Share

Memilih kabur

Author: Emmy Liana
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sampai bangun pagi dan mulai melakukan aktivitas di dapur menyiapkan sarapan untuk kedua majikannya. Hani terus memutar otaknya bagaimana caranya untuk bisa pergi dari rumah ini. Sebenarnya dia sudah tak tahan dengan segala kesakitan di dalam hatinya.

"Semalam baru permulaan, bagaimana bisa aku menghadapi semua ini setiap hari. Sungguh aku merasa tak kuat lagi."

Bagaimana caranya menyusun rencana apa yang harus dia lakukan saat ini.

Hingga sarapan pagi ini sudah terhidang semua di atas meja. Nyonya Greta dan mas Bram turun dari lantai atas menuju meja makan. Wajah segar dari keduanya terlihat semakin menawan. Apa lagi mas Bram, wajahnya sudah tak gelap dan kusam lagi seperti saat dia menjadi supir truk. Kini dia berubah menjadi pria kaya dan sangat tampan dengan wajah yang cerah.

Entah bagaimana mas Bram bisa bertemu dengan nyonya Greta. Bagaimana bisa secepat itu menjadi suami nyonya Greta. Dan ibu mertua sudah sangat akrab dengan menantunya ini. Di mana yang belum dipahami betul oleh Hani.

"Sayang, hari ini aku mau ajak kamu ke cabang perusahaan aku yang baru di buka beberapa bulan yang lalu, kamu mau kan temani aku?"

tanya Nyonya Greta dengan nada manja pada suaminya.

"Tentu sayang, kemana pun kamu meminta aku menemani kamu. Aku akan melakukannnya," jawab mas Bram dengan halus.

Membuat hati nyonya Greta berdebar kencang.

Setiap perlakuan lembut mas Bram pada nyonya Greta membuat hati Hani terasa tercabik-cabik. Belum pernah dia di perlakukan selembut itu. Setiap mas Bram pulang ke rumah, untuk menanyakan keadaan Hani saja enggan di lakukan olehnya.

Tapi kenyataannya saat ini di depan mata. Mas Bram kini berubah menjadi pria hangat, penyayang, yang sangat perduli dengan istrinya. Bahkan saat mereka berdua bermesraan seakan tak perduli dengan para pelayan di sana. Bagi Hani mas Bram memang sudah sangat keterlaluan sekali.

Tidak, Hani berpikir dia tak boleh gegabah. Jika dia melakukan sesuatu tindakan yang tak terduga. Bisa saja nyonya Greta melakukan yang lebih di luar perkiraan. Hani juga harus bisa menguasai situasi. Barulah dia memutuskan tindakan apa yang harus dia lakukan.

Sakit, jangan tanya lagi apa rasanya. Buat Hani mulai saat ini dia memutuskan perasaannya pada mas Bram. Sudah cukup sampai di sini perasaan dan ketulusannya untuknya. Sudah anggaplah mas Bram memang benar-benar sudah meninggal dalam kecelakaan tragis itu.

Kenapa Hani tak berpikir sejak awal, terlalu banyak kejanggalan di dalam kasus kecelakan suaminya itu. Tapi Hani berpikir, dia bisa apa jika dia mengetahui yang sebenarnya. Pesona nyonya Greta sungguh sangat menyilaukan mata. Apa lagi dengan hartanya. Lelaki miskin mana yang tak tergiur, jika di sodorkan kemewahan secara gratis sperti itu.

Hanya saja ada satu pertayaan di dalam hati Hani. Apa nyonya Greta mengetahui jika mas Bram memiliki istri di kampung. Atau kah mas Bram tidak mengakui Hani di dalam hidupnya. Semakin dipikirkan oleh Hani, semakin tertusuk rasanya di dalam hati. Ingin mengadu, tapi pada siapa.

Belajar untuk bertahan, agar tak mudah rapuh. Untuk apa tujuan hidup jika menyerah sampai di sini. Hani mencoba menguatkan hatinya sendiri. Namun tak semudah itu, pikiran boleh mengarah pada hal positif. Tapi, hati yang tersakiti secara sengaja lukanya akan menjadi dalam.

Jika lukanya semakin dalam, api kemarahan akan timbul secara alami.

Bagaimana cara mengatasinya, Hani hanya bisa mengusap air matanya. Hani menghela napas panjang, lalu menghembuskan lewat mulutnya. Mengambil segelas air lalu meminumnya hingga tandas. Mbok Rumi mendekatinya dengan heran.

"Kamu kenapa Hani, apa kamu sakit?" tanya Mbok Rumi, sepertinya dia melihat tingkah Hani yang tak biasa.

Mata mbok Rumi, melihat sesuatu kesedihan di dalam raut wajah Hani. Tapi mbok Rumi mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih dalam.

"Nggak Mbok, saya hanya merasa sedih aja. Ingat orang tua di kampung." Hani berusaha berbohong menyembunyikan kesedihannya.

Meski sebenarnya saat ini dia juga merindukan bapak dan ibu di kampung. Ingin rasanya dia menghampiri keduanya lalu memeluk mereka menumpahkan segala kesedihan yang dia alami saat ini. Agar hatinya merasa lega.

Di sini, dia tak ingin mempercayakan pada siapa pun suasana hatinya. Biarlah dia simpan rapat-rapat, tentang pengkhianatan suaminya saat ini. Tentang rasa sakit di hatinya. Biarkanlah luka itu semakin dalam melukainya. Agar dia tahu caranya untuk bertahan.

Hani berpikir lagi, haruskah mas Bram bahagia di atas penderitaannya saat ini. Pantaskah dia mendapatkan perlakuan tak adil selama ini. Bagaimana dirinya begitu bodoh mempercayai pria itu. Selama ini dia berusaha yang terbaik untuk berdiri di samping mas Bram. Menerima keadaan apa-adanya.

Tanpa mengeluh, mengapa begini, mengapa begitu. Namun inikah balasan yang di dapatkan olehnya. Ingin sekali hati Hani berteriak sekeras mungkin. Agar seisi dunia tahu, dia sedang tersakiti. Agar semilir angin membawa kabar pada siapa pun di luar sana. Bahwa dia terluka, sangat terluka.

Setelah membereskan meja makan, kedua majikan Hani beranjak keluar. Naik ke mobil mewah dan melajukan mobilnya ke suatu tempat. Yang tiada satu pun pelayan tahu, kemana tujuan majikan mereka. Tugas para pelayan di sini adalah menyiapkan kebutuhan majikan saat mereka berada di dalam rumah mewah itu.

"Nyonya Greta kini menjadi semakin cantik yah. Aura kecantikannya terpancar dari wajahnya, sejak kedatangan tuan besar ke rumah ini. Pokoknya mereka pasangan yang sangat serasi deh," ucap salah seorang pelayan yang masih mengerjakan pekerjaan di dapur.

"Ya, lihat perlakuan tuan besar pada nyonya Greta. Sungguh suami idaman," sahut seseorang lagi.

Semua pelayan di sini memuji hubungan majikan mereka, Hani hanya diam dan mendengarkan.

"Kalau kamu Hani, apa kamu sudah memiliki suami?" tanya seorang rekan pelayannya, lalu semua pelayan di dalam ruangan dapur menoleh ke arah Hani, menunggu jawabannya.

"Hani mengangguk pelan."

"Kamu udah punya suami Hani? Sekarang dia berada di mana. Apa dia tahu kalau kamu di Jakarta?"

Hani menggeleng pelan.

"Suamiku sudah meninggal," jawab Hani singkat.

"Maaf Hani, aku tak bermaksud membuat kamu sedih," ucap pelayan yang bernama Winda.

Hani mengangguk, lalu mereka melanjutkan pekerjaan dalam diam.

***

Pukul 19.00 sebuah mobil masuk ke dalam halaman rumah mewah milik nyonya Greta. Pasangan suami istri itu lalu turun dari mobil.

"Hani," panggil nyonya Greta.

"Iya nyonya."

"Tolong bawakan belanjaan saya dari mobil, bawa masuk ke kamar atas," pintanya pada Hani yang sedang membersihkan ruang tengah.

Hani mengangguk patuh dan menuju ke mobil mewah milik majikannya.

Beberapa paper bag dari brand ternama memenuhi bagasi mobil. Hani mengambil semuanya, lalu masuk kedalam rumah. Naik ke lantai atas di mana kamar nyonya Greta berada.

"Aduh mas, jangan ah. Geli tau."

Suara tawa nyonya Greta dicampur dengan nada manja membuat kuping Hani terasa panas. Ditambah lagi dengan suara tawa mas Bram yang memenuhi isi ruangan mereka hingga terdengar sampai keluar kamar, dimana Hani terpaku berdiri di depan pintu.

"Hani, ayo masuk."

Nyonya Greta memanggil Hani.

Sepertinya dia telah telah mengganti pakaian dengan pakaian yang minim dan tipis. Membuat setiap lekuk tubuhnya terpampang indah di depan mata. Siapa pun yang melihatnya pasti akan tergoda. Apa lagi pria mantan supir truk ini.

"Letakkan semuanya di dalam lemari aku ingin kamu menatanya di lemari pakaian ku."

"Baik nyonya."

Hani membuka lemari majikannya, lalu membuka barang belanjaan mereka tadi. Beberapa kemeja pria dan kaos mahal, Hani meletakkannya sesuai dengan tempatnya. Semua kebutuhan pria ini nyonya Greta penuhi. Hingga pakaian dalamnya juga. Hani diam, tak bersuara, jangan sampai air matanya tumpah lagi.

"Saat membuka paperbag yang lainnya, semua berisi pakaian dalam wanita, dan beberapa lingerie seksi. Membuat dada Hani bergemuruh sakit rasanya. Beberapa pakaian dalam wanita berbahan tipis dan menerawang yang sudah pasti milik nyonya Greta.

Bahagia sekali rasanya menjadi nyonya Greta, segalanya dapat dibeli dengan uang. Apa lagi suami, sekali jentikan jari saja, para pria langsung bertekuk lutut di hadapannya.

Hati Hani semakin hancur, setelah membereskan barang barang belanjaan majikannya, Hani memilih keluar dari kamar mewah milik majikannya. Saat dia berbalik pemandangan menjijikkan terpampang nyata di hadapannya. Kedua majikannya saling bercumbu mesra, tanpa menghiraukan keberadaan Hani di sana.

Hani dengan cepat keluar dari ruangan itu. Dia turun ke lantai bawah, dan langsung menuju ke kamar belakang miliknya. Hani lalu mengunci pintu, napasnya memburu naik turun. Sungguh dia sudah tak tahan lagi.

Hani memutuskan ingin pergi, ingin kabur dari sini. Dia sudah tak tahan lagi untuk bisa berlama lama di tempat ini. Lebih baik pergi dan tinggalkan tempat ini. Dari pada terus menyaksikan kepahitan setiap harinya yang disajikan oleh kedua majikannya itu.

Hani memasukkan beberapa pakaiannya ke dalam tas. Tak sengaja tangannya menyentuh sebuah map. Saat dibuka olehnya, betapa hancur semakin hancur hatinya kali ini. Mengingat isi perjanjian kontrak kerja yang sudah dia tanda tangani.

Hani duduk di lantai, tak tahu harus berbuat apa lagi. Jika dia kabur hari ini, bagaimana dia bisa menanggung resikonya sendirian.

"Pilih kabur atau bertahan?"

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
si hani hidup di antah berantah yg g ada hukum mungkin ya. klu yakin dan punya bukti si bram suamimu , kenapa g lapor polisi?? klu bodoh dan tolol maka terima aja nasibmu
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
hani harus tahan jangan kalh dengan bram pecundang nggak akan menang,hani harus punya uang nggak mikirin sakit klu uang sdh dapat baru pergi buat usaha ,harus kuat pelan "lawan dan kesampingkan sakit itu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kejutan di Rumah Majikan   Alasan

    Bagaimana bisa keluar dari penderitaan ini? Hani tak memiliki apa pun untuk bisa membayar ganti rugi upah selama kontrak satu tahun pada majikannya. Hani memilih duduk di lantai bersandar di ranjangnya. Sebenarnya, jika dipikir kembali, Hani bisa saja mengungkapkan semuanya pada nyonya Greta."Ya, lebih baik kuceritakan saja pada Nyonya Greta," Setelah menimbang beberapa saat, Hani berpikir memutuskan untuk menceritakan yang sesungguhnya. Biar sama-sama dapat rugi saja sekalian. Sekalipun nanti nyonya Greta akan menjebloskannya ke penjara, setidaknya suaminya yang pengkhianat itu juga mendapatkan balasan yang setimpal.Hani menghapus air matanya. Kembali dia merapikan lagi pakaian yang sudah dia bongkar dari lemari. Dia menatanya kembali agar menjadi rapi. Setelah membereskan semuanya, Hani kembali ke dapur, membantu para rekan pelayannya untuk menyiapkan makan malam. Kemewahan yang disajikan oleh Nyonya Greta tak main-main. Menu spesial orang kaya, yang bahkan selama bersama dengann

  • Kejutan di Rumah Majikan   Pasrah

    "Mas Bram!" Suara Nyonya Greta memanggil mas Bram, membuat keduanya terkejut, "Mbok Rumi, lihat mas Bram nggak?"Mendengar ucapan sang majikan, Hani seketika sadar bahwa posisinya begitu berbahaya. Bisa-bisa, dia akan dituduh "menggoda" suami majikannya ini."Pergilah, mas! Istri kaya rayamu sedang mencari keberadaan kamu," usir Hani sambil memalingkan wajahnya. Akan tetapi, dalam hatinya, menahan perih yang teramat sakit di dalam dada."Aku tak mau pergi, dek, sampai kamu mau mendengar penjelasan dariku.""Sudahlah mas! Jangan mencari alasan. Aku sudah ikhlas kok.""Nggak bisa begitu dek. Mas mohon, kamu mendengar sedikit saja penjelasan dariku saat ini.""Aku sudah tak perduli lagi, mas! Tadinya, aku ingin sekali menanyakan alasan kamu mengkhianatiku. Tapi tidak, aku sudah tak berniat ingin tahu lagi. Dengan semua yang aku lihat dengan mata kepalaku sendiri, aku sudah mendapatkan jawabannya," tegas Hani tanpa menoleh dan memandang wajah suaminya. Tidak! Itu bukan wajah suaminya, namu

  • Kejutan di Rumah Majikan   Mari berteman

    "Jika aku melapor pada polisi, kamu dan keluargamu tidak akan selamat!" tambah pria itu lagi.Hani masih terdiam di atas pohon. Masih belum mau beranjak dari tempat itu. Dia merasa masih berniat menyelesaikan hidupnya malam ini. Sedikit menunggu, dan membiarkan pria itu pergi. Sayangnya, pria itu enggan pergi. Dia masih berdiri di bawah sana, membuat Hani merasa risih sendiri."Kamu tahu kalau di pohon itu ada penunggunya?" tanya pria itu.Mendengar itu, Hani menggeleng."Jika kamu terus berada di situ, penunggunya bisa marah lho." Pria itu berusaha menakuti Hani.Hani terdiam dan mendengarkan pria itu."Jika penunggunya marah, bisa-bisa mata kamu dicungkil olehnya," ucapnya lagi dengan suara yang dibuat mengerikan. Membuat bulu roma Hani berdiri."Kamu mencoba membohongi aku kan?" tanya Hani, kesal."Aku tak biasa berbohong. Aku kan sudah lama berada di sini. Jadi, aku tahu siapa saja yang pernah menjadi korbannya," ucap pria itu meyakinkan, hingga membuat Hani bergidik ngeri."Ayo, t

  • Kejutan di Rumah Majikan   Jawaban

    Hani bangun dari tidurnya. Apa yang terjadi malam tadi cukup membuat badannya menjadi pegal. Apalagi, saat diturunkan secara sengaja oleh pria tak dikenal itu. Hani tersenyum sendiri mengingat kejadian konyol itu lagi. Akhirnya, Hani bergegas bersiap membersihkan diri lalu memakai seragam pelayan dan masuk segera ke kediaman mewah nyonya Greta.Kini sarapan sudah siap dihidangkan di atas meja. Kedua majikannya turun dari lantai atas. Tuan dan nyonya majikan kini duduk menyantap sarapan pagi mereka."Sayang," panggil Bram dengan suara yang dibuat selembut mungkin, hingga membuat Hani jijik."Iya?""Boleh nggak ibu dan adikku berkunjung ke mari? Mereka sangat kangen sama aku."Nyonya Greta memandang wajah suaminya beberapa saat. Membuat hati Bram berdetak lebih kencang, khawatir akan jawaban Greta yang akan mengecewakan.Namun, perempuan itu tersenyum manis, membuat hati Bram sedikit lega.Istrinya itu lalu menganggukkan kepala menyetujui permintaan suaminya."Boleh dong, sayang! Orang

  • Kejutan di Rumah Majikan   Awal Mula

    Setelah selesai membereskan pekerjaan, Hani bergegas keluar dari kediaman mewah majikannya. Hani melewati taman belakang, dan berjalan santai menuju ke arah kamarnya. Jarak menuju kamar pelayan memang sedikit memakan waktu kurang lebih tiga menit. "Ehem." Suara deheman seorang pria mengagetkan Hani, dan dia menoleh."Ka--mu?" Hani melonjak kaget, dan mendekapkan tangan di dadanya."Kenapa? Kamu kangen sama aku?" tanya pria itu tanpa basa basi. Melangkah maju mendekati Hani yang kini terpaku berdiri, masih belum mengusai keadaan, akibat rasa kagetnya."Bukan begitu, aku hanya kaget dengan suara kamu," jawab Hani asal."Oh." Pria itu mendengus kesal, melihat reaksi kaget Hani, yang terlalu berlebihan baginya. Pria itu lalu berdiri sejajar dengan Hani, sambil bersiul pelan. Entah kenapa keduanya diliputi rasa canggung yang tiba-tiba. Tak tahu harus berbicara apa lagi.Hani teringat dengan tujuannya jika bertemu dengan pria itu lagi. Perlahan dia mengambil sapu tangan dari balik saku ba

  • Kejutan di Rumah Majikan   Tamu

    Niko mengangkat tangannya dan menyuruh para satpam berhenti menunduk. Kemudian, dia berjalan santai sambil menujukan jari telunjuk di bibirnya. Tanda, dia tak mau diketahui oleh seseorang keberadaannya di tempat itu. Semua satpam dalam pos jaga rumah mewah milik nyonya Greta itu lalu mengangguk dan menuruti perintahnya.Niko kemudian mengarahkan sebuah kunci pada mobil sport berwarna biru terang yang terparkir agak jauh dari rumah mewah itu, dan masuk ke dalamya. Tanpa menoleh lagi, dia segera menancapkan gas, melajukan mobilnya membelah jalanan ibu kota. Mobilnya terus melaju kencang, dengan kecepatan tinggi. Hingga setengah jam kemudian, mobilnya berhenti di area parkir sebuah kawasan apartemen mewah dan terbesar di kota ini.Niko masuk ke sebuah unit apartemen miliknya. Setelah membersihkan diri di kamar mandi dia merebahkan dirinya di atas ranjang empuk miliknya. Mata Niko terpejam, namun yang muncul dalam bayangannya membuat dia tersentak kaget."Hani," gumamnya dalam hati.Kini

  • Kejutan di Rumah Majikan   Sayang sekali

    "Nggak bisa bu. Apa ibu sudah membuat janji dengan nyonya Greta?" tanya pak Paijo pada ibu Siti."Heh, kamu tinggal buka pintu gerbangnya dan biarkan kami masuk!" perintah ibu Siti seakan dialah pemilik bangunan mewah di depan matanya.Seorang penjaga berinisiatif menelpon nyonya Greta, yang kebetulan sedang berada di kantor. Setelah mendapatkan izin dari nyonya Greta, ibu Siti dan Nita diperbolehkan masuk ke dalam rumah utama. Mbok Rumi lalu membuka pintu depan dan matanya membulat melihat ibu mertua dan ipar sang Nyonya yang sudah terpampang nyata di hadapannya."Apa kami boleh masuk, bi?" tanya Nita yang sudah tak memiliki kesabaran lagi. Namun, dia melengos masuk ke dalam rumah milik kakak iparnya itu dengan tak sopan. Dengan cepat, dia memilih duduk di sebuah sofa di ruangan tamu.Mbok Rumi sepertinya tak perlu repot mempersilahkan tamu spesial sang majikan untuk duduk. Dia memilih berbalik dan akan menuju ke dapur."Bibi!" panggil Nita.Mbok Rumi berbalik ke arah Nita dengan sop

  • Kejutan di Rumah Majikan   POV Bram

    Kisah pertemuanku dengan Greta sudah berlangsung selama tiga bulan. Awalnya, aku melihat mobilnya berhenti di tengah hutan pinus menuju ibu kota. Jalanan yang cukup sepi dan rawan begal. Setelah truk milikku mendekati, ternyata mobilnya memang sedang dipalak oleh beberapa orang begal.Tanpa berpikir panjang, aku menepikan truk yang aku kemudikan. Walau para begal berjumlah lima orang, aku bisa menghadapi mereka satu per satu. Berbekal dengan kemampuan bela diri yang sempat aku pelajari saat remaja dahulu, akhirnya tak membutuhkan waktu yang lama, aku dengan mudah bisa menumbangkan mereka satu per satu. Hingga mereka memilih melarikan diri meninggalkan kami berdua."Te--ri-ma kasih sudah menolong aku. Kalau nggak ada kamu aku tak bisa mengira hidupku akan menjadi apa," ucapnya dengan nada bergetar karena ketakutan. Dan air mata yang berlinang.Wanita di hadapanku sangat cantik dengan penampilannya yang pasti dia adalah orang kaya. Usianya mungkin berbeda jauh di atasku. Meski dia sedang

Latest chapter

  • Kejutan di Rumah Majikan   Kenyataan pahit

    Niko mendekati mbok Rumi, menantikan jawaban pasti darinya. Sesuatu yang sangat berharga milik kakaknya sudah dibongkar."Katakan padaku mbok, apa yang hilang," pinta Niko menekankan.Mbok Rumi semakin ketakutan, saat ibu Siti dan Nita juga turut masuk ke dalam kamar majikannya."Kalian sedang ingin tahu tentang apa? Bertanyalah padaku atau Nita. Kami bisa menjawabnya."Tiba-tiba ibu Siti bersuara, dan masuk ke kamar.Niko mendekati kedua wanita ular itu, lalu menatap wajah mereka satu per satu dengan tatapan tak suka."Jelaskan padaku, kemana semua barang-barang milik kakakku!" Cecar Niko pada ibu Siti."Kalau semua barang-barang milik Greta hilang bukan salah kami, dong. Kamu sebagai adiknya yang harusnya bertanggung jawab."Jawab ibu Siti dengan enteng."Maksud kamu apa?""Semua barang-barang milik Greta sudah dijual.""Semuanya salah kamu nak Niko, semua aset dan kekayaan milik menantuku kamu ambil alih, hanya tersisa perusahaan yang keuntungannya per tahun tak seberapa. Jadi wajar

  • Kejutan di Rumah Majikan   Meminta maaf

    "Nak Hani," panggil ibu Siti.Hani menoleh ke arah suara, dan memandang tajam ke arah ibu Siti. Wajah ibu Siti menampakan senyum terbaiknya. Membuat hati Hani sedikit lega. Pastinya ibu Siti tak mendengarkan perbincangan mereka barusan."Ayo kita makan siang nak, mbok Rumi sudah menyiapkan hidangan spesial untuk menyambut kedatangan kalian di rumah ini."Ibu Siti mengajak Hani dengan nada yang begitu lembut, seakan tak pernah terjadi apa-apa di antara mereka. Melihat tindakan ibu Siti yang tak biasa seperti ini, Hani sudah bisa menebak. Sepertinya ada sesuatu yang diinginkan oleh Ibu Siti yang mulai baik padanya. Dengan telaten ibu Siti menyendukkan nasi ke piring milik Hani. Hanya pada piring Hani, dia tak perduli dengan wajah cemberut Nita. Bram malah tersenyum melihat kelembutan ibunya."Makan yang banyak ya nak Hani, masakan mbok Rumi sangat enak lho," ucap ibu Siti.Seolah Hani tak tahu itu.Hani memutar bola matanya, rasanya malas sekali mendengar wanita penjahat ini tiba-tib

  • Kejutan di Rumah Majikan   Obat yang salah

    "Di mana kak Greta?Mata Niko memandang sekeliling ruangan itu, tapi kakaknya tak ada.Niko segera berdiri lalu berniat mencari keberadaan kakaknya."Niko, tunggu!"Suara Bram menghentikan langkah Niko. Tapi tak diindahkan olehnya. Niko melangkahkan kakinya menuju lantai atas, di mana kamar kakaknya.Wajah ibu Siti dan Nita berubah memucat. Mereka saling berpegangan tangan. Mungkin mereka sedang melakukan sebuah kesalahan, hingga wajah mereka ketakutan seperti itu. Apa lagi Bram tak kalah paniknya.Saat sudah tiba di depan pintu kamarnya, Niko tampak ragu membuka pintu kamar milik kakaknya itu. Belum juga di meraih handle pintu, seorang wanita dengan riasan berantakan, dan rambut kusut keluar dari kamar itu."Hei, siapa kamu?"Bentak Niko pada wanita itu, sehingga dia menjadi kaget setengah mati.Sedetik kemudian dia memandang wajah Niko, lalu mendekatinya."Tanyakan saja pada pria yang sudah membayar jasa saya semalam."Jawab wanita itu ketus, tak perduli lalu pergi tak menghiraukan

  • Kejutan di Rumah Majikan   Mbak Via

    Semua yang berada di dalam ruangan saling bergantian memberikan selamat pada Hani dan Niko. Bapak terlihat meneteskan air mata, saat melihat Hani. Begitu pun dengan ibu, tak berhenti mengucapkan doa agar Hani dan Niko merasa bahagia.Keputusan telah dibuat, satu bulan lagi mereka akan menikah. "Bapak dan ibu tenang saja. Semua urusan pernikahan, aku yang akan siapkan."Ucap Niko pada kedua calon mertuanya."Terima kasih nak, bapak dan ibu mempercayakan semuanya pada nak Niko."Jawab Bapak.Dia merasa tenang, sepertinya Niko adalah pria yang baik. Apa pun yang menjadi keputusan Hani adalah yang terbaik bagi dirinya. Ibu memeluk Hani, merasa terharu. Hani sudah mendapatkan kepahitan di masa lalunya.Dia berhak menemukan kebahagiaannya saat ini. Dan Niko adalah pria yang tepat baginya. Ponsel Niko berdering, layar ponselnya menyala. Sepertinya panggilan dari nomor telpon rumah nyonya Greta kakaknya."Halo, tuan Niko."Suara mbok Rumi terdengar pelan sekali."Mbok Rumi ada apa menelpon?

  • Kejutan di Rumah Majikan   Lamaran

    Hani pulang dengan rasa bahagia. Momen terindah yang tak dapat dilupakan olehnya. Niko benar-benar memperlakukannya dengan sangat baik. Tak ada alasan bagi Hani untuk menolak dirinya.Bahkan Hani tak bisa memejamkan mata, mengingat setiap kata yang diucapkan oleh Niko tadi saat melamar dirinya. Ini bukan mimpi, dan inilah kenyataannya. Hani memandang tangannya, yang saat ini cincin berlian bertahta indah melingkar di jarinya.Entah apa yang dipikirkan oleh Niko. Kenapa permintaannya terlalu mendadak seperti ini. Sudahlah, Hani tak ingin banyak berpikir, biarkan semuanya berjalan sebagaimana mestinya.Sinar matahari pagi menerobos kaca jendela kamar Hani. Bunyi ponselnya yang berisik membangunkannya. Tangan Hani meraih ponsel di atas nakas, lalu menggeser layarnya."Halo sayang," sapa Niko terdengar sangat gembira dari seberang."Apa kamu sudah bangun? Cepatlah bersiap, aku akan mengajak kamu ke suatu tempat." Hani mengernyitkan dahinya."Mau ke mana?""Sudah jangan banyak bertanya, ha

  • Kejutan di Rumah Majikan   Cincin berlian

    Tepat pukul 19.00 mobil Niko sudah masuk ke halaman rumah Hani. "Hani, nak Niko sudah datang, cepatlah keluar."Pinta ibu sambil mengetuk pintu kamar Hani berulang kali.CeklekPintu kamar Hani terbuka.Melihat Hani keluar dari kamar membuat bapak dan ibu takjub.Hani mengenakan gaun berwarna hitam panjang, dengan belahan samping hingga sampai di paha. Memperlihatkan pahanya yang putih dan mulus. Gaun yang sangat pas di tubuh ramping miliknya. Polesan make up yang sedikit berbeda malam ini membuat penampilannya semakin memukau."Cantik sekali putri ibu," ucap ibu memuji putrinya."Bapak mengira kamu ini bidadari nak. Kamu cantik sekali." Bapak juga tak ingin kalah, memuji penampilan putrinya."Jika Niko melihat kamu, bapak yakin dia tak akan mengantarkan kamu pulang nak. Bisa gawat ini."Ucap bapak berkelakar.Membuat ibu dan Hani tertawa."Sudah pak, cukup guyonannya. Kasihan nak Niko kalau menunggu terlalu lama di luar." Ucap ibu meminta berhenti.Bapak dan ibu mengantar Hani keluar

  • Kejutan di Rumah Majikan   Berdandan

    Hani mengajak Niko naik ke panggung. Niko sangat tak menginginkan situasi seperti ini. Sementara Ayunda tersenyum penuh kemenangan. Karena bujukkannya pada Hani berhasil.Hani berniat mendekati Ayunda, agar tak ada jarak di antara mereka. Tiba-tiba Hans mengikuti langkah Niko. Lalu berbisik pada Niko, membuat Niko bernapas lega. Hans pun menganggukkan kepala ke arah Hani."Terima kasih Hani, kamu sudah mewujudkan keinginanku malam ini," ucap Ayunda tersenyum."Siapa bilang aku mengijinkan kamu untuk bertunangan dengan Niko?"Pertanyaan Hani sontak membuat Ayunda terperangah kaget.Seorang pria berbadan kurus dan tinggi berpakaian jas berwarna hitam masuk ke dalam ruangan. Hani tersenyum ke arah pria itu."Harusnya aku yang akan memberikan kejutan untuk kamu Ayunda."Ucap Hani tenang, melihat wajah Ayunda memerah menahan amarah saat pria itu sudah berdiri di sampingnya."Ayunda, aku bawakan kejutan untuk kamu."Pria berjas hitam itu menyerahkan sebuah amplop pada Ayunda.Segera Ayund

  • Kejutan di Rumah Majikan   Undangan

    "Hentikan!"Niko berteriak emosi.Melihat Ayunda begitu lihai membujuk Hani agar mau mengikuti keinginannya.Niko mendekati mereka, lalu memegang pergelangan tangan Hani. Kemudian mengajak Hani pergi dari sana."Niko!"Teriak Ayunda. Niko enggan untuk sekedar berbalik untuk melihatnya. Langkahnya semakin panjang, mengajak Hani pergi dari sana lalu masuk ke dalam mobil.Lalu memerintahkan Hans untuk melajukan mobilnya. Niko meminta Hans untuk membawa mereka kembali ke hotel.***"Hani, kamu kemana saja, sejak semalam kamu pergi dan tak memberi kabar. Apa kamu tahu aku sangat mencemaskan kamu?"Tanya Niko, yang sudah duduk berdampingan dengan Hani di sofa ruangan tengah.Hani menatap manik mata elang Niko dalam.Niko mengambil tangan Hani dan menggenggamnya. Sungguh dia sangat khawatir, karena Niko sangat tahu sifat Ayunda yang sangat ekstrim. Dia bisa melakukan apa saja untuk mendapatkan keinginanya. Bahkan kalau bisa dia mengingankan mencelakakan seseorang pasti akan dia lakukan.Hani

  • Kejutan di Rumah Majikan   Bujukan

    Ayunda wanita yang sangat cantik. Dia juga seorang model yang cukup terkenal. Pertemuannya dengan Niko saat acara peresmian perusahaan baru ayahnya yang bekerja sama dengan perusahaan Niko. Keduanya lalu bertukar nomor. Dan Niko berpikir itu hanya sebatas urusan bisnis saja.Saat Ayunda menghubungi Niko, dan memintanya bertemu Niko, pikir Ayunda sudah menjadi bagian dari perusahaan ayahnya. Yang mau belajar tentang bisnis dan berbagi ilmu, itu saja.Semakin hari kedekatan Ayunda dengannya semakin membuat risih. Niko yang saat itu pikirannya sedang terbagi, antara pekerjaan dan mencari keberadaan Hani. Sikap cuek dan dingin dari Niko malah membuat Ayunda tertantang.Setiap hari Ayunda selalu memiliki alasan agar bisa bertemu Niko. Meminta Niko melakukan ini dan itu untuknya. Niko tak ingin kehidupannya terganggu oleh Ayunda berulang kali menolak Ayunda. Penolakan Niko membuat Ayunda tak pernah patah semangat."Semua pria bertekuk lutut, untuk bisa tiba di atas ranjang bersamaku. Kini

DMCA.com Protection Status