"Istri tak berguna. Ibu lelah untuk mengurus orang sakit seperti ini. Kenapa Bram tak meracuni saja dia dengan cepat. Agar kita bisa bebas darinya, dan menguasai semua harta kekayaannya."Gerutu ibu Siti di meja makan. Dia merasa eneg saat sarapan, harus melihat pemandangan yang sama selama lima tahun terakhir ini. Melihat menantunya tak berdaya di atas kursi roda dengan tubuh kaku tak berdaya."Entahlah bu, aku juga tak mengerti jalan pikiran kak Bram. Untuk apa juga dia mempertahankan wanita tak berguna ini, coba bayangkan."Sambung Nita sambil terus mengunyah makanan di mulutnya dengan sinis ke arah iparnya."Bagaimana bisa kak Bram mau bertahan selama lima tahun terakhir ini. Hanya untuk mengurus wanita sakit seperti ini. Dia masih punya kesempatan untuk menikahi wanita cantik lainnya, bahkan wanita dari kalangan sosialita yang jauh lebih menarik dari wanita tua itu."Lanjut Nita lagi sambil menunjuk dengan raut wajah tak suka pada nyonya Greta.Dia heran, nyonya Greta kini sudah
Hari-hari nyonya Greta sudah seperti di neraka. Penyesalan selalu datang terlambat. Andai sejak awal dia mendengarkan Niko. Andai dia lebih mempertimbangkan pendapat Niko sebelum menikah, namun kini sudah tak ada gunanya juga.Setiap malam, wajah wanita berbeda silih berganti menuntaskan gairah suaminya. Sebenarnya nyonya Greta sudah sangat tak perduli, jika Bram nekat untuk melakukan di hadapannya. Hanya saja kenapa harus di atas ranjang miliknya. Apakah Bram memang benar-benar berniat melukai dirinya sedalam ini?Hani menutup matanya. Sekalipun adegan demi adegan yang mereka lakukan bisa dielak oleh penglihatannya. Tapi suara berisik wanita-wanita itu seakan terekam jelas di telinga mengguncang dirinya. Tapi dia bisa apa, hanya bisa berteriak dan menangis dalam hati tanpa ekspresi.Setelah puas, dengan mudahnya Bram melemparkan segepok uang merah pada wanita yang sudah memuaskan ranjangnya. Benar-benar kelakuan Bram sudah melewati batasannya."Terima kasih bos, nanti kalau membutuhk
Kediaman mewah milik Greta terlihat sangat sepi di siang hari. Jika tak pergi berbelanja, ibu Siti dan Nita memilih melakukan perawatan di salon. Tapi nyatanya hari ini, mereka tak bisa melakukan apa-apa saat Bram kini menghentikan sumber pundi-pundi rejeki bagi mereka.Sore yang melelahkan, Bram turun dari mobil. Melangkah dengan gontai masuk ke dalam rumah. Tumben rumah sepi, mungkin ibu mertua dan Nita sedang tidur siang. Langkah Bram dilanjutkan masuk ke dalam kamar miliknya. Istrinya sedang terbaring di atas ranjang. "Ini semua karena kamu, jika saja kamu tak memberikan kekuasanmu pada adikmu. Mungkin aku tak akan sejahat ini, untukmu," gerutu Bram pada istrinya.Walau istrinya hanya diam, Bram sangat tahu kalau istrinya mendengar perkataannya. Di kantor dia sudah banyak mendapatkan masalah. Tujuan kerja samanya dengan Surya Grup ditolak mentah-mentah. Apa lagi dengan sebuah alasan yang tak jelas kenapa. Bahkan wanita yang semalam tidur dengannya, ternyata hanya untuk memperma
"Cepat cari tahu segera di mana dia kini berada."Pekik Niko dengan nada berapi-api, saat menelpon kembali sang pengirim gambar tadi. Akhirnya penantiannya selama lima tahun membuahkan hasil. Pencariannya menemukan titik temu. Rasa bahagia bercampur aduk masuk di hati seorang Niko.Niko tak percaya potret siapa yang baru saja dikirimkan oleh seseorang suruhannya. Hari ini sungguh sangat membahagiakan baginya. Buah dari kesabaran, memang benar-benar manis."Maaf tuan, foto itu aku temukan pada file seorang fotografer yang bekerja memotret acara peragaan busana musim dingin, di Italia lima bulan yang lalu."Jawab pria di balik telpon itu. Ku pikir aku bisa memastikannya pada anda terlebih dahulu."Apa lagi yang kau tunggu, cari informasi yang lengkap pada pihak penyelenggara peragaan busana ke Italia, sekarang juga!"Perintahnya dengan tak sabar."Aku akan menunggu, hingga kamu sampai temukan dirinya.""Baik tuan akan saya lakukan, akan saya usahakan yang terbaik," jawab pria itu lalu
Peragaan busana di Singapura berlangsung dengan sempurna. Karya Hani yang sudah dikenal beberapa artis, kini para istri pejabat mulai mengikuti mode yang disajikan oleh butik Hani. Sebelum pulang ke tanah air, beberapa istri pengusaha memberikan uang muka pada Hani agar membuatkan gaun yang indah.Pundi-pundi tabungan Hani kini mulai bertambah. Setelah penghargaan untuknya diberikan sebagai, desainer pendatang baru dengan peminat yang paling banyak menyukai karyanya. Membuat semua orang yang mulai mengenal karya Hani, mempercayakan dirinya untuk karya baru, dan beberapa tawaran bisnis yang menjanjikan.Hani masih tak bisa mempercayai, hidupnya kini berubah seratus delapan puluh derajat dalam waktu sekejap. Bukankan pencapaian ini hanya ada dalam mimpi saja. Bahkan nyaris mustahil. Tapi jika tangan Tuhan telah berkehendak, yang mustahil pun bisa menjadi kenyataan. Dan bahkan di luar kendali pikiran manusia itu sendiri, yang biasanya juga di luar dugaan.Bagai mendapat durian runtuh, se
Ibu Siti membisikan sesuatu di telinga Bram."Kamu mau kan nak?"Tanya ibu Siti kembali memastikan. Putranya benar ada di pihaknya atau bukan."Baik bu, itu ide yang sangat bagus," tukas Bram dengan raut wajah bahagia.Dia tak menyangka, selama ini Hani menghilang, dan kini dia muncul dengan pencapaian yang luar biasa."Istriku itu memang sangat hebat bu, aku jadi bangga.""Tentu nak, kalau tahu akan menjadi seperti ini. Buat apa kita hanya membuang waktu saja hidup di rumah wanita ini."Ucap Ibu Siti sinis pada nyonya Greta, yang masih duduk di kursi rodanya di ujung ruangan.Matanya hanya bisa menatap sendu kedua manusia berhati iblis itu.Walau nyonya Greta sakit, tak bisa berbicara, dan tak bisa menggerakkan semua anggota tubuhnya dengan normal. Tapi, otak nyonya Greta masih bisa menangkap jelas pembicaraan orang-orang di hadapannya. Dia masih mampu berpikir mana yang baik dan mana yang buruk di dalam rumah ini selama lima tahun dia belajar dalam diam.Meski terasa sakit, tapi dia
Hans mengangguk tanda mengerti, keinginan tuannya. Selama lima tahun terakhir hanya Hans yang setia berada di sisi tuan Niko. Mereka sudah bersahabat dekat sejak kecil. Hans adalah putra asisten pribadi ayahnya dahulu. Mereka tumbuh bersama, bahkan ayah Niko menyekolahkan Hans di sekolah yang sama. Hingga mereka memutuskan kuliah di tempat yang berbeda. Tapi kini, Hans memilih bekerja bersama sahabatnya atas permintaannya, sebagai balas budi untuk keluarga ayah Niko."Apa kau bisa melakukannya dengan cepat?"Tanya Niko memastikan."Kau sedang meragukan kemampuanku tuan Niko?"Tanya Hans dengan nada mengejek, membuat Niko geram."Baiklah tuan pintar, lakukan secepatnya, aku ingin semuanya selesai dalam tiga hari."Tegas Niko membuat Hans membulatkan matanya."Apa kau pikir akan semudah yang kamu pikirkan?"Hans sepertinya tak yakin, jika rencana mereka akan cepat selesai. Mengingat perusahaan Niko lebih banyak mengembangkan dunia property. Sepertinya akan tak masuk akal jika bergabung
Ibu Siti terus mengoceh, tak terima diperlakukan secara kasar oleh para suruhan Hani. Tidak dia boleh menyerah, kali ini dia memilih untuk kembali pulang. Lalu kembali pulang dan memikirkan rencana baru yang akan membuat hati Hani menjadi luluh."Ibu? Kenapa cepat sekali ibu kembali?"Tanya Nita, sepertinya dia terkejut melihat ibunya kembali pulang. Apa yang sedang terjadi, Nita ingin tahu. Bagaimana reaksi Hani tadi saat menyambut kedatangan ibunya.Ibu Siti mendenggus kesal. Dia sangat marah dengan perlakuan Hani tadi di rumahnya."Apa salahnya coba, jika aku masuk ke rumahnya. Sombong sekali kamu Hani. Mentang-mentang sudah kaya dan terkenal kamu mengabaikan aku?"Umpat ibu Siti menggebu.Dia tak terima diperlakukan secara kasar oleh Hani. Tapi, walau bagaimana pun, saat ini ibu Siti berpikir dia harus bisa menahan diri. Agar bisa mengambil hati Hani. Dan juga Hani akan mengasihani dirinya dan mau membuka lebar pintu rumah untuknya."Tapi bagaimana caranya?"Gumam ibu Siti lagi, be
Niko mendekati mbok Rumi, menantikan jawaban pasti darinya. Sesuatu yang sangat berharga milik kakaknya sudah dibongkar."Katakan padaku mbok, apa yang hilang," pinta Niko menekankan.Mbok Rumi semakin ketakutan, saat ibu Siti dan Nita juga turut masuk ke dalam kamar majikannya."Kalian sedang ingin tahu tentang apa? Bertanyalah padaku atau Nita. Kami bisa menjawabnya."Tiba-tiba ibu Siti bersuara, dan masuk ke kamar.Niko mendekati kedua wanita ular itu, lalu menatap wajah mereka satu per satu dengan tatapan tak suka."Jelaskan padaku, kemana semua barang-barang milik kakakku!" Cecar Niko pada ibu Siti."Kalau semua barang-barang milik Greta hilang bukan salah kami, dong. Kamu sebagai adiknya yang harusnya bertanggung jawab."Jawab ibu Siti dengan enteng."Maksud kamu apa?""Semua barang-barang milik Greta sudah dijual.""Semuanya salah kamu nak Niko, semua aset dan kekayaan milik menantuku kamu ambil alih, hanya tersisa perusahaan yang keuntungannya per tahun tak seberapa. Jadi wajar
"Nak Hani," panggil ibu Siti.Hani menoleh ke arah suara, dan memandang tajam ke arah ibu Siti. Wajah ibu Siti menampakan senyum terbaiknya. Membuat hati Hani sedikit lega. Pastinya ibu Siti tak mendengarkan perbincangan mereka barusan."Ayo kita makan siang nak, mbok Rumi sudah menyiapkan hidangan spesial untuk menyambut kedatangan kalian di rumah ini."Ibu Siti mengajak Hani dengan nada yang begitu lembut, seakan tak pernah terjadi apa-apa di antara mereka. Melihat tindakan ibu Siti yang tak biasa seperti ini, Hani sudah bisa menebak. Sepertinya ada sesuatu yang diinginkan oleh Ibu Siti yang mulai baik padanya. Dengan telaten ibu Siti menyendukkan nasi ke piring milik Hani. Hanya pada piring Hani, dia tak perduli dengan wajah cemberut Nita. Bram malah tersenyum melihat kelembutan ibunya."Makan yang banyak ya nak Hani, masakan mbok Rumi sangat enak lho," ucap ibu Siti.Seolah Hani tak tahu itu.Hani memutar bola matanya, rasanya malas sekali mendengar wanita penjahat ini tiba-tib
"Di mana kak Greta?Mata Niko memandang sekeliling ruangan itu, tapi kakaknya tak ada.Niko segera berdiri lalu berniat mencari keberadaan kakaknya."Niko, tunggu!"Suara Bram menghentikan langkah Niko. Tapi tak diindahkan olehnya. Niko melangkahkan kakinya menuju lantai atas, di mana kamar kakaknya.Wajah ibu Siti dan Nita berubah memucat. Mereka saling berpegangan tangan. Mungkin mereka sedang melakukan sebuah kesalahan, hingga wajah mereka ketakutan seperti itu. Apa lagi Bram tak kalah paniknya.Saat sudah tiba di depan pintu kamarnya, Niko tampak ragu membuka pintu kamar milik kakaknya itu. Belum juga di meraih handle pintu, seorang wanita dengan riasan berantakan, dan rambut kusut keluar dari kamar itu."Hei, siapa kamu?"Bentak Niko pada wanita itu, sehingga dia menjadi kaget setengah mati.Sedetik kemudian dia memandang wajah Niko, lalu mendekatinya."Tanyakan saja pada pria yang sudah membayar jasa saya semalam."Jawab wanita itu ketus, tak perduli lalu pergi tak menghiraukan
Semua yang berada di dalam ruangan saling bergantian memberikan selamat pada Hani dan Niko. Bapak terlihat meneteskan air mata, saat melihat Hani. Begitu pun dengan ibu, tak berhenti mengucapkan doa agar Hani dan Niko merasa bahagia.Keputusan telah dibuat, satu bulan lagi mereka akan menikah. "Bapak dan ibu tenang saja. Semua urusan pernikahan, aku yang akan siapkan."Ucap Niko pada kedua calon mertuanya."Terima kasih nak, bapak dan ibu mempercayakan semuanya pada nak Niko."Jawab Bapak.Dia merasa tenang, sepertinya Niko adalah pria yang baik. Apa pun yang menjadi keputusan Hani adalah yang terbaik bagi dirinya. Ibu memeluk Hani, merasa terharu. Hani sudah mendapatkan kepahitan di masa lalunya.Dia berhak menemukan kebahagiaannya saat ini. Dan Niko adalah pria yang tepat baginya. Ponsel Niko berdering, layar ponselnya menyala. Sepertinya panggilan dari nomor telpon rumah nyonya Greta kakaknya."Halo, tuan Niko."Suara mbok Rumi terdengar pelan sekali."Mbok Rumi ada apa menelpon?
Hani pulang dengan rasa bahagia. Momen terindah yang tak dapat dilupakan olehnya. Niko benar-benar memperlakukannya dengan sangat baik. Tak ada alasan bagi Hani untuk menolak dirinya.Bahkan Hani tak bisa memejamkan mata, mengingat setiap kata yang diucapkan oleh Niko tadi saat melamar dirinya. Ini bukan mimpi, dan inilah kenyataannya. Hani memandang tangannya, yang saat ini cincin berlian bertahta indah melingkar di jarinya.Entah apa yang dipikirkan oleh Niko. Kenapa permintaannya terlalu mendadak seperti ini. Sudahlah, Hani tak ingin banyak berpikir, biarkan semuanya berjalan sebagaimana mestinya.Sinar matahari pagi menerobos kaca jendela kamar Hani. Bunyi ponselnya yang berisik membangunkannya. Tangan Hani meraih ponsel di atas nakas, lalu menggeser layarnya."Halo sayang," sapa Niko terdengar sangat gembira dari seberang."Apa kamu sudah bangun? Cepatlah bersiap, aku akan mengajak kamu ke suatu tempat." Hani mengernyitkan dahinya."Mau ke mana?""Sudah jangan banyak bertanya, ha
Tepat pukul 19.00 mobil Niko sudah masuk ke halaman rumah Hani. "Hani, nak Niko sudah datang, cepatlah keluar."Pinta ibu sambil mengetuk pintu kamar Hani berulang kali.CeklekPintu kamar Hani terbuka.Melihat Hani keluar dari kamar membuat bapak dan ibu takjub.Hani mengenakan gaun berwarna hitam panjang, dengan belahan samping hingga sampai di paha. Memperlihatkan pahanya yang putih dan mulus. Gaun yang sangat pas di tubuh ramping miliknya. Polesan make up yang sedikit berbeda malam ini membuat penampilannya semakin memukau."Cantik sekali putri ibu," ucap ibu memuji putrinya."Bapak mengira kamu ini bidadari nak. Kamu cantik sekali." Bapak juga tak ingin kalah, memuji penampilan putrinya."Jika Niko melihat kamu, bapak yakin dia tak akan mengantarkan kamu pulang nak. Bisa gawat ini."Ucap bapak berkelakar.Membuat ibu dan Hani tertawa."Sudah pak, cukup guyonannya. Kasihan nak Niko kalau menunggu terlalu lama di luar." Ucap ibu meminta berhenti.Bapak dan ibu mengantar Hani keluar
Hani mengajak Niko naik ke panggung. Niko sangat tak menginginkan situasi seperti ini. Sementara Ayunda tersenyum penuh kemenangan. Karena bujukkannya pada Hani berhasil.Hani berniat mendekati Ayunda, agar tak ada jarak di antara mereka. Tiba-tiba Hans mengikuti langkah Niko. Lalu berbisik pada Niko, membuat Niko bernapas lega. Hans pun menganggukkan kepala ke arah Hani."Terima kasih Hani, kamu sudah mewujudkan keinginanku malam ini," ucap Ayunda tersenyum."Siapa bilang aku mengijinkan kamu untuk bertunangan dengan Niko?"Pertanyaan Hani sontak membuat Ayunda terperangah kaget.Seorang pria berbadan kurus dan tinggi berpakaian jas berwarna hitam masuk ke dalam ruangan. Hani tersenyum ke arah pria itu."Harusnya aku yang akan memberikan kejutan untuk kamu Ayunda."Ucap Hani tenang, melihat wajah Ayunda memerah menahan amarah saat pria itu sudah berdiri di sampingnya."Ayunda, aku bawakan kejutan untuk kamu."Pria berjas hitam itu menyerahkan sebuah amplop pada Ayunda.Segera Ayund
"Hentikan!"Niko berteriak emosi.Melihat Ayunda begitu lihai membujuk Hani agar mau mengikuti keinginannya.Niko mendekati mereka, lalu memegang pergelangan tangan Hani. Kemudian mengajak Hani pergi dari sana."Niko!"Teriak Ayunda. Niko enggan untuk sekedar berbalik untuk melihatnya. Langkahnya semakin panjang, mengajak Hani pergi dari sana lalu masuk ke dalam mobil.Lalu memerintahkan Hans untuk melajukan mobilnya. Niko meminta Hans untuk membawa mereka kembali ke hotel.***"Hani, kamu kemana saja, sejak semalam kamu pergi dan tak memberi kabar. Apa kamu tahu aku sangat mencemaskan kamu?"Tanya Niko, yang sudah duduk berdampingan dengan Hani di sofa ruangan tengah.Hani menatap manik mata elang Niko dalam.Niko mengambil tangan Hani dan menggenggamnya. Sungguh dia sangat khawatir, karena Niko sangat tahu sifat Ayunda yang sangat ekstrim. Dia bisa melakukan apa saja untuk mendapatkan keinginanya. Bahkan kalau bisa dia mengingankan mencelakakan seseorang pasti akan dia lakukan.Hani
Ayunda wanita yang sangat cantik. Dia juga seorang model yang cukup terkenal. Pertemuannya dengan Niko saat acara peresmian perusahaan baru ayahnya yang bekerja sama dengan perusahaan Niko. Keduanya lalu bertukar nomor. Dan Niko berpikir itu hanya sebatas urusan bisnis saja.Saat Ayunda menghubungi Niko, dan memintanya bertemu Niko, pikir Ayunda sudah menjadi bagian dari perusahaan ayahnya. Yang mau belajar tentang bisnis dan berbagi ilmu, itu saja.Semakin hari kedekatan Ayunda dengannya semakin membuat risih. Niko yang saat itu pikirannya sedang terbagi, antara pekerjaan dan mencari keberadaan Hani. Sikap cuek dan dingin dari Niko malah membuat Ayunda tertantang.Setiap hari Ayunda selalu memiliki alasan agar bisa bertemu Niko. Meminta Niko melakukan ini dan itu untuknya. Niko tak ingin kehidupannya terganggu oleh Ayunda berulang kali menolak Ayunda. Penolakan Niko membuat Ayunda tak pernah patah semangat."Semua pria bertekuk lutut, untuk bisa tiba di atas ranjang bersamaku. Kini