Hani menatap kaca jendela pesawat. Tak terasa kini dia bisa kembali menginjakkan kaki di tanah air. Kisah perjalanan hidupnya banyak membawa pelajaran baginya. Buat Hani masa lalunya kini dia harus kubur dalam-dalam.Rasa sakit hati dikhianati, kini sudah tak terasa lagi sakitnya. Hani sudah berdiri tegak, setelah jauh sebelumnya dia sudah mengikhkaskan masa lalunya. Berpikir memilih jalan menuju ke tujuan, yaitu puncak kesuksesan.Jika orang-orang di sekitar Hani berpikir dia telah tiba di puncak kesuksesannya. Tidak bagi Hani, saat ini dia masih jauh dari kata kesuksesaan itu. Di dalam dirinya kini tertanam rasa tak pernah puas, dan semakin hari semakin ingin belajar untuk bisa menjadi lebih dan unggul. Tanpa menimbulkan rasa sakit bagi orang lain.Penampilan Hani juga kini mulai berubah. Jika dulu dia hanya mengenakan kaos longgar dan rok panjang. Dengan bau keringat karena terus bekerja, meski lelah tapi tak bisa beristirahat. Kini Hani menjelma bagai para model. Apa pun yang dia
"Istri tak berguna. Ibu lelah untuk mengurus orang sakit seperti ini. Kenapa Bram tak meracuni saja dia dengan cepat. Agar kita bisa bebas darinya, dan menguasai semua harta kekayaannya."Gerutu ibu Siti di meja makan. Dia merasa eneg saat sarapan, harus melihat pemandangan yang sama selama lima tahun terakhir ini. Melihat menantunya tak berdaya di atas kursi roda dengan tubuh kaku tak berdaya."Entahlah bu, aku juga tak mengerti jalan pikiran kak Bram. Untuk apa juga dia mempertahankan wanita tak berguna ini, coba bayangkan."Sambung Nita sambil terus mengunyah makanan di mulutnya dengan sinis ke arah iparnya."Bagaimana bisa kak Bram mau bertahan selama lima tahun terakhir ini. Hanya untuk mengurus wanita sakit seperti ini. Dia masih punya kesempatan untuk menikahi wanita cantik lainnya, bahkan wanita dari kalangan sosialita yang jauh lebih menarik dari wanita tua itu."Lanjut Nita lagi sambil menunjuk dengan raut wajah tak suka pada nyonya Greta.Dia heran, nyonya Greta kini sudah
Hari-hari nyonya Greta sudah seperti di neraka. Penyesalan selalu datang terlambat. Andai sejak awal dia mendengarkan Niko. Andai dia lebih mempertimbangkan pendapat Niko sebelum menikah, namun kini sudah tak ada gunanya juga.Setiap malam, wajah wanita berbeda silih berganti menuntaskan gairah suaminya. Sebenarnya nyonya Greta sudah sangat tak perduli, jika Bram nekat untuk melakukan di hadapannya. Hanya saja kenapa harus di atas ranjang miliknya. Apakah Bram memang benar-benar berniat melukai dirinya sedalam ini?Hani menutup matanya. Sekalipun adegan demi adegan yang mereka lakukan bisa dielak oleh penglihatannya. Tapi suara berisik wanita-wanita itu seakan terekam jelas di telinga mengguncang dirinya. Tapi dia bisa apa, hanya bisa berteriak dan menangis dalam hati tanpa ekspresi.Setelah puas, dengan mudahnya Bram melemparkan segepok uang merah pada wanita yang sudah memuaskan ranjangnya. Benar-benar kelakuan Bram sudah melewati batasannya."Terima kasih bos, nanti kalau membutuhk
Kediaman mewah milik Greta terlihat sangat sepi di siang hari. Jika tak pergi berbelanja, ibu Siti dan Nita memilih melakukan perawatan di salon. Tapi nyatanya hari ini, mereka tak bisa melakukan apa-apa saat Bram kini menghentikan sumber pundi-pundi rejeki bagi mereka.Sore yang melelahkan, Bram turun dari mobil. Melangkah dengan gontai masuk ke dalam rumah. Tumben rumah sepi, mungkin ibu mertua dan Nita sedang tidur siang. Langkah Bram dilanjutkan masuk ke dalam kamar miliknya. Istrinya sedang terbaring di atas ranjang. "Ini semua karena kamu, jika saja kamu tak memberikan kekuasanmu pada adikmu. Mungkin aku tak akan sejahat ini, untukmu," gerutu Bram pada istrinya.Walau istrinya hanya diam, Bram sangat tahu kalau istrinya mendengar perkataannya. Di kantor dia sudah banyak mendapatkan masalah. Tujuan kerja samanya dengan Surya Grup ditolak mentah-mentah. Apa lagi dengan sebuah alasan yang tak jelas kenapa. Bahkan wanita yang semalam tidur dengannya, ternyata hanya untuk memperma
"Cepat cari tahu segera di mana dia kini berada."Pekik Niko dengan nada berapi-api, saat menelpon kembali sang pengirim gambar tadi. Akhirnya penantiannya selama lima tahun membuahkan hasil. Pencariannya menemukan titik temu. Rasa bahagia bercampur aduk masuk di hati seorang Niko.Niko tak percaya potret siapa yang baru saja dikirimkan oleh seseorang suruhannya. Hari ini sungguh sangat membahagiakan baginya. Buah dari kesabaran, memang benar-benar manis."Maaf tuan, foto itu aku temukan pada file seorang fotografer yang bekerja memotret acara peragaan busana musim dingin, di Italia lima bulan yang lalu."Jawab pria di balik telpon itu. Ku pikir aku bisa memastikannya pada anda terlebih dahulu."Apa lagi yang kau tunggu, cari informasi yang lengkap pada pihak penyelenggara peragaan busana ke Italia, sekarang juga!"Perintahnya dengan tak sabar."Aku akan menunggu, hingga kamu sampai temukan dirinya.""Baik tuan akan saya lakukan, akan saya usahakan yang terbaik," jawab pria itu lalu
Peragaan busana di Singapura berlangsung dengan sempurna. Karya Hani yang sudah dikenal beberapa artis, kini para istri pejabat mulai mengikuti mode yang disajikan oleh butik Hani. Sebelum pulang ke tanah air, beberapa istri pengusaha memberikan uang muka pada Hani agar membuatkan gaun yang indah.Pundi-pundi tabungan Hani kini mulai bertambah. Setelah penghargaan untuknya diberikan sebagai, desainer pendatang baru dengan peminat yang paling banyak menyukai karyanya. Membuat semua orang yang mulai mengenal karya Hani, mempercayakan dirinya untuk karya baru, dan beberapa tawaran bisnis yang menjanjikan.Hani masih tak bisa mempercayai, hidupnya kini berubah seratus delapan puluh derajat dalam waktu sekejap. Bukankan pencapaian ini hanya ada dalam mimpi saja. Bahkan nyaris mustahil. Tapi jika tangan Tuhan telah berkehendak, yang mustahil pun bisa menjadi kenyataan. Dan bahkan di luar kendali pikiran manusia itu sendiri, yang biasanya juga di luar dugaan.Bagai mendapat durian runtuh, se
Ibu Siti membisikan sesuatu di telinga Bram."Kamu mau kan nak?"Tanya ibu Siti kembali memastikan. Putranya benar ada di pihaknya atau bukan."Baik bu, itu ide yang sangat bagus," tukas Bram dengan raut wajah bahagia.Dia tak menyangka, selama ini Hani menghilang, dan kini dia muncul dengan pencapaian yang luar biasa."Istriku itu memang sangat hebat bu, aku jadi bangga.""Tentu nak, kalau tahu akan menjadi seperti ini. Buat apa kita hanya membuang waktu saja hidup di rumah wanita ini."Ucap Ibu Siti sinis pada nyonya Greta, yang masih duduk di kursi rodanya di ujung ruangan.Matanya hanya bisa menatap sendu kedua manusia berhati iblis itu.Walau nyonya Greta sakit, tak bisa berbicara, dan tak bisa menggerakkan semua anggota tubuhnya dengan normal. Tapi, otak nyonya Greta masih bisa menangkap jelas pembicaraan orang-orang di hadapannya. Dia masih mampu berpikir mana yang baik dan mana yang buruk di dalam rumah ini selama lima tahun dia belajar dalam diam.Meski terasa sakit, tapi dia
Hans mengangguk tanda mengerti, keinginan tuannya. Selama lima tahun terakhir hanya Hans yang setia berada di sisi tuan Niko. Mereka sudah bersahabat dekat sejak kecil. Hans adalah putra asisten pribadi ayahnya dahulu. Mereka tumbuh bersama, bahkan ayah Niko menyekolahkan Hans di sekolah yang sama. Hingga mereka memutuskan kuliah di tempat yang berbeda. Tapi kini, Hans memilih bekerja bersama sahabatnya atas permintaannya, sebagai balas budi untuk keluarga ayah Niko."Apa kau bisa melakukannya dengan cepat?"Tanya Niko memastikan."Kau sedang meragukan kemampuanku tuan Niko?"Tanya Hans dengan nada mengejek, membuat Niko geram."Baiklah tuan pintar, lakukan secepatnya, aku ingin semuanya selesai dalam tiga hari."Tegas Niko membuat Hans membulatkan matanya."Apa kau pikir akan semudah yang kamu pikirkan?"Hans sepertinya tak yakin, jika rencana mereka akan cepat selesai. Mengingat perusahaan Niko lebih banyak mengembangkan dunia property. Sepertinya akan tak masuk akal jika bergabung