Kediaman mewah milik Greta terlihat sangat sepi di siang hari. Jika tak pergi berbelanja, ibu Siti dan Nita memilih melakukan perawatan di salon. Tapi nyatanya hari ini, mereka tak bisa melakukan apa-apa saat Bram kini menghentikan sumber pundi-pundi rejeki bagi mereka.Sore yang melelahkan, Bram turun dari mobil. Melangkah dengan gontai masuk ke dalam rumah. Tumben rumah sepi, mungkin ibu mertua dan Nita sedang tidur siang. Langkah Bram dilanjutkan masuk ke dalam kamar miliknya. Istrinya sedang terbaring di atas ranjang. "Ini semua karena kamu, jika saja kamu tak memberikan kekuasanmu pada adikmu. Mungkin aku tak akan sejahat ini, untukmu," gerutu Bram pada istrinya.Walau istrinya hanya diam, Bram sangat tahu kalau istrinya mendengar perkataannya. Di kantor dia sudah banyak mendapatkan masalah. Tujuan kerja samanya dengan Surya Grup ditolak mentah-mentah. Apa lagi dengan sebuah alasan yang tak jelas kenapa. Bahkan wanita yang semalam tidur dengannya, ternyata hanya untuk memperma
"Cepat cari tahu segera di mana dia kini berada."Pekik Niko dengan nada berapi-api, saat menelpon kembali sang pengirim gambar tadi. Akhirnya penantiannya selama lima tahun membuahkan hasil. Pencariannya menemukan titik temu. Rasa bahagia bercampur aduk masuk di hati seorang Niko.Niko tak percaya potret siapa yang baru saja dikirimkan oleh seseorang suruhannya. Hari ini sungguh sangat membahagiakan baginya. Buah dari kesabaran, memang benar-benar manis."Maaf tuan, foto itu aku temukan pada file seorang fotografer yang bekerja memotret acara peragaan busana musim dingin, di Italia lima bulan yang lalu."Jawab pria di balik telpon itu. Ku pikir aku bisa memastikannya pada anda terlebih dahulu."Apa lagi yang kau tunggu, cari informasi yang lengkap pada pihak penyelenggara peragaan busana ke Italia, sekarang juga!"Perintahnya dengan tak sabar."Aku akan menunggu, hingga kamu sampai temukan dirinya.""Baik tuan akan saya lakukan, akan saya usahakan yang terbaik," jawab pria itu lalu
Peragaan busana di Singapura berlangsung dengan sempurna. Karya Hani yang sudah dikenal beberapa artis, kini para istri pejabat mulai mengikuti mode yang disajikan oleh butik Hani. Sebelum pulang ke tanah air, beberapa istri pengusaha memberikan uang muka pada Hani agar membuatkan gaun yang indah.Pundi-pundi tabungan Hani kini mulai bertambah. Setelah penghargaan untuknya diberikan sebagai, desainer pendatang baru dengan peminat yang paling banyak menyukai karyanya. Membuat semua orang yang mulai mengenal karya Hani, mempercayakan dirinya untuk karya baru, dan beberapa tawaran bisnis yang menjanjikan.Hani masih tak bisa mempercayai, hidupnya kini berubah seratus delapan puluh derajat dalam waktu sekejap. Bukankan pencapaian ini hanya ada dalam mimpi saja. Bahkan nyaris mustahil. Tapi jika tangan Tuhan telah berkehendak, yang mustahil pun bisa menjadi kenyataan. Dan bahkan di luar kendali pikiran manusia itu sendiri, yang biasanya juga di luar dugaan.Bagai mendapat durian runtuh, se
Ibu Siti membisikan sesuatu di telinga Bram."Kamu mau kan nak?"Tanya ibu Siti kembali memastikan. Putranya benar ada di pihaknya atau bukan."Baik bu, itu ide yang sangat bagus," tukas Bram dengan raut wajah bahagia.Dia tak menyangka, selama ini Hani menghilang, dan kini dia muncul dengan pencapaian yang luar biasa."Istriku itu memang sangat hebat bu, aku jadi bangga.""Tentu nak, kalau tahu akan menjadi seperti ini. Buat apa kita hanya membuang waktu saja hidup di rumah wanita ini."Ucap Ibu Siti sinis pada nyonya Greta, yang masih duduk di kursi rodanya di ujung ruangan.Matanya hanya bisa menatap sendu kedua manusia berhati iblis itu.Walau nyonya Greta sakit, tak bisa berbicara, dan tak bisa menggerakkan semua anggota tubuhnya dengan normal. Tapi, otak nyonya Greta masih bisa menangkap jelas pembicaraan orang-orang di hadapannya. Dia masih mampu berpikir mana yang baik dan mana yang buruk di dalam rumah ini selama lima tahun dia belajar dalam diam.Meski terasa sakit, tapi dia
Hans mengangguk tanda mengerti, keinginan tuannya. Selama lima tahun terakhir hanya Hans yang setia berada di sisi tuan Niko. Mereka sudah bersahabat dekat sejak kecil. Hans adalah putra asisten pribadi ayahnya dahulu. Mereka tumbuh bersama, bahkan ayah Niko menyekolahkan Hans di sekolah yang sama. Hingga mereka memutuskan kuliah di tempat yang berbeda. Tapi kini, Hans memilih bekerja bersama sahabatnya atas permintaannya, sebagai balas budi untuk keluarga ayah Niko."Apa kau bisa melakukannya dengan cepat?"Tanya Niko memastikan."Kau sedang meragukan kemampuanku tuan Niko?"Tanya Hans dengan nada mengejek, membuat Niko geram."Baiklah tuan pintar, lakukan secepatnya, aku ingin semuanya selesai dalam tiga hari."Tegas Niko membuat Hans membulatkan matanya."Apa kau pikir akan semudah yang kamu pikirkan?"Hans sepertinya tak yakin, jika rencana mereka akan cepat selesai. Mengingat perusahaan Niko lebih banyak mengembangkan dunia property. Sepertinya akan tak masuk akal jika bergabung
Ibu Siti terus mengoceh, tak terima diperlakukan secara kasar oleh para suruhan Hani. Tidak dia boleh menyerah, kali ini dia memilih untuk kembali pulang. Lalu kembali pulang dan memikirkan rencana baru yang akan membuat hati Hani menjadi luluh."Ibu? Kenapa cepat sekali ibu kembali?"Tanya Nita, sepertinya dia terkejut melihat ibunya kembali pulang. Apa yang sedang terjadi, Nita ingin tahu. Bagaimana reaksi Hani tadi saat menyambut kedatangan ibunya.Ibu Siti mendenggus kesal. Dia sangat marah dengan perlakuan Hani tadi di rumahnya."Apa salahnya coba, jika aku masuk ke rumahnya. Sombong sekali kamu Hani. Mentang-mentang sudah kaya dan terkenal kamu mengabaikan aku?"Umpat ibu Siti menggebu.Dia tak terima diperlakukan secara kasar oleh Hani. Tapi, walau bagaimana pun, saat ini ibu Siti berpikir dia harus bisa menahan diri. Agar bisa mengambil hati Hani. Dan juga Hani akan mengasihani dirinya dan mau membuka lebar pintu rumah untuknya."Tapi bagaimana caranya?"Gumam ibu Siti lagi, be
"Ibu Siti dan Nita kok berada di sini?"Tanya bu Karjo, yang heran melihat penampilan ibu Siti dan Nita kini sudah berubah seratus delapan puluh derajat. Penampilannya sudah tak kalah seperti istri juragan Jono di kampung, yang dipenuhi dengan perhiasan di tangan leher dan kakinya. Luar biasa perubahannya, bahkan hampir-hampir tak bisa dikenali oleh orang tua Hani."Iya bu Karjo, selama ini kami sudah lama tinggal di sini," jawab ibu Siti."Benarkah, kok aku dan suamiku tak tahu yah?" Bu Karjo semakin bingung."Ibu Siti tahu dari mana kalau putri kami punya rumah di sini?"Tanya Bu Karjo penasaran."Soal itu, ya karena putra saya Bram yang memberitahu," dalih ibu Siti tanpa sengaja.Sesaat kemudian dia kaget sendiri telah ceplos berbicara pada bu Karjo.Biarkanlah pikirnya, toh nanti juga aka ketahuan. Sekalian saja saat ini dia mengungkapkan kebenarannya.Bu Karjo dan suaminya mengerutkan dahi, manatap bingung pada ibu Siti. Apa maksud perkataannya sebenarnya. Ataukah mereka kini sala
"Ibu dan bapak tinggal sama kamu?"Tanya Bram yang juga kaget melihat kedatangan bapak Karjo dari arah dalam rumah."Diam kamu!"Gertak Hani, lalu mencengkram lengan Bram kemudian menuntunnya keluar dari halaman rumah miliknya."Biarkan aku menyapa bapak mertuaku dahulu Hani," tuntut Bram. Dia bersikeras tak ingin pergi dari sana."Sudah sana pergi, aku tak butuh kamu. Di sini bukan tempat kamu!"Tampik Hani, dengan memberi kode pada kedua security di pos untuk segera mengurus pria jahat itu keluar dari rumahnya."Hani, jangan kurang ajar kamu sama suami!"Pekik Bram tak terima ketika tubuhnya digiring kasar oleh suruhan Hani. Kemudian menutup pintu gerbang dengan rapat-rapat."Siapa tadi itu Hani, bapak seperti mengenal suaranya," ucap bapak Karjo.Beruntung penglihatannya yang rabun sedang menyelamatkan Hani. Bapak tak bisa melihat jarak pandang yang agak jauh, jadi dia susah untuk mengenali wajah pria yang baru saja diusir oleh Hani. Tapi bapak sangat mengenali suara pria yang bar