“Kamu masih di rumah?” tanya Lucas.Sienna melirik jam pada ponselnya dan tersentak. “Ya ampun, maafkan aku. Apa kamu mau aku yang menyetir mobilnya? Aku akan bersiap-siap sekarang,” sahutnya yang langsung meletakkan ponselnya dan merapikan bekalnya.Padahal Lucas tidak mengatakan apa pun, tetapi Sienna malah mengambil kesimpulan sendiri. Ia mengira Lucas ingin dirinya datang ke apartemennya untuk membantunya mengemudi nanti.Akan tetapi, terdengar suara Lucas dari seberang teleponnya yang berkata, “Buka pintunya, Sienna. Aku ada di depan rumahmu.”Gerakan tangan Sienna yang sedang mengemasi bekal pun terhenti. “Apa?” gumamnya syok, lalu memandang pintu rumahnya yang sudah terdengar ketukan di sana.“Dia benar-benar datang?” gumam Sienna tak percaya.Sienna bergegas membuka pintunya dan menemukan Lucas telah berdiri di depan rumahnya. Pria itu terlihat sangat segar dan wangi, sedangkan Sienna masih mengenakan apronnya dan belum sempat membersihkan tubuhnya karena baru saja selesai mem
Tidak berapa lama kemudian, Sienna telah selesai mandi dan berganti pakaian. Saat ia keluar, kedaan dapurnya telah rapi dan bersih. Tas bekal juga sudah tersedia di atas meja dapur.Tidak perlu ditanyakan lagi, tentu saja Lucas yang telah melakukannya. Pria itu berdiri di tengah ruangannya sembari memegang bantal berwajah dirinya dan Sienna bergegas merebut bantal tersebut dari tangannya.“Apa kamu setiap malam memelukku saat tidur?” selidik Lucas yang telah tertawa geli.Sienna tidak menjawab dan langsung menyimpan bantal tersebut ke dalam lemari pakaiannya. Namun, Lucas telah menatapnya dengan penuh curiga.“Tidak usah berpikiran aneh-aneh. Aku tidak menggunakannya untuk hal lain,” tukas Sienna dengan terbata-bata. Tanpa menunggu tanggapan Lucas, ia mengambil tas bekal dan tas kosmetiknya, dengan maksud merapikan dan menghias wajahnya di mobil saja.Lucas masih tertawa. “Apa yang sudah dipikirkan di dalam kepalamu itu, Sienna? Sepertinya kamu sud
“Jangan cemberut begitu,” ledek Lucas ketika melirik Sienna yang masih memasang wajah masam. “Aku tidak akan mengubah keputusan yang sudah kubuat, kamu tetap akan dimutasikan ke bagian desain meskipun aku tidak rela.”“Aku jadi khawatir kalau terus dimanjakan berlebihan, aku akan menjadi besar kepala,” seloroh Sienna seraya melirik surat mutasi di tangannya.Lucas kembali mencubit hidung gadis itu dan bertanya, “Selama bisa menyenangkanmu, apa pun akan kulakukan. Bukankah memang seharusnya seperti ini kalau orang-orang berpacaran pada umumnya?”“Apa hadiah ulang tahun seperti ini termasuk hal yang umum?” cibir Sienna seraya terkekeh geli.“Jadi apa menurutmu yang umum?” selidik Lucas.Sebelum mendapatkan jawaban dari Sienna, pria itu bertanya lagi, “Apa ciuman yang kita lakukan semalam juga termasuk hal yang umum?”“Kamu masih ingat saja. Padahal semalam kamu mabuk berat, bukan?” sungut Sienna, mulai merasa curiga.Lucas tersenyum smirk. “Aku tidak mungkin melupakannya. Apalagi ….”Ta
Sesampainya di Luminous, Sienna tetap melakukan bagian pekerjaannya sebagai sekretaris Lucas untuk sementara waktu dan membereskan beberapa barang yang perlu dibawanya ke divisi perancangan nanti.Ia juga harus menjelaskan pekerjaannya kepada penggantinya nanti. Akan tetapi, pengganti yang dimaksud Lucas belum juga tiba.“Lucas, apa penggantiku tidak jadi datang hari ini?” tanya Sienna saat ia meletakkan laporan ke meja pria itu.Lucas mengangkat pandangannya sejenak dari dokumen yang sedang ditelitinya, lalu melirik jam tangannya dan mengesah panjang. Tanpa menjawab pertanyaan Sienna, ia meraih ponsel dari atas mejanya, kemudian menghubungi nomor yang ada pada riwayat panggilan terakhirnya.“Kamu sudah di mana? Apa kamu tidak jadi datang?”Nada suara Lucas terdengar sangat akrab saat berbicara dengan lawan bicaranya di telepon. Hal tersebut sangat menarik perhatian Sienna dan menambah rasa penasarannya. Terlebih lagi samar-
“Lihatlah. Sudah waktunya makan siang sebentar lagi, tapi wanita itu masih juga belum menunjukkan batang hidungnya. Sepertinya dia sudah merasa menjadi nyonya pemilik perusahaan ini hanya karena mendapatkan promosi dari Direktur Morgan untuk menjadi tim kita." Sienna baru saja tiba di dekat pintu masuk ruangan divisi perancangan, tetapi ia langsung mendengar sambutan yang dipenuhi kalimat sindiran yang sangat pedas. Ia berdiri sejenak di sana untuk mendengarkan dengan saksama pembicaraan orang-orang di dalam ruangan tersebut sekaligus untuk menenangkan dirinya. Tanpa bertanya pun, ia tahu jika wanita yang sedang dibicarakan oleh mereka adalah dirinya. Terdengar tanggapan dari wanita lainnya atas sindiran sebelumnya. “Wajar, Emily. Namanya juga pacar kesayangan. Memangnya kita yang harus kerja seperti kuda, baru bisa mendapatkan perhatian?” Sienna mengenal Emily yang dimaksud oleh wanita itu. Emily Garcia adalah salah seorang desainer senior yang memiliki hubungan yang cukup de
"Terima kasih telah memberikanku saran yang bagus. Mungkin aku bisa menawarkan diri kepada Direktur Morgan untuk menjadi mata-matanya kalau dia mau," sindir Sienna yang membuat wajah Nicole memerah karena malu. Ruangan itu hening sejenak. Tatapan terkejut terlihat dari beberapa rekan kerja yang lain. Nicole menatap Sienna dengan pandangan tajam, tetapi tidak mengatakan apa-apa. Sienna melanjutkan, "Tapi sayangnya, aku di sini untuk bekerja, bukan untuk main-main. Jadi, mari kita fokus pada pekerjaan kita masing-masing. Direktur Morgan pasti lebih mengharapkan hal seperti itu." “Apa maksudmu bicara seperti itu? Apa kamu pikir dengan gertakan seperti itu, kami akan takut?” timpal Emily dengan penuh emosional. Sienna menatap langsung ke mata Emily, tetap menjaga sikap tenangnya. "Aku tidak bermaksud menggertak siapa pun, kecuali kalau kamu sendiri yang selalu berpikiran buruk tentangku," jawabnya. Emily tampak terkejut dengan respons tenang Sienna. Ia menyadari jika ia sudah sa
'Kenapa dadaku terasa sesak seperti ini?' Sienna memegang dada kirinya yang tiba-tiba terasa nyeri ketika ia teringat pembicaraan Lucas dengan sekretaris penggantinya di telepon. Rasa cemburu yang tidak terduga menyelimuti hatinya, membuatnya tiba-tiba merasa gelisah dan tidak nyaman.‘Masa sih aku ….’ Sienna terkesiap dengan pikirannya sendiri dan menggelengkan kepalanya dengan cepat.'Tidak! Pasti aku hanya belum beradaptasi dengan perubahan,' tampik Sienna di dalam hati. Namun, perasaan tidak nyaman itu tidak kunjung hilang.Sienna memandangi ruang kerja barunya dengan perasaan campur aduk. Tidak ada wajah-wajah ramah yang menyambutnya atau tawa ringan yang membuat suasana lebih nyaman.Semua orang terlihat sibuk dengan urusan masing-masing dan memang seharusnya seperti itulah cara bekerja yang efisien. Hanya saja Sienna belum terbiasa bekerja secara tim dan merasakan perbedaan yang sangat mencolok dibandingkan dengan saat bekerja di bawah Lucas.Selama ini Lucas selalu tahu bagai
“Syukurlah kamu mengirimkanku pesan, Sayang. Aku pikir aku akan menunggu balasan pesan cinta darimu sampai tua.”Pernyataan yang dilontarkan Lucas terdengar sangat menggoda dan membuat debaran jantung Sienna meningkat pesat. Memang sudah sejak tadi Lucas menunggu balasan pesan dari Sienna, tetapi gadis itu malah tidak peka dengan perasaannya.Sienna masih melongo syok. Lidahnya terasa kelu dan tidak tahu harus bagaimana menanggapi pernyataan manis dari Lucas yang tiba-tiba tersebut.Sienna memegang salah satu pipinya yang telah memanas. Masih dengan gugup, ia menjawab, “Pesan cinta apanya? A-aku hanya mengingatkanmu untuk makan siang.”Sienna mencoba terdengar biasa saja, tetapi malah mendapatkan tanggapan berupa tawa kecil dari kekasihnya itu. Ia pun sedikit menyesal telah mengirimkan pesan tadi karena malah menjadi olok-olokan pria itu.“Bagiku, setiap perhatian darimu adalah pesan cinta,” ucap Lucas lembut dan membuat ritme jantung Sienna kembali berdebar tidak karuan.“Terima kasi
Di depan pintu, Felix Harvey telah menunggu dengan senyum lebar di wajahnya. Ia terpukau melihat penampilan Sienna. "Kamu cantik sekali, Putriku.""Terima kasih, Ayah," jawab Sienna malu-malu.Felix menghela napas berat. “Apa boleh Ayah tidak menyerahkanmu kepada putra Morgan itu?” gerutunya.“Ayah ….” Sienna mencebikkan bibirnya dengan malas. Ia tahu jika ayahnya masih enggan melihatnya menjadi milik orang lain karena kebersamaan mereka yang terlalu singkat. Namun, ia juga tahu bahwa ayahnya tidak serius dengan ucapannya tadi.“Bocah Morgan itu benar-benar beruntung memilikimu. Kalau dia berani menyakitimu, kembalilah kepada Ayah. Biar Ayah menghadapinya,” ucap Felix lagi.Bola mata zamrud Sienna kembali basah. Air matanya hampir menetes jika Ivona tidak buru-buru menyekanya dengan tisu yang sudah dipersiapkannya.“Paman Felix, jangan mengacaukan riasan yang sudah susah payah kubuat,” protes Ivona yang telah mendelik tajam.Felix terkekeh pelan. Ia pun menutupi wedding veil putrinya,
Pandangan Sienna beralih kepada Diane dan Aurora serta para rekan sedivisinya dulu yang juga berada di dalam ruangan itu. Hari ini mereka menjadi bridesmaid-nya. Mereka jugalah yang telah merancang tiara dan beberapa perhiasan yang telah dikenakan oleh Sienna saat ini. Semua telah diatur sedemikian rupa oleh Lucas dan kedua kakak iparnya tersebut.“Terima kasih atas kerja keras kalian selama beberapa bulan ini. Pasti kalian sangat capek, tapi hasilnya sangat luar biasa. Aku suka,” puji Sienna dengan penuh rasa terima kasih.“Perhiasan desain kami bisa dipakai oleh desainer sekelas Sienna Harvey sudah menjadi suatu kebanggaan buat kami. Benar kan, Teman-teman?” timpal Diane Hyatt seraya menoleh kepada para rekannya yang mendapatkan anggukan persetujuan.“Kemampuan Manajer Hyatt sekarang makin luar biasa, hum?” goda Sienna kepada mantan rekannya itu.Ya, sejak Sienna meninggalkan Luminous dan memilih untuk pergi ke Paris
“Ah, ya ampun! Bisa-bisanya kamu malah mesra-mesraan di sini, Luke!” Suara omelan Ivona terdengar menggelegar dan membuat Lucas perlahan melepaskan pelukannya.Wajah kakak keduanya itu sudah dipenuhi kekesalan. “Waktuku untuk mendadaninya jadi terbatas, kan?” protesnya yang membuat Sienna terkekeh geli.Tanpa menunggu tanggapan adik laki-lakinya itu, Ivona langsung menarik pergelangan tangan Sienna agar mengikutinya. “Ayo, Sienna. Aku akan membuatmu menjadi pengantin paling memukau hari ini,” ujarnya.Sebelum menghilang dari balik pintu depan vila, Ivona sempat menoleh kepada Lucas. “Sebaiknya kamu bersiap-siap sekarang, Luke. Awas nanti kamu belum selesai kalau aku sudah selesai mendandani Sienna nanti,” peringatnya.Lucas hanya bisa menghela napas pelan, lalu bergegas ikut masuk ke dalam vila. Ia tahu jika Ivona tidak main-main dengan ucapannya dan ia harus sudah siap sebelum para tamu hadir petang ini.
Setelah beberapa jam berkendara, mobil yang dikemudi Ethan akhirnya berhenti di sebuah vila besar yang terletak di pinggir kota. Bangunan vila itu terlihat megah dengan taman luas yang tertata rapi. Bagian belakang vila terhubung dengan hutan kecil yang masih sangat natural dan memiliki pemandangan indah dengan latar pegunungan yang menjulang megah di kejauhan. Lucas masih duduk di dalam mobil, menatap wajah damai Sienna yang masih terlelap di pangkuannya. Ia enggan membangunkannya karena tahu gadis itu sangat lelah setelah menempuh perjalanan selama hampir 12 jam di dalam pesawat. Jarak yang begitu jauh ditempuh Lucas selama dua tahun ini apabila ia merindukan kekasih hatinya itu. Namun, karena kesibukannya seminggu ini, ia terpaksa menahan rasa rindunya. Belaian lembut yang dilakukan Lucas pada wajah kekasihnya itu membuat gadis itu akhirnya terjaga. Perlahan sinar zamrud dari netra gadis itu terpancar lebar.
"Apa maksudmu tidak tahu? Anna, kamu sahabatku, bukan? Tolong jangan ada yang disembunyikan dariku," desak Sienna sekali lagi. “Apa benar Lucas sering bertemu dengan wanita di Goddess?” Terdengar suara dehaman berat dari Anna sebelum akhirnya ia menjawab, "A-aku juga tidak tahu. Oliver yang mengatakannya padaku. Ta-tapi … aku tidak tahu apa dia hanya salah lihat atau sengaja melebih-lebihkan saja. Mungkin saja hanya klien bisnisnya, Sienna.” Kedua alis Sienna bertaut. Jawaban sahabatnya itu tidak memuaskannya. Justru malah memperkuat kecurigaannya bahwa ada rahasia besar yang ditutupi darinya. “Kamu tahu sendiri kan seperti apa Oliver? Terkadang dia sangat menyebalkan dan sengaja membuatku kesal. Mungkin saja waktu itu dia hanya ingin mempermainkanku, biar aku mengadu padamu,” imbuh Anna. Sienna tersenyum kecil. “Kalian tidak berubah. Mau sampai kapan terus berantem seperti ini? Padahal kalian mau menikah bulan depan. Apa k
“Jadi … apa maumu?” tanya Lucas. Ia ingin mendengar pendapat kekasihnya tersebut. “kamu mau putus?” Sienna sangat terkejut mendengar penawaran pria itu. Ia menundukkan wajahnya dan bergumam, “Apa aku boleh egois dengan tetap memilih menjadi kekasihmu?” Sudut bibir Lucas terangkat tipis. Ia menarik tubuh Sienna dan memeluknya dengan erat. “Tentu saja boleh. Kalaupun kamu tidak mau bersikap egois, aku yang akan bersikap egois dengan terus berada di sisimu, Sienna. Aku akan tetap ada untukmu, apapun yang terjadi.” Sienna merasakan kehangatan pelukan Lucas, dan semua keraguan yang menggelayuti hatinya mulai memudar. Ia pun mengangguk kecil dan kembali menitikkan air mata. “Terima kasih, Lucas,” cicitnya. Selang beberapa waktu kemudian, Lucas melepaskan pelukannya. Ia mengusap sisa air mata di sepasang netra zamrud indah gadis itu dan berkata, “Dasar bodoh. Katakan padaku apa yang akan kamu lakukan? Kamu
Sienna tersipu malu. Hatinya terasa berbunga-bunga dan menyapu semua kesedihan yang menyesakkan dadanya selama dua hari ini. “Terima kasih, Lucas. Ini semua benar-benar indah.”Pelayan datang untuk mengambil pesanan mereka. Sienna dan Lucas memilih hidangan yang paling mereka sukai. Percakapan mereka berlanjut dengan santai sembari menyantap hidangan utama.Setiap hidangan yang disajikan tampak begitu mewah dan menggugah selera. Setelah hidangan utama selesai, Lucas memberikan isyarat kepada pelayan untuk membawa hidangan penutup yang spesial.“Kamu pesan dessert apa?” tanya Sienna dengan bingung.Ia menatap hidangan yang masih ditutup dengan tudung stainless steel di hadapannya, lalu menatap Lucas yang tersenyum misterius.“Luke ….”“Coba saja kamu buka,” sela Lucas seraya mengisyaratkan pelayan agar menjalankan rencananya.Sienna menatap Lucas dengan curiga, tetapi ia tidak dapat membendung rasa antusiasnya. Perlahan i
Pandangan Felix tertuju pada putrinya. Ia tidak dapat memahami maksud putrinya, tetapi gadis itu melanjutkan, “Kini aku mengerti. Pantas saja selama ini dia memperlakukan Sam lebih baik. Mungkin karena dia mirip denganmu.” Seulas senyuman miris kembali terukir di bibir Sienna. “Sebaliknya, dia membenciku, mungkin karena aku mirip dengan ibu kandungku dan kehadiranku sangat menyiksanya," imbuhnya. "Padahal dia memiliki banyak kesempatan untuk membunuhku jika dia memang tidak menyukaiku, tapi dia tidak pernah melakukannya. Aku rasa dia pasti dihantui rasa bersalah atas tindakannya dulu," lanjut Sienna atas analisanya terhadap mendiang ibu asuhnya itu. Namun, apa pun analisanya, baik ibu kandungnya maupun wanita yang berpura-pura menjadi ibu kandungnya itu, sudah tidak dapat hidup kembali. Lucas menggenggam tangan Sienna lebih erat. Sejak tadi ia tidak mengatakan apa pun, tetapi setelah mendengar cerita Felix Harvey dan pandangan Sienna terhadap Nancy, ia berpikir jika ia perlu member
“Maaf kalau Ayah baru menemukanmu sekarang, Sienna,” ucap Felix dengan sorot mata yang terselubungi penyesalan dan kerinduan yang mendalam.Sienna terhenyak.Untungnya, Lucas menopang tubuh kekasihnya tersebut sehingga tidak terjatuh. Lucas tidak terkejut sedikit pun karena dugaannya ternyata benar.Sebelumnya Oliver sempat mengatakan jika para bawahannya sempat mengikuti Ace Tucker dan melihat dia mengambil hasil dari pemeriksaan DNA seseorang di salah satu laboratorium rumah sakit.Walaupun mereka tidak berhasil menemukan laporan pemeriksaan tersebut, tetapi berdasarkan kesaksian dari tim terkait, mereka mengatakan jika sampel DNA yang menjadi perbandingan adalah milik Felix Harvey.Meski hatinya masih berkecamuk dengan berbagai emosi, Sienna berusaha menenangkan diri. Dengan suara yang bergetar pelan dan nyaris tidak terdengar, Sienna bergumam, "Paman Felix... jadi, Anda adalah … ayah kandungku?"Fel