia dapat merasakan gelora yang sedang memanas di dalam dirinya.“Cantik,” gumam Lucas dengan suara lembut yang terdengar seperti bisikan.Sienna tersentak dan tatapan mereka bertemu selama beberapa detik. Ia dapat melihat kabut gairah yang berkelebat pada sepasang mata pria itu dan membuat jantungnya berdegup lebih cepat. Waktu seolah berhenti mengalir selama beberapa saat
Netra Sienna terbelalak besar. Tubuhnya mematung dengan degup jantung yang telah berlarian dengan sangat cepat.Lebih memalukannya lagi, tindakannya itu kepergok oleh Lucas yang telah membukakan sedikit matanya. Netra sayu pria itu memandangnya dengan intens.Sontak, Sienna pun menegakkan tubuhnya dan hendak pergi dari hadapan pria itu. Akan tetapi, gerakannya terhenti karena tangan Lucas telah memeluk pinggangnya sehingga ia kembali terjatuh di atas tubuh kekasihnya itu.Sorot mata intens yang penuh makna milik Lucas membuat Sienna terjebak dalam belenggu tatapannya tersebut. Sentuhan hangat dari punggung tangan Lucas ketika mengusap wajahnya membuat seluruh tubuhnya menegang.Kedua belah pipi Sienna terasa sangat panas ketika tatapan Lucas seperti menginginkan sesuatu darinya. Getaran aneh memenuhi seluruh inderanya dan Sienna pun bergegas memutuskan kontak mata mereka.“Luc─”Belum sempat Sienna meminta Lucas melepaskan rangkulan pada pinggangnya, Lucas telah mencubit dagunya agar b
“Kamu masih di rumah?” tanya Lucas.Sienna melirik jam pada ponselnya dan tersentak. “Ya ampun, maafkan aku. Apa kamu mau aku yang menyetir mobilnya? Aku akan bersiap-siap sekarang,” sahutnya yang langsung meletakkan ponselnya dan merapikan bekalnya.Padahal Lucas tidak mengatakan apa pun, tetapi Sienna malah mengambil kesimpulan sendiri. Ia mengira Lucas ingin dirinya datang ke apartemennya untuk membantunya mengemudi nanti.Akan tetapi, terdengar suara Lucas dari seberang teleponnya yang berkata, “Buka pintunya, Sienna. Aku ada di depan rumahmu.”Gerakan tangan Sienna yang sedang mengemasi bekal pun terhenti. “Apa?” gumamnya syok, lalu memandang pintu rumahnya yang sudah terdengar ketukan di sana.“Dia benar-benar datang?” gumam Sienna tak percaya.Sienna bergegas membuka pintunya dan menemukan Lucas telah berdiri di depan rumahnya. Pria itu terlihat sangat segar dan wangi, sedangkan Sienna masih mengenakan apronnya dan belum sempat membersihkan tubuhnya karena baru saja selesai mem
Tidak berapa lama kemudian, Sienna telah selesai mandi dan berganti pakaian. Saat ia keluar, kedaan dapurnya telah rapi dan bersih. Tas bekal juga sudah tersedia di atas meja dapur.Tidak perlu ditanyakan lagi, tentu saja Lucas yang telah melakukannya. Pria itu berdiri di tengah ruangannya sembari memegang bantal berwajah dirinya dan Sienna bergegas merebut bantal tersebut dari tangannya.“Apa kamu setiap malam memelukku saat tidur?” selidik Lucas yang telah tertawa geli.Sienna tidak menjawab dan langsung menyimpan bantal tersebut ke dalam lemari pakaiannya. Namun, Lucas telah menatapnya dengan penuh curiga.“Tidak usah berpikiran aneh-aneh. Aku tidak menggunakannya untuk hal lain,” tukas Sienna dengan terbata-bata. Tanpa menunggu tanggapan Lucas, ia mengambil tas bekal dan tas kosmetiknya, dengan maksud merapikan dan menghias wajahnya di mobil saja.Lucas masih tertawa. “Apa yang sudah dipikirkan di dalam kepalamu itu, Sienna? Sepertinya kamu sud
“Jangan cemberut begitu,” ledek Lucas ketika melirik Sienna yang masih memasang wajah masam. “Aku tidak akan mengubah keputusan yang sudah kubuat, kamu tetap akan dimutasikan ke bagian desain meskipun aku tidak rela.”“Aku jadi khawatir kalau terus dimanjakan berlebihan, aku akan menjadi besar kepala,” seloroh Sienna seraya melirik surat mutasi di tangannya.Lucas kembali mencubit hidung gadis itu dan bertanya, “Selama bisa menyenangkanmu, apa pun akan kulakukan. Bukankah memang seharusnya seperti ini kalau orang-orang berpacaran pada umumnya?”“Apa hadiah ulang tahun seperti ini termasuk hal yang umum?” cibir Sienna seraya terkekeh geli.“Jadi apa menurutmu yang umum?” selidik Lucas.Sebelum mendapatkan jawaban dari Sienna, pria itu bertanya lagi, “Apa ciuman yang kita lakukan semalam juga termasuk hal yang umum?”“Kamu masih ingat saja. Padahal semalam kamu mabuk berat, bukan?” sungut Sienna, mulai merasa curiga.Lucas tersenyum smirk. “Aku tidak mungkin melupakannya. Apalagi ….”Ta
Sesampainya di Luminous, Sienna tetap melakukan bagian pekerjaannya sebagai sekretaris Lucas untuk sementara waktu dan membereskan beberapa barang yang perlu dibawanya ke divisi perancangan nanti.Ia juga harus menjelaskan pekerjaannya kepada penggantinya nanti. Akan tetapi, pengganti yang dimaksud Lucas belum juga tiba.“Lucas, apa penggantiku tidak jadi datang hari ini?” tanya Sienna saat ia meletakkan laporan ke meja pria itu.Lucas mengangkat pandangannya sejenak dari dokumen yang sedang ditelitinya, lalu melirik jam tangannya dan mengesah panjang. Tanpa menjawab pertanyaan Sienna, ia meraih ponsel dari atas mejanya, kemudian menghubungi nomor yang ada pada riwayat panggilan terakhirnya.“Kamu sudah di mana? Apa kamu tidak jadi datang?”Nada suara Lucas terdengar sangat akrab saat berbicara dengan lawan bicaranya di telepon. Hal tersebut sangat menarik perhatian Sienna dan menambah rasa penasarannya. Terlebih lagi samar-
“Lihatlah. Sudah waktunya makan siang sebentar lagi, tapi wanita itu masih juga belum menunjukkan batang hidungnya. Sepertinya dia sudah merasa menjadi nyonya pemilik perusahaan ini hanya karena mendapatkan promosi dari Direktur Morgan untuk menjadi tim kita." Sienna baru saja tiba di dekat pintu masuk ruangan divisi perancangan, tetapi ia langsung mendengar sambutan yang dipenuhi kalimat sindiran yang sangat pedas. Ia berdiri sejenak di sana untuk mendengarkan dengan saksama pembicaraan orang-orang di dalam ruangan tersebut sekaligus untuk menenangkan dirinya. Tanpa bertanya pun, ia tahu jika wanita yang sedang dibicarakan oleh mereka adalah dirinya. Terdengar tanggapan dari wanita lainnya atas sindiran sebelumnya. “Wajar, Emily. Namanya juga pacar kesayangan. Memangnya kita yang harus kerja seperti kuda, baru bisa mendapatkan perhatian?” Sienna mengenal Emily yang dimaksud oleh wanita itu. Emily Garcia adalah salah seorang desainer senior yang memiliki hubungan yang cukup de
"Terima kasih telah memberikanku saran yang bagus. Mungkin aku bisa menawarkan diri kepada Direktur Morgan untuk menjadi mata-matanya kalau dia mau," sindir Sienna yang membuat wajah Nicole memerah karena malu. Ruangan itu hening sejenak. Tatapan terkejut terlihat dari beberapa rekan kerja yang lain. Nicole menatap Sienna dengan pandangan tajam, tetapi tidak mengatakan apa-apa. Sienna melanjutkan, "Tapi sayangnya, aku di sini untuk bekerja, bukan untuk main-main. Jadi, mari kita fokus pada pekerjaan kita masing-masing. Direktur Morgan pasti lebih mengharapkan hal seperti itu." “Apa maksudmu bicara seperti itu? Apa kamu pikir dengan gertakan seperti itu, kami akan takut?” timpal Emily dengan penuh emosional. Sienna menatap langsung ke mata Emily, tetap menjaga sikap tenangnya. "Aku tidak bermaksud menggertak siapa pun, kecuali kalau kamu sendiri yang selalu berpikiran buruk tentangku," jawabnya. Emily tampak terkejut dengan respons tenang Sienna. Ia menyadari jika ia sudah sa