Terima kasih sudah membaca dan mengikuti novel ini... Terima kasih juga yang sudah memberi dukungan (vote, komentar, dan memberi rate bintang 5) Dukung terus ya... Thank You <3
“Bagaimana menurutmu? Kau mau mengubah ceritanya, kan?” Lucas akhirnya bertanya setelah tak kunjung mendapat tanggapan dari Alessio. Pria itu masih asyik menyimak tayangan audisi Anna —padahal sudah dilakukannya sampai berulang kali. Sebenarnya, apa yang Anna lakukan di dalam video itu adalah hal yang sama seperti yang Alessio tuliskan dalam naskah awal. Namun, setelah berdiskusi dengan Lucas, mereka akhirnya mengubah cerita karena tak yakin akan ada aktris pemula yang bisa memerankan skenario yang Alessio tulis. “Ternyata ada seorang pemula yang bisa melakukannya,” batin Alessio. Setelah tersadar karena pukulan ringan Lucas di pangkal lengannya, Alessio buru-buru menyeka air mata dengan ujung jaketnya. Ia pun akhirnya menoleh dan mengangguk tegas. “Tentu saja. Saya sudah kepikiran cerita tambahan untuk membuatnya lebih sering muncul. Saya akan mengubah jalan ceritanya.” Lucas sebenarnya sudah yakin kalau Alessio pasti mau mengikuti permintaannya setelah menonton video itu, ia pun
“Apa kau datang memang untuk menjemputku? Atau ada urusan lain dan tidak sengaja melihatku masih ada di sana?” Anna langsung bertanya setelah mereka berada di dalam mobil. “Aku datang untuk menjemputmu,” sahut Elvin singkat sambil menyalakan mesin mobilnya. “Lalu di mana asistenmu? Bukannya kau mengirimnya untuk menemaniku?” Elvin akhirnya menoleh. Sambil melemparkan topi dan maskernya ke kursi belakang, ia menjawab, “Sepupu angkatku datang saat kau sedang melakukan audisi dan dia disibukkan olehnya.” “Sepupu angkat? Padahal dia tidak pernah mengucapkan kata ‘angkat’ saat menyebutku,” pikir Anna, agak heran dengan perlakuan berbeda Elvin pada dirinya dari Jeany. ‘Apa karena dia memiliki masalah dengan Paman Rudolf hingga membuatnya membenci anaknya juga?’ “Pantas saja,” Anna akhirnya menyahut setelah tahu alasan kenapa Rainhard tiba-tiba menghilang, juga alasan kenapa Jeany tidak muncul padahal sedang ada audisi penting. ‘Ku pikir dia langsung mangkir dari pekerjaan dan pergi ke k
“Tuan Wright selalu mengunjungi Mama setiap pagi,” sahut Sherly menggantikan Rosana. Dari apa yang Rosana katakan pada Sherly sebelum Anna datang, Sherly yakin —dari cara Rosana menatap Anna saat ini— ibunya itu hendak menginterogasi Anna yang dinilainya bersikap seperti orang asing dalam beberapa hari ini. Sherly khawatir jika ibu mereka memaksa melakukannya di saat seperti ini, suasana di antara mereka pasti akan menjadi tidak nyaman. Karena itulah ia ingin mengambil alih pembicaraan dengan kakaknya. Tapi Anna malah bereaksi berlebihan dengan apa yang baru saja dikatakannya hingga suasana malah semakin runyam. “Setiap pagi?!” seru Anna yang justru kaget, tidak seperti yang Sherly harapkan. Tanggapan Anna membuat Rosana dan Sherly, yang mengira Anna sudah cukup dekat dengan Elvin, bertatapan sebelum Rosana bertanya padanya dengan rasa heran, “Kamu tidak tahu, Nak?” “Ya? Oh… Tidak… Dia tidak pernah membahas hal itu pada saya,” sahut Anna, kemudian mengalihkan pandangan pada buku re
Anna menatap Rosana beberapa saat, mencoba menyelidiki isi hati wanita itu dari ekspresi wajah dan sorot matanya, dan akhirnya menilai jika wanita itu pasti sudah mempertimbangkan keputusan yang baru saja diucapkannya itu dengan matang sebelum berani mengungkapkan pada kedua putrinya. Memperkirakan hal itu, Anna kemudian memerhatikan Sherly, ingin melihat reaksi anggota termuda dari keluarga Briel itu dan merasa lega karena Sherly sepertinya menyukai keputusan Rosana padahal ia mengira Sherly yang sering bercerita jika ingin ayah mereka kembali seperti dulu akan menolaknya. ‘Syukurlah. Mereka memang harus mendapatkan ketentraman hati jika ingin memperbaiki kehidupan.’ Sherly berdiri dan duduk di sisi kiri Rosana sebelum memeluk erat wanita paruh baya itu, bermaksud untuk memperingan beban pikirannya. Keduanya kemudian menangis dan Rosana berkali-kali menggumamkan permintaan maaf akibat keputusan yang dianggapnya sudah sangat terlambat untuk membawa kedua putrinya keluar dari kesulita
Setelah amukan tak berarti —dihadapan 8 penjaga— yang dilakukannya di depan ruang rawat inap Jessica, Anna akhirnya menyerah dan pergi ke taman rumah sakit untuk menenangkan diri dari rasa kesal karena tindakan Elvin yang dianggapnya sangat lancang pada tubuh aslinya. “Sialan. Merawat tubuhku hanya alasannya saja, kan? Pasti yang dia mau sebenarnya…” Anna melayangkan pandangan pada beberapa keluarga pasien yang juga sedang berada di taman rumah sakit untuk menikmati sinar matahari pagi sebelum sempat berteriak melampiaskan ketidakberdayaan dalam menjaga tubuhnya sendiri dari salah satu orang yang paling dibencinya. “Benci…” Satu kata itu membuatnya kembali teringat akan apa yang sudah Elvin lakukan pada tubuh aslinya. Mengingat apa yang didengar dan diketahuinya dari Sherly dan Rosana, juga dari apa yang dilihatnya, ia merasa kalau Elvin sepertinya memang sedang menjaganya alih-alih memiliki maksud tertentu pada dirinya. “Atau mungkin saja dia memang curiga padaku dan ingin menunju
Selain sudah jamnya untuk masuk bekerja, Anna datang lebih awal karena ingin menemui manajer kafe. Selain ingin melaporkan pengunduran dirinya, ia juga berniat untuk meminta izin pada sang manajer agar diberikan kesempatan tampil sebagai salah satu dari band pengisi live music di kafe malam nanti. “Setelah itu aku akan pulang untuk tidur sebentar,” gumam Anna sambil menatap pintu kafe tempatnya melakukan pekerjaan sambilan. Ia merasa sangat lelah karena kurang tidur. Selain itu ingatannya pada perlakuan Elvin kembali membuatnya marah hingga berhasil menguras semangatnya dan itu membuatnya merasa sangat lelah. “Kehidupan ini benar-benar melelahkan dan sangat tidak menyenangkan,” pikir Anna sambil melangkahkan kaki memasuki Cross X Cafe and Mini Resto. Seperti biasa, tiap sabtu dan minggu malam Cross X Cafe selalu menggelar live music dengan mengundang band dan musisi lokal untuk bermain di kafe mereka. Anna bermaksud meminta satu tempat penampilan pada manajer kafe demi memberikan pen
“Sepertinya kau tidak ingin menjawabnya, ya? Kalau begitu aku akan menolak niat baikmu itu,” ucap Anna setelah bosan menunggu namun Joey tidak juga memberikan jawaban dari pertanyaannya. ‘Setidaknya aku sudah tahu rencana anak brengsek itu dan aku akan menanganinya sendiri dengan caraku.’ “A-apa? Kau menolak?” Joey sempat tercengang sebelum akhirnya sadar dan bisa memaklumi kenapa Anna sampai menolak tawaran bantuan darinya. Ia yakin Anna belum tahu seberapa kuat pengaruh orang-orang kaya yang berkuasa di Kota X ini. “Lagian dia masih seorang anak SMA dan pasti belum mengenal dengan baik seluk-beluk pembagian kekuasaan di Kota X,” pikir Joey sembari menghela napas panjang. “Sepertinya kau belum tahu bagaimana berbahayanya keluarga gadis itu. Mudahnya, sebagai warga Kota X kau pasti tahu keluarga Treqilla dan seberapa berkuasanya mereka, kan? Aku tahu kalau kau mungkin belum bisa percaya pada niat baikku. Tapi setidaknya—” “Maaf memotong ucapanmu,” sela Anna, sudah bisa menebak arah
“Apa yang kau katakan sebelumnya itu benar?” Anna kembali menatap Joey, lalu berjalan menuju sofa panjang yang ada di ruangan itu dan duduk di sana dengan tenang. “Maksudmu?” “Kelihatannya mereka tidak mengetahui apa-apa.” Joey menoleh ke luar ruangan dan menggelengkan kepala —sembari mendecakkan lidah— setelahnya. Ia kemudian pergi ke luar ruangan, berbicara pada kerumunan itu dan mereka pun bubar teratur setelahnya. “Sebenarnya aku belum bercerita pada mereka tentang rencanaku,” Joey akhirnya menanggapi pertanyaan Anna tadi setelah duduk di balik meja kerjanya yang berada agak jauh dari tempat Anna duduk. Ia juga baru menyadari jika para anak buahnya itu sepertinya takut akan ancaman pria berhoodie hitam dan pria bersetelan jas putih yang sudah membuat mereka tahu jika di atas langit masih ada langit. Anna menatap Joey dengan mata menyipit sebelum tersenyum penuh arti. Dia bisa menebak kenapa Joey belum bercerita pada anak buahnya mengenai rencana yang tadi sudah pria itu sampai