Terima kasih sudah membaca dan mengikuti novel ini... Terima kasih juga yang sudah memberi dukungan (vote, komentar, dan memberi rate bintang 5) Dukung terus ya... Thank You <3
“Tetap duduk dan diam saja kalau tidak ingin maju,” bisik Kiara mencoba membujuk Anna. Selain khawatir pada Anna, Kiara juga khawatir Thomas Wong —idola para aktor dan aktris muda— yang sangat jujur dalam memberikan penilaian itu akan dipecat andai Anna melakukan audisi dengan hasil yang lebih buruk daripada apa yang Lovely tampilkan —Kiara cukup yakin dengan ini. “Tidak apa-apa. Sudah diberi kesempatan seperti ini seharusnya ku manfaatkan dengan baik, kan?” “...Y-ya?” Kiara masih tertegun mendengar jawaban itu. Ia bahkan masih menatap tak percaya pada punggung Anna saat gadis itu melangkah pergi meninggalkannya. Di depan, Thomas buru-buru berpaling pada Jeany begitu melihat Anna —yang diharapnya tidak mau menerima tantangan Jeany— malah berdiri dan pergi menuju meja juri. “Kalau memang itu yang Anda inginkan, saya akan mengundurkan diri. Anda tidak perlu memintanya mengikuti audisi dengan memotong antrian,” ucap Thomas sembari berdiri dan langsung pergi meninggalkan meja penjuri
Peran yang akan Anna mainkan adalah kisah seorang pengawal setia dari seorang pangeran yang sedang berada dalam medan pertempuran melawan para pemberontak istana. Setelah berhari-hari melarikan diri dari medan perang akibat kekalahan pasukan mereka, sampailah keduanya pada adegan pengepungan yang dilakukan pihak musuh. Dalam adegan yang Anna pilih —dari 21 adegan yang akan ia perankan andai lolos dalam audisi ini—, ia justru memilih adegan tersulit yang merupakan adegan terakhir dari perannya sebagai pengawal. Di situ Anna akan melakukan dialog perpisahan dengan sang pangeran sebelum maju menghadapi musuh demi memberikan sang pangeran waktu untuk dapat melarikan diri. Dia akan bertarung dengan gagah berani sebelum menghadapi kematian dari ratusan anak panah yang akan menghujani tubuhnya. Thomas melihat dan membaca skrip yang Anna pilih lalu dengan spontan mendecakkan lidah saat tahu jika dialog yang akan Anna lafalkan haruslah menggunakan perasaan mendalam agar dapat menggugah emos
Dengan gerakan mengejutkan Anna mengentakkan salah satu kaki seakan hendak berlari menghampiri Jeany, membuat Jeany yang sudah ketakutan sampai jatuh terjengkang saat tersandung kakinya sendiri. Sebenarnya bukan karena ingin menakut-nakuti Jeany maka Anna melakukan gertakan itu. Semua yang dilakukannya adalah bagian dari skenario dalam naskah di mana dia diperintahkan seakan-akan hendak menyerang si pemimpin pasukan pengepung padahal tindakan itu hanyalah tipuan sebelum tokoh yang diperankannya beralih pada pasukan pemanah. Mengikuti skenario tersebut, Anna tiba-tiba memutar tubuh dan mengubah arah serangan dengan berlari menuju para peserta audisi yang langsung lari berhamburan merasa ngeri dengan sorot mata mengerikan yang Anna sapukan pada mereka, seakan hendak menghabisi mereka dengan pedang kayu di tangannya. Para peserta audisi itu adalah ilustrasi dari pasukan pemanah yang sedang Anna khayalkan dalam benaknya. Sama seperti pada Jeany, Anna sebenarnya tidak sedang menakut-naku
‘Tidak. Itu bukan tindakan bodoh,’ pikir Thomas sambil masih menatap Anna. Dia sebenarnya ingin melindungi Anna agar tidak dipermalukan oleh Jeany dan gadis dari keluarga Morgan itu di depan umum. Sedikit banyak Thomas sudah tahu sifat Jeany yang suka berpesta pora menghamburkan uang ayahnya, juga membuat banyak masalah dengan para wanita malang yang bertemu dengannya di klub malam dan telah menjadi sasaran kesombongan Jeany. Thomas hanya tidak mau Anna menjadi korban Jeany juga karena itulah dia ingin melindunginya. “Apa lagi yang kau tunggu? Bukannya kau tadi sudah mau pergi?” Jeany kembali berbicara saat Thomas masih terdiam melamunkan tindakan yang sudah diambilnya secara ceroboh. ‘Tidak, itu bukan kecerobohan. Mana aku tahu kalau dia bisa melakukan akting dengan level Jessica?’ Pikir Thomas yang akhirnya berlalu pergi sambil menatap Anna yang masih menyunggingkan senyum mengejek padanya, bahkan sempat menjulurkan lidahnya juga. “Kau…,” Jeany berpaling pada Anna setelah sebelum
Thomas Wong, pria berdarah Asia Timur yang sudah berada di Wright Entertainment semenjak ayah Jessica Wright masih memegang posisi CEO pertama dari perusahaan itu, sudah mengabdikan dirinya di sana sejak awal perusahaan itu berdiri. Ada banyak aktor dan aktris yang disaksikannya tumbuh dan berkembang di Wright Entertainment selama 17 tahun ini dan baru Jessica sajalah aktris yang benar-benar bisa membuatnya terpukau. Memang ada banyak aktor dan aktris berbakat lain yang tumbuh dan besar di agensi itu, namun belum ada yang Thomas anggap luar biasa seperti Jessica. Tapi, setelah melihat penampilan Anna Briel hari ini, ia bahkan sampai kesulitan untuk menilai siapa yang lebih bagus di antara Anna dan Jessica. "Kalau seusianya saja sudah seperti itu, bagaimana perkembangannya dalam 15 tahun ke depan?" Thomas ingat bagaimana dirinya terpana akan kemampuan akting Jessica saat mengikuti audisi pertamanya 15 tahun lalu. Tapi Anna yang sudah memiliki kemampuan layaknya Jessica di usia 30 be
“Kau yakin ingin bertemu dengannya?” tanya Elvin setelah mendengar cerita Anna tentang Richard Lee. “Tentu saja. Dan lebih cepat maka akan lebih baik. Kau bisa menunggu di suatu tempat dan menggerebeknya saat hendak melakukan perbuatan jahat padaku.” Elvin menatapnya sebentar, lalu memainkan irisan daging di piringnya sambil memikirkan resiko berbahaya yang akan Anna ambil demi menangkap Joseph Thiago. Yang membuatnya takjub adalah bagaimana cara Anna menyampaikan ide berbahaya itu dengan sangat santai seolah hal itu bukan masalah berbahaya yang bukan hanya bisa mengancam kehormatannya sebagai seorang wanita, tapi bisa saja mengancam nyawanya. “Itu bukan ide bagus,” sahut Elvin lalu memasukan potongan daging ke mulutnya. “Itu yang terbaik dan tercepat,” bantah Anna, merasa jika itulah kesempatan terbaik agar bisa menangkap Joseph secepat mungkin. Dia tidak ingin menyimpan dendam pada orang yang dianggapnya tidak penting itu lebih lama lagi agar bisa fokus mengejar tujuan utamanya.
“Sudah lama menunggu?” sapa Anna, membuat Sherly dan William yang sedang asyik membahas lagu yang baru saja mereka mainkan dan nyanyikan bersama tampak sedikit terkejut tidak menyadari kedatangannya. “Apa yang sedang kalian bahas?” Anna kemudian memerhatikan buku musik yang berada di atas bangku di antara Sherly dan William. “I-ini lagu yang akan klub musik kami bawakan di lomba nanti, Kak,” sahut Sherly agak terbata, merasa sedikit malu karena Anna memergokinya duduk terlalu dekat dengan William. Padahal —di mata Anna— jarak duduk mereka cukup jauh dan Anna juga tidak memedulikan hal itu. Anna mengangguk. Dari satu baris kalimat lagu yang tertulis di sana Anna sudah tahu kalau itu adalah lagu yang sedang anggota klub musik latih untuk diikutkan dalam lomba. Dia juga sudah hampir hafal dengan lirik lagunya karena terlalu sering mendengarkan mereka berlatih. “Boleh kulihat?” pinta Anna, langsung mengambil buku itu sebelum mendapatkan izin dari Sherly si pemilik buku. Anna membaca is
Anna pergi menghampiri para penonton ‘konser dadakan’ mereka di taman itu. Ia tahu kalau ini adalah kesempatan emas untuk mendapatkan fans awal bagi Sherly. Anna yakin, jika dirinya saja sangat tersentuh oleh suara ‘semerdu malaikat’ Sherly, apalagi orang-orang awam yang ia yakini tidak begitu mengerti tentang musik namun memiliki selera yang baik karena meminta Sherly untuk bernyanyi lagi. Setelah memperkenalkan informasi singkat Sherly pada mereka, Anna mempromosikan jadwal penampilan Sherly di festival musik antar sekolah dan ia tersenyum puas saat melihat antusias pasangan muda mudi itu yang kemudian berjanji untuk datang menyaksikan penampilan Sherly, juga mendukungnya. “Apa yang Kakak bicarakan pada mereka?” tanya Sherly penasaran setelah Anna kembali ke tempat di mana Sherly dan William menunggu. “Mempromosikan jadwalmu tampil,” sahut Anna dengan ekspresi cerah. “Apa?!” “Hah? Kenapa kau kaget begitu? Kau tidak dengar kalau mereka memintamu bernyanyi lagi? Lebih baik meminta
Anna masih diam terpaku menatap Joseph dengan ekspresi tak percaya. Wajah terkejutnya baru berangsur normal setelah menebak kalau Dewa memang tidak menghapus ingatan mereka bertiga, hanya mengubah keadaan ‘Anna’ saja.“Apa yang kau lakukan? Cepat bawa dia masuk!”Teriakan marah terdengar dari dalam bangunan. Sosok pria berekspresi dingin yang menjadi orang kepercayaan Simon untuk memimpin pasukan penculik menodongkan senjata api ke arah mereka.Takut dengan ancamannya, Joseph buru-buru menarik lengan Anna, membawanya pergi memasuki bangunan.Begitu masuk ke dalam bangunan, Anna langsung melihat Sherly yang spontan meronta-ronta begitu melihatnya muncul di pintu. Menggeleng pelan pada Sherly, Anna berbicara penuh percaya diri berusaha menenangkan Sherly dan berjanji akan menyelamatkannya tanpa memedulikan ejekan para penculik pada perkataannya.Setelah memastikan ketiga sandera baik-baik saja—selain hanya diikat di kursi—Anna mengalihkan pandangan pada Richard Lee yang berdiri mematung
Pukul 7.55 malam di Cross X Cafe.Sudah hampir jam 8 malam namun Sherly, William, dan Ivy Lee—manajer She Will—tak kunjung tiba di Cross X Cafe padahal para tamu undangan sudah berkumpul.Orin dan Anna baru tahu ponsel ketiganya tidak aktif setelah mencoba menghubungi untuk menanyakan posisi mereka.Merasa ada yang mencurigakan, Anna mencoba menghubungi Rosana untuk menanyakan apakah Sherly singgah di rumah pantai untuk menjemput, namun Rosana mengatakan Sherly tidak singgah dan hanya meneleponnya untuk datang ke Cross X Cafe bersama pengawal yang Elvin tugaskan untuk menjaga mereka. Rosana juga sedang dalam perjalanan, malah sudah hampir tiba.“Elvin juga belum datang. Tumben sekali dia terlambat?” pikir Anna, ingat kalau Sherly juga mengundang Elvin datang ke pesta namun Elvin tak kunjung muncul setelah hampir satu jam berlalu.Kejutan lain Anna dapat ketika mengetahui nomor telepon Elvin juga sedang tidak aktif.Merasa ada yang tidak beres, ia pun menghubungi Rainhard dan untungnya
“Ya, Sherly?” sahut Anna riang menjawab panggilan telepon Sherly.Anna memang ingin segera kembali ke tubuh aslinya, namun merasa sedikit tidak rela jika harus terpisah dari Sherly dan Rosana yang sudah dianggapnya sebagai adik dan ibunya sendiri.Sejak hidup bersama mereka, ia seperti merasa berada di dalam keluarganya sendiri seperti di masa kanak-kanak sewaktu keluarganya masih lengkap. Memiliki ayah, ibu, dan saudara untuk berbagi cerita kesehariannya.Karena itulah tiap kali berbicara dengan salah satu dari mereka—termasuk Roman Briel—hatinya selalu merasa nyaman seakan mereka adalah keluarga kandungnya sendiri.“Apa Kakak ada kesibukan malam ini?”“Pengambilan gambar mungkin sudah berakhir di sore hari. Kakak akan meluangkan waktu untukmu kalau kau ingin bersama Kakak,” sahut Anna.Sherly tidak langsung menanggapi. Ia tersenyum gembira, senang karena Anna selalu mau meluangkan waktu untuknya saat dibutuhkan.“Sherly? Apa ada masalah?”“Oh… tidak… Itu…, Sherly mau mengundang Kakak
Di sebuah bangunan terbengkalai berlantai dua, di pinggiran Kota X…Richard Lee mengorek-ngorek tungku perapian menggunakan ranting yang biasa dipakainya untuk memperbaiki posisi kayu bakar dan arang dalam tungku tersebut.Sudah selama 3 minggu lebih sejak pelariannya dari kejaran orang-orang Rainhard Rover, Richard yang terbiasa hidup berdampingan dengan peralatan modern harus hidup dalam keadaan yang disebutnya sebagai dunia primitif.Tidak bisa menggunakan internet takut pihak pencari jejak Rainhard bisa mengendus keberadaannya, membuat Richard yang tidak pernah lepas dari internet dan perlengkapan modern sudah hampir gila.Selain itu ia juga harus bersembunyi di bangunan terbengkalai tersebut tanpa berani menyalakan listrik, takut drone pencari menemukan lokasi persembunyiannya di malam hari.Semenakutkan itulah tim pemburu Rainhard Rover, juga Leon yang bisa melacak keberadaan seseorang melalui sinyal SIM card.Richard menghentikan kegiatan memperbesar bara api untuk merebus air s
“Nona Green! Kenapa tidak melakukan pergerakan sesuai dengan koreografi yang sudah dilatih?!” teriak Lucas dari depan monitor pemantaunya.Terlihat jelas Lucas tidak repot-repot menyembunyikan kemarahannya. Ia merasa sangat frustrasi karena kesalahan yang Sharon lakukan telah merusak suasana bagus di gelanggang buatan itu, dan mungkin akan susah untuk didapatkan kembali apabila adegannya sampai diulangi.“M-maaf, Tuan Rose. S-saya…”“Tidak apa-apa, Tuan Rose. Kita bisa mengulanginya,” Anna menyela sembari berjalan menghampiri Sharon. “Ayo kita ulangi dari awal, Sharon,” Anna berdiri di hadapan Sharon sembari mengulurkan tangan, kemudian membantu Sharon berdiri dengan mengaitkan lengannya ke lengan Sharon.“Astaga… kau ini…” Sharon langsung membungkukkan badan begitu berdiri, menopang tubuhnya yang gemetar dengan kedua tangan di atas paha. “Sial… aku benar-benar ketakutan serasa sedang berhadapan dengan Sasha asli,” ucap Sharon sembari mendongak, menatap Anna yang kini sedang tidak bera
Mengikuti kebiasaan Sasha Volkova dalam tiap pertandingan, Anna berjalan menuju ring dengan langkah lebar, seperti terburu-buru ingin segera menyelesaikan pertarungan lalu pulang setelahnya. Itulah kesan yang selalu Sasha tinggalkan pada para penggemar.Seperti kebiasaan Sasha juga, Anna tidak menoleh sekalipun pada para penonton yang bersorak menyemangati, ia terus berjalan dengan kepala menunduk menyembunyikan wajah, memberikan kesan misterius sekaligus memengaruhi mental lawan.Tidak ada gaya mengepalkan tinju di depan dada seperti yang sering terlihat dari para petinju yang suka berjalan sembari meninju udara. Anna hanya berjalan dengan langkah cepat bagai pembunuh berdarah dingin yang ingin segera menghabisi lawan.Untuk apa yang dilakukannya sedari muncul dari balik tirai, Anna sudah benar-benar berhasil membuat dirinya terlihat seperti Sasha asli, membuat Dimitri yang melihatnya merasa bernostalgia dan mulai berkaca-kaca teringat pada mendiang putrinya.Bahkan atlet yang berpera
Setelah Anna pergi, Thomas mengajak Lucas mengobrol, membahas tentang lokasi pengambilan gambar yang ia rasa kurang terasa seperti di sebuah arena tinju. Walau kru film berhasil mendekorasi sasana tinju dan menyulapnya mirip seperti arena tinju sungguhan, tetap saja —menurut Thomas— akan jauh lebih baik lagi jika pengambilan gambar dilakukan di arena tinju yang sebenarnya. Akan lebih hidup.Lucas mengangguk setuju. Sangat disayangkan Kota X tidak memiliki gelanggang tinju besar. Kota X memang sangat maju, namun hanya ada aula-aula bisnis dan gedung pertunjukan saja di sana. Luasnya pun hanya sedikit lebih besar dari sasana tinju Cross X. Karena itulah Lucas lebih memilih untuk menggunakan sasana tinju milik Joey itu saja dibandingkan harus menyewa sebuah gedung pertunjukkan walau dana yang mereka miliki —setelah disponsori Wright Entertainment— cukup besar.Awalnya, Lucas juga merasakan hal yang sama setelah melihat lokasi pengambilan gambar itu. Namun demikian Lucas tetap optimis film
Seluruh persiapan untuk memulai proyek film Sasha Volkova sudah mencapai tahap final. Pemeran Sasha dan Vernon remaja sudah di audisi. She Will juga sudah memulai rekaman untuk lagu tema film.Baik Anna, Carmen, dan 3 atlet tinju wanita yang akan memerankan tokoh pendukung —sebagai 3 lawan berat Sasha sebelum bertemu Sabrina Witch— juga rutin berlatih di sasana tinju Cross X, milik Joey, yang RHP sewa sebagai pusat pelatihan para aktris, juga akan menjadi tempat pengambilan gambar untuk 3 pertandingan awal.Setelah pesta yang Felix Quil dan Chen Feng Yu —produser— adakan untuk menciptakan chemistry di antara para aktor, aktris, dan seluruh kru film yang bekerja sama dalam film Sasha Volkova, hari di mana pengambilan gambar perdana film Sasha Volkova pun akhirnya tiba.William dan Sherly adalah aktor dan aktris pemula yang pertama kali melakukan pengambilan gambar. Sebagai cameo pemeran Vernon dan Sasha, siapa sangka Sherly memiliki bakat akting yang cukup baik jika harus dibandingkan d
Melihat bagaimana manis dan lembutnya profil wajah Anna yang menurutnya jauh lebih cocok sebagai seorang idol dibandingkan aktris seni peran, Dimitri tidak begitu antusias saat mengetahui bahwa Anna lah yang akan memerankan Sasha. Hanya karena Anna putri sahabatnya saja pria itu memilih diam dan setuju menggunakan Anna sebagai pemeran utama.Awalnya Lucas pernah menyodorkan profil Jessica pada Dimitri. Melihat bagaimana ketegasan wajah Jessica yang mirip dengan Sasha, Dimitri menyetujui untuk mengangkat kisah mendiang putrinya itu ke layar lebar. Namun setelah tahu Jessica sedang mendapatkan musibah, ia pun pasrah karena tidak bisa meminta Lucas untuk memakai jasa Jessica lagi —mereka sudah menandatangani kontrak, dan Dimitri sudah menghabiskan sebagian besar uangnya.Baru setelah Roman meminta Anna untuk menunjukkan aksi bertinjunya, Dimitri akhirnya bersemangat kembali. Walau Anna masih belum menunjukkan gaya bertarung yang serupa dengan Sasha, namun semua gerakan dan teknik tinju da