Terima kasih sudah membaca dan mengikuti novel ini... Terima kasih juga yang sudah memberi dukungan (vote, komentar, dan memberi rate bintang 5) Dukung terus ya... Thank You <3
“Kami sudah menandatanganinya. Isi kontrak ini sama seperti yang kemarin kau minta,” ucap Thomas Wong sambil menyerahkan dokumen kerjasama yang sudah ia dan Orin tandatangani pada Anna, saat gadis itu akhirnya datang ke ruang kerja Orin yang telah sekuriti izinkan untuk mereka gunakan. “Bagus,” sahut Anna riang. Thomas menatapnya dengan tatapan malas, berpikir jika ucapan “terima kasih” jauh lebih pantas dan sopan dibandingkan kata “bagus” yang diucapkannya dengan penuh percaya diri. Tapi Thomas langsung memalingkan wajah saat Anna menatap kedua matanya setelah mengambil dokumen itu dari tangannya. “Anda habis menangis?” Anna bertanya balik dengan nada mengejek. “Jangan menanyakan sesuatu yang sudah pasti,” sahut Thomas ketus. “Tsk… seperti wanita saja.” “Kau pikir laki-laki tidak bisa menangis?” Anna mengernyitkan dahi, mendecakkan lidah, lalu menanggapinya dengan nada ejekan yang sama seperti sebelumnya, “Bukan bagian menangisnya. Cara Anda berbicara seperti seorang wanita.”
Anna baru keluar dari gedung Wright Entertainment saat seorang pria berlari kecil menghampiri sambil memanggil namanya, membuat senyum jahat tersungging di bibirnya setelah melihat siapa yang telah memanggilnya itu. ‘Richard Lee. Apa dia sudah mendapatkan waktu bertemu dari Joseph?’ “Hai…,” sapa Richard setelah tiba di dekat Anna. Wajahnya tampak berseri. “Audisimu sangat luar biasa.” “Kau ada di sana? Bukankah audisi hari ini khusus untuk para aktris saja?” “Seseorang mengirimkan video audisimu padaku dan itu membuatku datang untuk menemuimu.” Anna terdiam. Kata ‘seseorang’ yang Richard ucapkan memang terdengar biasa saja, namun tidak demikian baginya. Ia menebak kalau Richard adalah orang yang selama ini menjadi suruhan Joseph untuk menjerat para wanita muda di Wright Entertainment hingga aksi mantan tunangannya itu tidak pernah terendus olehnya karena dia tidak pernah melihat Joseph datang langsung ke kantornya. Ia pun menduga kalau Joseph tidak mungkin menjebak para aktris baru
Jangankan Anna dan Richard, pengawal pribadi Kiara yang sudah sangat mengenalnya pun ikut kaget saat melihat dan mendengar putri sulung dari keluarga Londin itu berteriak. Setahu sang pengawal, Kiara yang terkenal sebagai pribadi ceria —walau selalu berbicara dengan berterus terang— hampir tidak pernah marah sama sekali, bahkan saat sang kepala keluarga Londin mengumumkan jika kepengurusan perusahaan keluarga kelak akan diwariskan pada adiknya. Setelah tersadar dari rasa kagetnya, pengawal itu akhirnya maju dan berdiri di antara Anna dan Richard untuk mencegah Richard mendekati Anna lagi. Tanpa diberitahu pun ia tahu kalau itulah yang Kiara inginkan. Sementara itu Anna yang juga sudah kembali dari rasa terkejutnya mengira kalau Kiara mungkin merasa kesal padanya karena juri berkacamata menahan para peserta audisi di aula setelah ia menyelesaikan audisi, dan melampiaskannya di saat itu. ‘Apa dia sedang melampiaskan kemarahan karena hal itu?’ Tapi dugaan Anna akhirnya terbukti salah
“Bagaimana menurutmu? Kau mau mengubah ceritanya, kan?” Lucas akhirnya bertanya setelah tak kunjung mendapat tanggapan dari Alessio. Pria itu masih asyik menyimak tayangan audisi Anna —padahal sudah dilakukannya sampai berulang kali. Sebenarnya, apa yang Anna lakukan di dalam video itu adalah hal yang sama seperti yang Alessio tuliskan dalam naskah awal. Namun, setelah berdiskusi dengan Lucas, mereka akhirnya mengubah cerita karena tak yakin akan ada aktris pemula yang bisa memerankan skenario yang Alessio tulis. “Ternyata ada seorang pemula yang bisa melakukannya,” batin Alessio. Setelah tersadar karena pukulan ringan Lucas di pangkal lengannya, Alessio buru-buru menyeka air mata dengan ujung jaketnya. Ia pun akhirnya menoleh dan mengangguk tegas. “Tentu saja. Saya sudah kepikiran cerita tambahan untuk membuatnya lebih sering muncul. Saya akan mengubah jalan ceritanya.” Lucas sebenarnya sudah yakin kalau Alessio pasti mau mengikuti permintaannya setelah menonton video itu, ia pun
“Apa kau datang memang untuk menjemputku? Atau ada urusan lain dan tidak sengaja melihatku masih ada di sana?” Anna langsung bertanya setelah mereka berada di dalam mobil. “Aku datang untuk menjemputmu,” sahut Elvin singkat sambil menyalakan mesin mobilnya. “Lalu di mana asistenmu? Bukannya kau mengirimnya untuk menemaniku?” Elvin akhirnya menoleh. Sambil melemparkan topi dan maskernya ke kursi belakang, ia menjawab, “Sepupu angkatku datang saat kau sedang melakukan audisi dan dia disibukkan olehnya.” “Sepupu angkat? Padahal dia tidak pernah mengucapkan kata ‘angkat’ saat menyebutku,” pikir Anna, agak heran dengan perlakuan berbeda Elvin pada dirinya dari Jeany. ‘Apa karena dia memiliki masalah dengan Paman Rudolf hingga membuatnya membenci anaknya juga?’ “Pantas saja,” Anna akhirnya menyahut setelah tahu alasan kenapa Rainhard tiba-tiba menghilang, juga alasan kenapa Jeany tidak muncul padahal sedang ada audisi penting. ‘Ku pikir dia langsung mangkir dari pekerjaan dan pergi ke k
“Tuan Wright selalu mengunjungi Mama setiap pagi,” sahut Sherly menggantikan Rosana. Dari apa yang Rosana katakan pada Sherly sebelum Anna datang, Sherly yakin —dari cara Rosana menatap Anna saat ini— ibunya itu hendak menginterogasi Anna yang dinilainya bersikap seperti orang asing dalam beberapa hari ini. Sherly khawatir jika ibu mereka memaksa melakukannya di saat seperti ini, suasana di antara mereka pasti akan menjadi tidak nyaman. Karena itulah ia ingin mengambil alih pembicaraan dengan kakaknya. Tapi Anna malah bereaksi berlebihan dengan apa yang baru saja dikatakannya hingga suasana malah semakin runyam. “Setiap pagi?!” seru Anna yang justru kaget, tidak seperti yang Sherly harapkan. Tanggapan Anna membuat Rosana dan Sherly, yang mengira Anna sudah cukup dekat dengan Elvin, bertatapan sebelum Rosana bertanya padanya dengan rasa heran, “Kamu tidak tahu, Nak?” “Ya? Oh… Tidak… Dia tidak pernah membahas hal itu pada saya,” sahut Anna, kemudian mengalihkan pandangan pada buku re
Anna menatap Rosana beberapa saat, mencoba menyelidiki isi hati wanita itu dari ekspresi wajah dan sorot matanya, dan akhirnya menilai jika wanita itu pasti sudah mempertimbangkan keputusan yang baru saja diucapkannya itu dengan matang sebelum berani mengungkapkan pada kedua putrinya. Memperkirakan hal itu, Anna kemudian memerhatikan Sherly, ingin melihat reaksi anggota termuda dari keluarga Briel itu dan merasa lega karena Sherly sepertinya menyukai keputusan Rosana padahal ia mengira Sherly yang sering bercerita jika ingin ayah mereka kembali seperti dulu akan menolaknya. ‘Syukurlah. Mereka memang harus mendapatkan ketentraman hati jika ingin memperbaiki kehidupan.’ Sherly berdiri dan duduk di sisi kiri Rosana sebelum memeluk erat wanita paruh baya itu, bermaksud untuk memperingan beban pikirannya. Keduanya kemudian menangis dan Rosana berkali-kali menggumamkan permintaan maaf akibat keputusan yang dianggapnya sudah sangat terlambat untuk membawa kedua putrinya keluar dari kesulita
Setelah amukan tak berarti —dihadapan 8 penjaga— yang dilakukannya di depan ruang rawat inap Jessica, Anna akhirnya menyerah dan pergi ke taman rumah sakit untuk menenangkan diri dari rasa kesal karena tindakan Elvin yang dianggapnya sangat lancang pada tubuh aslinya. “Sialan. Merawat tubuhku hanya alasannya saja, kan? Pasti yang dia mau sebenarnya…” Anna melayangkan pandangan pada beberapa keluarga pasien yang juga sedang berada di taman rumah sakit untuk menikmati sinar matahari pagi sebelum sempat berteriak melampiaskan ketidakberdayaan dalam menjaga tubuhnya sendiri dari salah satu orang yang paling dibencinya. “Benci…” Satu kata itu membuatnya kembali teringat akan apa yang sudah Elvin lakukan pada tubuh aslinya. Mengingat apa yang didengar dan diketahuinya dari Sherly dan Rosana, juga dari apa yang dilihatnya, ia merasa kalau Elvin sepertinya memang sedang menjaganya alih-alih memiliki maksud tertentu pada dirinya. “Atau mungkin saja dia memang curiga padaku dan ingin menunju