Terima kasih sudah membaca dan mengikuti novel ini... Terima kasih juga yang sudah memberi dukungan (vote, komentar, dan memberi rate bintang 5) Dukung terus ya... Thank You <3
Setelah amukan tak berarti —dihadapan 8 penjaga— yang dilakukannya di depan ruang rawat inap Jessica, Anna akhirnya menyerah dan pergi ke taman rumah sakit untuk menenangkan diri dari rasa kesal karena tindakan Elvin yang dianggapnya sangat lancang pada tubuh aslinya. “Sialan. Merawat tubuhku hanya alasannya saja, kan? Pasti yang dia mau sebenarnya…” Anna melayangkan pandangan pada beberapa keluarga pasien yang juga sedang berada di taman rumah sakit untuk menikmati sinar matahari pagi sebelum sempat berteriak melampiaskan ketidakberdayaan dalam menjaga tubuhnya sendiri dari salah satu orang yang paling dibencinya. “Benci…” Satu kata itu membuatnya kembali teringat akan apa yang sudah Elvin lakukan pada tubuh aslinya. Mengingat apa yang didengar dan diketahuinya dari Sherly dan Rosana, juga dari apa yang dilihatnya, ia merasa kalau Elvin sepertinya memang sedang menjaganya alih-alih memiliki maksud tertentu pada dirinya. “Atau mungkin saja dia memang curiga padaku dan ingin menunju
Selain sudah jamnya untuk masuk bekerja, Anna datang lebih awal karena ingin menemui manajer kafe. Selain ingin melaporkan pengunduran dirinya, ia juga berniat untuk meminta izin pada sang manajer agar diberikan kesempatan tampil sebagai salah satu dari band pengisi live music di kafe malam nanti. “Setelah itu aku akan pulang untuk tidur sebentar,” gumam Anna sambil menatap pintu kafe tempatnya melakukan pekerjaan sambilan. Ia merasa sangat lelah karena kurang tidur. Selain itu ingatannya pada perlakuan Elvin kembali membuatnya marah hingga berhasil menguras semangatnya dan itu membuatnya merasa sangat lelah. “Kehidupan ini benar-benar melelahkan dan sangat tidak menyenangkan,” pikir Anna sambil melangkahkan kaki memasuki Cross X Cafe and Mini Resto. Seperti biasa, tiap sabtu dan minggu malam Cross X Cafe selalu menggelar live music dengan mengundang band dan musisi lokal untuk bermain di kafe mereka. Anna bermaksud meminta satu tempat penampilan pada manajer kafe demi memberikan pen
“Sepertinya kau tidak ingin menjawabnya, ya? Kalau begitu aku akan menolak niat baikmu itu,” ucap Anna setelah bosan menunggu namun Joey tidak juga memberikan jawaban dari pertanyaannya. ‘Setidaknya aku sudah tahu rencana anak brengsek itu dan aku akan menanganinya sendiri dengan caraku.’ “A-apa? Kau menolak?” Joey sempat tercengang sebelum akhirnya sadar dan bisa memaklumi kenapa Anna sampai menolak tawaran bantuan darinya. Ia yakin Anna belum tahu seberapa kuat pengaruh orang-orang kaya yang berkuasa di Kota X ini. “Lagian dia masih seorang anak SMA dan pasti belum mengenal dengan baik seluk-beluk pembagian kekuasaan di Kota X,” pikir Joey sembari menghela napas panjang. “Sepertinya kau belum tahu bagaimana berbahayanya keluarga gadis itu. Mudahnya, sebagai warga Kota X kau pasti tahu keluarga Treqilla dan seberapa berkuasanya mereka, kan? Aku tahu kalau kau mungkin belum bisa percaya pada niat baikku. Tapi setidaknya—” “Maaf memotong ucapanmu,” sela Anna, sudah bisa menebak arah
“Apa yang kau katakan sebelumnya itu benar?” Anna kembali menatap Joey, lalu berjalan menuju sofa panjang yang ada di ruangan itu dan duduk di sana dengan tenang. “Maksudmu?” “Kelihatannya mereka tidak mengetahui apa-apa.” Joey menoleh ke luar ruangan dan menggelengkan kepala —sembari mendecakkan lidah— setelahnya. Ia kemudian pergi ke luar ruangan, berbicara pada kerumunan itu dan mereka pun bubar teratur setelahnya. “Sebenarnya aku belum bercerita pada mereka tentang rencanaku,” Joey akhirnya menanggapi pertanyaan Anna tadi setelah duduk di balik meja kerjanya yang berada agak jauh dari tempat Anna duduk. Ia juga baru menyadari jika para anak buahnya itu sepertinya takut akan ancaman pria berhoodie hitam dan pria bersetelan jas putih yang sudah membuat mereka tahu jika di atas langit masih ada langit. Anna menatap Joey dengan mata menyipit sebelum tersenyum penuh arti. Dia bisa menebak kenapa Joey belum bercerita pada anak buahnya mengenai rencana yang tadi sudah pria itu sampai
Thomas mengangkat kedua alisnya tepat setelah Anna selesai berbicara. Ada sesuatu mengejutkan yang membuat ekspresinya tampak takjub seperti itu. Gaya bicara Anna yang mirip seperti cara Jessica yang ia kenal saat membawa kabar baik bersifat samar —yang biasanya akan merepotkan dirinya dan Orin— dengan sikap ceria yang serupa lah penyebabnya. “Andai mata bulatnya itu diganti dengan mata kucing milik Jessica…,” pikir Thomas, menemukan kesamaan lain antara Anna dan Jessica. ‘Bukankah kemiripan mereka terlalu banyak? Andai dia bukan orang yang berbeda sudah pasti…’ Thomas melirik sebuah tas hitam panjang yang tadi William letakkan di samping meja, yang kini hanya terlihat bagian kepalanya saja dari tempat duduknya. Ingin mengusir pikiran yang membuatnya memikirkan Jessica setelah melihat sikap Anna, Thomas pun iseng bertanya pada William, “Kau baru kembali dari kursus musik?” William yang sejak tadi merasa canggung berada di antara dua orang dewasa yang tidak dikenalnya mengangguk pelan
“Jadi ini tempat bekerja sambilanmu?” tanya Orin pada Anna setelah pelayan yang menerima pesanan mereka pergi. “Ya,” sahut Anna. Ia melayangkan pandangannya ke sekeliling ruangan sambil tersenyum pada beberapa pelayan yang kebetulan bertemu pandang dengannya. Sebenarnya mantan rekan-rekannya itu sedang memerhatikan mereka sejak tadi, merasa heran dengan keluwesan Anna dalam berbicara dengan orang-orang yang sedang duduk bersamanya. Seperti keheranan mereka kemarin, mereka juga melihat Anna hari ini sebagai Anna yang sangat berbeda dari ‘Anna’ yang mereka kenal. “Begitu ya…,” sahut Orin sambil menghela napas pelan dan tanpa sadar melirik Thomas dengan hati-hati. Menangkap kekhawatiran pada nada bicara dan sorot mata Orin, Anna berbicara kembali, “Sebenarnya saya baru saja mengundurkan diri tadi siang,” ucap Anna sambil menatap Sherly dan tersenyum untuk berusaha menenangkan adiknya yang tampak terkejut setelah mendengar apa yang baru dikatakannya. “Setelah mulai syuting aku akan san
“Siapa yang—” Dustin hampir mengumpat pada Anna saat akhirnya menyadari kalau Robin sedang menatapnya dengan alis mengernyit dan ia pun sempat mengurungkan niatnya meluncurkan kata-kata sanggahan kasar yang terbesit di benaknya. Dustin memang menaruh hati pada Anna. Tapi, sebagai drummer handal dari grup band yang selama ini sudah berlatih di bawah tangan dingin Robin —kecuali saat-saat di mana ia sedang kecanduan menonton semua film yang Jessica bintangi—, ia merasa jika harga dirinya jauh lebih penting. Dustin pun buru-buru membela diri di hadapan kakaknya yang sangat otoriter dalam band karena tidak mustahil kalau kakaknya itu akan memecatnya dari grup. “Tidak… jangan percaya padanya. Dia cuma bicara asal-asalan.” “Aku tidak sedang menanyakan kebenaran ucapannya darimu,” sahut Robin masih dengan ekspresi menuduh yang sama. Sebenarnya ekspresi wajahnya lah yang membuat Dustin berusaha membela diri karena cara Robin menatapnya itu sudah mewakili isi pikirannya yang bisa Dustin tebak
Atas apa yang sedang dipikirkannya, Anna yang tiba-tiba saja merinding saat menyadari jika agensinya akan berkembang jauh lebih pesat karena memiliki dirinya juga akan memiliki Sherly, akhirnya menoleh pada Thomas lalu sengaja menatap pria itu cukup lama sampai membuat Thomas, yang sedang menikmati live music, akhirnya terganggu dan menoleh padanya. Anna pun langsung memberikan sebuah senyuman penuh arti setelah mendapatkan perhatian Thomas. Melihat senyuman bisnis Anna yang membuatnya jijik, Thomas mendecak dan berkata, “Tsk… singkirkan wajah menjijikkan itu dari hadapanku.” “A-apa…? Astaga. Apakah Anda ini pecinta sesama jenis? Mereka saja terpesona. Kenapa Anda tidak?” sahut Anna. Ia juga yakin Thomas tadi melihat senyuman memikat dari wajah ‘Anna’ walau tidak sedetail Orin. “Wah… anak ini benar-benar…” Andai tidak sedang berada di depan umum, Thomas yang sudah merasa kesal pada Robin, kini semakin kesal lagi setelah mendapat tuduhan sembrono dari Anna, sudah pasti ia akan mengam
Anna masih diam terpaku menatap Joseph dengan ekspresi tak percaya. Wajah terkejutnya baru berangsur normal setelah menebak kalau Dewa memang tidak menghapus ingatan mereka bertiga, hanya mengubah keadaan ‘Anna’ saja.“Apa yang kau lakukan? Cepat bawa dia masuk!”Teriakan marah terdengar dari dalam bangunan. Sosok pria berekspresi dingin yang menjadi orang kepercayaan Simon untuk memimpin pasukan penculik menodongkan senjata api ke arah mereka.Takut dengan ancamannya, Joseph buru-buru menarik lengan Anna, membawanya pergi memasuki bangunan.Begitu masuk ke dalam bangunan, Anna langsung melihat Sherly yang spontan meronta-ronta begitu melihatnya muncul di pintu. Menggeleng pelan pada Sherly, Anna berbicara penuh percaya diri berusaha menenangkan Sherly dan berjanji akan menyelamatkannya tanpa memedulikan ejekan para penculik pada perkataannya.Setelah memastikan ketiga sandera baik-baik saja—selain hanya diikat di kursi—Anna mengalihkan pandangan pada Richard Lee yang berdiri mematung
Pukul 7.55 malam di Cross X Cafe.Sudah hampir jam 8 malam namun Sherly, William, dan Ivy Lee—manajer She Will—tak kunjung tiba di Cross X Cafe padahal para tamu undangan sudah berkumpul.Orin dan Anna baru tahu ponsel ketiganya tidak aktif setelah mencoba menghubungi untuk menanyakan posisi mereka.Merasa ada yang mencurigakan, Anna mencoba menghubungi Rosana untuk menanyakan apakah Sherly singgah di rumah pantai untuk menjemput, namun Rosana mengatakan Sherly tidak singgah dan hanya meneleponnya untuk datang ke Cross X Cafe bersama pengawal yang Elvin tugaskan untuk menjaga mereka. Rosana juga sedang dalam perjalanan, malah sudah hampir tiba.“Elvin juga belum datang. Tumben sekali dia terlambat?” pikir Anna, ingat kalau Sherly juga mengundang Elvin datang ke pesta namun Elvin tak kunjung muncul setelah hampir satu jam berlalu.Kejutan lain Anna dapat ketika mengetahui nomor telepon Elvin juga sedang tidak aktif.Merasa ada yang tidak beres, ia pun menghubungi Rainhard dan untungnya
“Ya, Sherly?” sahut Anna riang menjawab panggilan telepon Sherly.Anna memang ingin segera kembali ke tubuh aslinya, namun merasa sedikit tidak rela jika harus terpisah dari Sherly dan Rosana yang sudah dianggapnya sebagai adik dan ibunya sendiri.Sejak hidup bersama mereka, ia seperti merasa berada di dalam keluarganya sendiri seperti di masa kanak-kanak sewaktu keluarganya masih lengkap. Memiliki ayah, ibu, dan saudara untuk berbagi cerita kesehariannya.Karena itulah tiap kali berbicara dengan salah satu dari mereka—termasuk Roman Briel—hatinya selalu merasa nyaman seakan mereka adalah keluarga kandungnya sendiri.“Apa Kakak ada kesibukan malam ini?”“Pengambilan gambar mungkin sudah berakhir di sore hari. Kakak akan meluangkan waktu untukmu kalau kau ingin bersama Kakak,” sahut Anna.Sherly tidak langsung menanggapi. Ia tersenyum gembira, senang karena Anna selalu mau meluangkan waktu untuknya saat dibutuhkan.“Sherly? Apa ada masalah?”“Oh… tidak… Itu…, Sherly mau mengundang Kakak
Di sebuah bangunan terbengkalai berlantai dua, di pinggiran Kota X…Richard Lee mengorek-ngorek tungku perapian menggunakan ranting yang biasa dipakainya untuk memperbaiki posisi kayu bakar dan arang dalam tungku tersebut.Sudah selama 3 minggu lebih sejak pelariannya dari kejaran orang-orang Rainhard Rover, Richard yang terbiasa hidup berdampingan dengan peralatan modern harus hidup dalam keadaan yang disebutnya sebagai dunia primitif.Tidak bisa menggunakan internet takut pihak pencari jejak Rainhard bisa mengendus keberadaannya, membuat Richard yang tidak pernah lepas dari internet dan perlengkapan modern sudah hampir gila.Selain itu ia juga harus bersembunyi di bangunan terbengkalai tersebut tanpa berani menyalakan listrik, takut drone pencari menemukan lokasi persembunyiannya di malam hari.Semenakutkan itulah tim pemburu Rainhard Rover, juga Leon yang bisa melacak keberadaan seseorang melalui sinyal SIM card.Richard menghentikan kegiatan memperbesar bara api untuk merebus air s
“Nona Green! Kenapa tidak melakukan pergerakan sesuai dengan koreografi yang sudah dilatih?!” teriak Lucas dari depan monitor pemantaunya.Terlihat jelas Lucas tidak repot-repot menyembunyikan kemarahannya. Ia merasa sangat frustrasi karena kesalahan yang Sharon lakukan telah merusak suasana bagus di gelanggang buatan itu, dan mungkin akan susah untuk didapatkan kembali apabila adegannya sampai diulangi.“M-maaf, Tuan Rose. S-saya…”“Tidak apa-apa, Tuan Rose. Kita bisa mengulanginya,” Anna menyela sembari berjalan menghampiri Sharon. “Ayo kita ulangi dari awal, Sharon,” Anna berdiri di hadapan Sharon sembari mengulurkan tangan, kemudian membantu Sharon berdiri dengan mengaitkan lengannya ke lengan Sharon.“Astaga… kau ini…” Sharon langsung membungkukkan badan begitu berdiri, menopang tubuhnya yang gemetar dengan kedua tangan di atas paha. “Sial… aku benar-benar ketakutan serasa sedang berhadapan dengan Sasha asli,” ucap Sharon sembari mendongak, menatap Anna yang kini sedang tidak bera
Mengikuti kebiasaan Sasha Volkova dalam tiap pertandingan, Anna berjalan menuju ring dengan langkah lebar, seperti terburu-buru ingin segera menyelesaikan pertarungan lalu pulang setelahnya. Itulah kesan yang selalu Sasha tinggalkan pada para penggemar.Seperti kebiasaan Sasha juga, Anna tidak menoleh sekalipun pada para penonton yang bersorak menyemangati, ia terus berjalan dengan kepala menunduk menyembunyikan wajah, memberikan kesan misterius sekaligus memengaruhi mental lawan.Tidak ada gaya mengepalkan tinju di depan dada seperti yang sering terlihat dari para petinju yang suka berjalan sembari meninju udara. Anna hanya berjalan dengan langkah cepat bagai pembunuh berdarah dingin yang ingin segera menghabisi lawan.Untuk apa yang dilakukannya sedari muncul dari balik tirai, Anna sudah benar-benar berhasil membuat dirinya terlihat seperti Sasha asli, membuat Dimitri yang melihatnya merasa bernostalgia dan mulai berkaca-kaca teringat pada mendiang putrinya.Bahkan atlet yang berpera
Setelah Anna pergi, Thomas mengajak Lucas mengobrol, membahas tentang lokasi pengambilan gambar yang ia rasa kurang terasa seperti di sebuah arena tinju. Walau kru film berhasil mendekorasi sasana tinju dan menyulapnya mirip seperti arena tinju sungguhan, tetap saja —menurut Thomas— akan jauh lebih baik lagi jika pengambilan gambar dilakukan di arena tinju yang sebenarnya. Akan lebih hidup.Lucas mengangguk setuju. Sangat disayangkan Kota X tidak memiliki gelanggang tinju besar. Kota X memang sangat maju, namun hanya ada aula-aula bisnis dan gedung pertunjukan saja di sana. Luasnya pun hanya sedikit lebih besar dari sasana tinju Cross X. Karena itulah Lucas lebih memilih untuk menggunakan sasana tinju milik Joey itu saja dibandingkan harus menyewa sebuah gedung pertunjukkan walau dana yang mereka miliki —setelah disponsori Wright Entertainment— cukup besar.Awalnya, Lucas juga merasakan hal yang sama setelah melihat lokasi pengambilan gambar itu. Namun demikian Lucas tetap optimis film
Seluruh persiapan untuk memulai proyek film Sasha Volkova sudah mencapai tahap final. Pemeran Sasha dan Vernon remaja sudah di audisi. She Will juga sudah memulai rekaman untuk lagu tema film.Baik Anna, Carmen, dan 3 atlet tinju wanita yang akan memerankan tokoh pendukung —sebagai 3 lawan berat Sasha sebelum bertemu Sabrina Witch— juga rutin berlatih di sasana tinju Cross X, milik Joey, yang RHP sewa sebagai pusat pelatihan para aktris, juga akan menjadi tempat pengambilan gambar untuk 3 pertandingan awal.Setelah pesta yang Felix Quil dan Chen Feng Yu —produser— adakan untuk menciptakan chemistry di antara para aktor, aktris, dan seluruh kru film yang bekerja sama dalam film Sasha Volkova, hari di mana pengambilan gambar perdana film Sasha Volkova pun akhirnya tiba.William dan Sherly adalah aktor dan aktris pemula yang pertama kali melakukan pengambilan gambar. Sebagai cameo pemeran Vernon dan Sasha, siapa sangka Sherly memiliki bakat akting yang cukup baik jika harus dibandingkan d
Melihat bagaimana manis dan lembutnya profil wajah Anna yang menurutnya jauh lebih cocok sebagai seorang idol dibandingkan aktris seni peran, Dimitri tidak begitu antusias saat mengetahui bahwa Anna lah yang akan memerankan Sasha. Hanya karena Anna putri sahabatnya saja pria itu memilih diam dan setuju menggunakan Anna sebagai pemeran utama.Awalnya Lucas pernah menyodorkan profil Jessica pada Dimitri. Melihat bagaimana ketegasan wajah Jessica yang mirip dengan Sasha, Dimitri menyetujui untuk mengangkat kisah mendiang putrinya itu ke layar lebar. Namun setelah tahu Jessica sedang mendapatkan musibah, ia pun pasrah karena tidak bisa meminta Lucas untuk memakai jasa Jessica lagi —mereka sudah menandatangani kontrak, dan Dimitri sudah menghabiskan sebagian besar uangnya.Baru setelah Roman meminta Anna untuk menunjukkan aksi bertinjunya, Dimitri akhirnya bersemangat kembali. Walau Anna masih belum menunjukkan gaya bertarung yang serupa dengan Sasha, namun semua gerakan dan teknik tinju da