Terima kasih sudah membaca dan mengikuti novel ini... Terima kasih juga yang sudah memberi dukungan (vote, komentar, dan memberi rate bintang 5) Dukung terus ya... Thank You <3
Anna pergi menghampiri para penonton ‘konser dadakan’ mereka di taman itu. Ia tahu kalau ini adalah kesempatan emas untuk mendapatkan fans awal bagi Sherly. Anna yakin, jika dirinya saja sangat tersentuh oleh suara ‘semerdu malaikat’ Sherly, apalagi orang-orang awam yang ia yakini tidak begitu mengerti tentang musik namun memiliki selera yang baik karena meminta Sherly untuk bernyanyi lagi. Setelah memperkenalkan informasi singkat Sherly pada mereka, Anna mempromosikan jadwal penampilan Sherly di festival musik antar sekolah dan ia tersenyum puas saat melihat antusias pasangan muda mudi itu yang kemudian berjanji untuk datang menyaksikan penampilan Sherly, juga mendukungnya. “Apa yang Kakak bicarakan pada mereka?” tanya Sherly penasaran setelah Anna kembali ke tempat di mana Sherly dan William menunggu. “Mempromosikan jadwalmu tampil,” sahut Anna dengan ekspresi cerah. “Apa?!” “Hah? Kenapa kau kaget begitu? Kau tidak dengar kalau mereka memintamu bernyanyi lagi? Lebih baik meminta
Anna baru saja berbelok ke jalan utama menuju gerbang sekolah ketika segerombolan pria bermotor mencegatnya. Ia mengenali pria berambut hitam sebahu yang berhenti tepat di depannya itu sebagai orang yang kemarin membuat Silvia marah saat meminta pria itu untuk menangkap dirinya tapi malah melarikan diri setelah melihat keberadaan polisi yang datang bersama Elvin. “Kau… Naiklah ke— Hei!” Pria berambut sebahu itu melompat turun dari motornya dan mengejar Anna saat Anna melenggang begitu saja tidak mengindahkan omongannya. Dua pria lain juga ikut melompat dari motor mereka untuk menghalangi jalan Anna yang berjalan dengan langkah cepat keluar dari hadangan sepeda motor mereka. Anna mengelak ketika salah satu pria hendak menangkap pundaknya. Ia kemudian berlari kecil menuju gerbang —bermaksud meminta bantuan pada sekuriti— namun saat melihat Silvia sudah berdiri mengobrol bersama dua sekuriti di luar gerbang, ia pun akhirnya menghentikan langkahnya. “Ah… tentu saja para sekuriti tidak
Pria berjaket hitam itu, yang tak lain adalah Elvin Wright, kemudian berdiri dan menyapukan tatapannya pada semua pengepung dengan berani. Perhatian Elvin kemudian beralih pada Silvia dan dua sekuriti yang datang mendekat, dan ia mengakhiri pandangannya pada Silvia, anak nakal yang sudah diketahuinya sebagai biang terjadinya keributan ini. Elvin sudah menyelidiki latar belakang Silvia bahkan sebelum ada kejadian di taman dua hari yang lalu. Dengan ditemani kedua sekuriti yang seakan pengawal pribadinya saja, Silvia menerobos kepungan dan berjalan dengan berani menghampiri Elvin, bermaksud hendak menggertaknya. “Kau ini sejak kemarin selalu saja mencampuri urusanku. Apa kau tidak tahu siapa aku?” Elvin tidak menanggapinya. Ia menghela napas panjang membuang rasa kesalnya untuk tidak menanggapi kata-kata bocah nakal itu, sebelum akhirnya memilih berbicara pada dua sekuriti yang mendampingi Silvia, “Kalian ini penjaga keamanan sekolah atau berandal? Kenapa kalian malah bekerja sama den
Anna membalas tatapan Dustin dengan dahi mengernyit. “Meremehkan kalian? Kau gila? Kau harusnya tahu kalau kalian tidak berlatih dengan serius, kan? Apa kau pikir hasil yang kalian tunjukkan akan seperti kemarin kalau kalian berlatih dengan serius?” sahut Anna dengan tatapan mengecam. Bukan hanya pada Dustin saja, Anna juga menatap anggota klub lain siapa tahu ada di antara mereka yang tidak setuju dengan perkataannya, tapi tidak ada dari mereka yang tampak ingin mendebatnya hingga Anna akhirnya berbalik pada Sherly dan William yang sejak tadi berdiri diam di belakangnya. “Ayo kita pulang. Kita akan berlatih di taman nanti malam,” ajak Anna pada mereka. “H-hei… mau pergi ke mana?” protes Dustin merasa tidak senang ingin ditinggal begitu saja padahal ia belum selesai berbicara. “Tidak dengar? Kami mau pulang. Lebih baik kami bekerja sambilan daripada membuang waktu berharga kami di sini,” sahut Anna ketus. “K-kau… Kalau begitu, jangan bawakan lagu yang sama dengan kami,” ucap Dusti
“Apa maumu?” tanya Joey sambil mengusap-usap pinggangnya yang masih terasa nyeri, tempat pria berhoodie hitam itu tadi menyetrumnya. Bukannya menanggapi, pria itu malah terlihat hendak mengajak Joey berkelahi. Ia mengangkat kedua tangan ke depan tubuh, lalu memasang kuda-kuda bertinju. “Aku ingin tahu sehebat apa kau bertinju,” ucap pria itu dengan nada mengejek. Melihat Joey tampak ragu, dia kembali berbicara, “Jangan khawatir. Kali ini aku tidak akan menggunakan alat penyetrum padamu.” Sebagai seorang petarung sejati, ditantang seperti itu tentu tidak membuat Joey gentar. Kebetulan ia memang menyimpan dendam pada orang yang telah menyerangnya secara licik, dan ia malah mendapatkan kesempatan membalas dendam dengan cara yang paling disukainya. Setelah memasang sarung tangan yang pria bersetelan jas putih lemparkan padanya, Joey pun melakukan gerakan pemanasan sebelum berlari kecil ke tengah-tengah ring, siap untuk melakukan pertarungan. “Jangan menyesali kesombonganmu!” seru Joey
“Hah?” Anna membuka mulutnya dan melakukan gerakan seakan ingin muntah sebelum berbalik lagi menatap bangunan besar di hadapan mereka, yang merupakan gudang persinggahan tempatnya bekerja sambilan. Melihat Anna tampak benar-benar tidak suka dengan candaannya, Elvin segera mengalihkan pembicaraan. “Kenapa kau memilih tempat bekerja sambilan sejauh ini? Apa kau tidak menemukan tempat kerja sambilan di sekitar rumahmu?” tanya Elvin penasaran, sambil menatap bangunan yang sama. Anna cukup kaget dengan pertanyaan tersebut. Dia memang prihatin dengan pekerjaan di gudang yang ‘Anna’ ambil, namun tidak pernah memikirkan kenapa ‘Anna’ memilih pekerjaan itu, yang jaraknya memang cukup jauh dari lokasi rumahnya. ‘Benar juga ya? Aku tidak pernah memikirkannya.’ Anna pun menggali ingatan ‘Anna’ lagi dan menemukan jawabannya. “Ayahku mungkin akan datang dan mengacau,” sahutnya sambil menggeleng samar, merasa iba dengan kehidupan ‘Anna’, adik, dan ibu mereka. Memang karena itulah ‘Anna’ memilih
“Mau bagaimana lagi kalau itu sudah jadi keputusanmu,” ucap wanita beruban setelah tawa mereka mereda. Ia menghela napas panjang dan menatap Anna dengan penuh simpati —masih dengan pemikiran jika Anna bekerja secara sembunyi-sembunyi dari orang tuanya—, wanita itu mengira jika Anna mungkin sedang mengumpulkan uang untuk membeli sesuatu. “Anak yang tabah,” pikirnya. “Yang pasti, dalam mencari pekerjaan dan apapun pekerjaanmu nanti, jangan lupa memohon bimbingan Dewa untuk mendapatkan yang terbaik,” wanita paruh baya lain berkomentar. “Hah? Dewa? Untuk apa meminta petunjuk dari-Nya?” protes Anna. Awalnya Anna hanya ingin diam dan mendengarkan saran kelima wanita itu. Namun saat salah satu dari mereka menyinggung Dewa, ia merasa tidak nyaman. Dari pertemuannya dengan sang Dewa, Anna merasa jika tidak ada hal baik yang bisa diminta dari-Nya. Apalagi Dewa yang wanita itu maksud berniat mengirimnya ke neraka. “Kau atheis?” wanita bertubuh tambun bertanya sambil membelalakkan mata. Anna
“Senang sekali memiliki supir pribadi,” ucap Anna dalam perjalanan menuju tempat kerja sambilannya yang lain. Sama seperti pada pekerjaannya di gudang, Anna juga berniat untuk mengundurkan diri dari tempat pekerjaan sambilan keduanya, dan berniat untuk mencari dua pekerjaan sambilan lain di wilayah yang lebih dekat dengan tempat tinggalnya. Menurutnya, asalkan dia berhasil menemukan pekerjaan sambilan pengganti, Dewa tentu akan tetap menghitung misi yang harus dijalankannya itu terlaksana. ‘Tinggal mendapatkan izin cuti sekolah saja maka rencanaku akan berjalan sesuai yang kuinginkan,’ pikirnya seraya tersenyum licik. “Sebenarnya aku agak khawatir dengan pekerjaan keduamu ini,” sahut Elvin tanpa menoleh padanya. “Apa yang kau khawatirkan?” “Kau akan tahu nanti. Ku harap kau tidak mengamuk di tempat kerjamu.” Kata-kata Elvin membuatnya teringat pada seorang wanita di tempat kerja sambilan keduanya, yang memiliki sikap hampir sama dengan Loisa. ‘Apa dia tahu tentangnya juga?’ Anna
Anna masih diam terpaku menatap Joseph dengan ekspresi tak percaya. Wajah terkejutnya baru berangsur normal setelah menebak kalau Dewa memang tidak menghapus ingatan mereka bertiga, hanya mengubah keadaan ‘Anna’ saja.“Apa yang kau lakukan? Cepat bawa dia masuk!”Teriakan marah terdengar dari dalam bangunan. Sosok pria berekspresi dingin yang menjadi orang kepercayaan Simon untuk memimpin pasukan penculik menodongkan senjata api ke arah mereka.Takut dengan ancamannya, Joseph buru-buru menarik lengan Anna, membawanya pergi memasuki bangunan.Begitu masuk ke dalam bangunan, Anna langsung melihat Sherly yang spontan meronta-ronta begitu melihatnya muncul di pintu. Menggeleng pelan pada Sherly, Anna berbicara penuh percaya diri berusaha menenangkan Sherly dan berjanji akan menyelamatkannya tanpa memedulikan ejekan para penculik pada perkataannya.Setelah memastikan ketiga sandera baik-baik saja—selain hanya diikat di kursi—Anna mengalihkan pandangan pada Richard Lee yang berdiri mematung
Pukul 7.55 malam di Cross X Cafe.Sudah hampir jam 8 malam namun Sherly, William, dan Ivy Lee—manajer She Will—tak kunjung tiba di Cross X Cafe padahal para tamu undangan sudah berkumpul.Orin dan Anna baru tahu ponsel ketiganya tidak aktif setelah mencoba menghubungi untuk menanyakan posisi mereka.Merasa ada yang mencurigakan, Anna mencoba menghubungi Rosana untuk menanyakan apakah Sherly singgah di rumah pantai untuk menjemput, namun Rosana mengatakan Sherly tidak singgah dan hanya meneleponnya untuk datang ke Cross X Cafe bersama pengawal yang Elvin tugaskan untuk menjaga mereka. Rosana juga sedang dalam perjalanan, malah sudah hampir tiba.“Elvin juga belum datang. Tumben sekali dia terlambat?” pikir Anna, ingat kalau Sherly juga mengundang Elvin datang ke pesta namun Elvin tak kunjung muncul setelah hampir satu jam berlalu.Kejutan lain Anna dapat ketika mengetahui nomor telepon Elvin juga sedang tidak aktif.Merasa ada yang tidak beres, ia pun menghubungi Rainhard dan untungnya
“Ya, Sherly?” sahut Anna riang menjawab panggilan telepon Sherly.Anna memang ingin segera kembali ke tubuh aslinya, namun merasa sedikit tidak rela jika harus terpisah dari Sherly dan Rosana yang sudah dianggapnya sebagai adik dan ibunya sendiri.Sejak hidup bersama mereka, ia seperti merasa berada di dalam keluarganya sendiri seperti di masa kanak-kanak sewaktu keluarganya masih lengkap. Memiliki ayah, ibu, dan saudara untuk berbagi cerita kesehariannya.Karena itulah tiap kali berbicara dengan salah satu dari mereka—termasuk Roman Briel—hatinya selalu merasa nyaman seakan mereka adalah keluarga kandungnya sendiri.“Apa Kakak ada kesibukan malam ini?”“Pengambilan gambar mungkin sudah berakhir di sore hari. Kakak akan meluangkan waktu untukmu kalau kau ingin bersama Kakak,” sahut Anna.Sherly tidak langsung menanggapi. Ia tersenyum gembira, senang karena Anna selalu mau meluangkan waktu untuknya saat dibutuhkan.“Sherly? Apa ada masalah?”“Oh… tidak… Itu…, Sherly mau mengundang Kakak
Di sebuah bangunan terbengkalai berlantai dua, di pinggiran Kota X…Richard Lee mengorek-ngorek tungku perapian menggunakan ranting yang biasa dipakainya untuk memperbaiki posisi kayu bakar dan arang dalam tungku tersebut.Sudah selama 3 minggu lebih sejak pelariannya dari kejaran orang-orang Rainhard Rover, Richard yang terbiasa hidup berdampingan dengan peralatan modern harus hidup dalam keadaan yang disebutnya sebagai dunia primitif.Tidak bisa menggunakan internet takut pihak pencari jejak Rainhard bisa mengendus keberadaannya, membuat Richard yang tidak pernah lepas dari internet dan perlengkapan modern sudah hampir gila.Selain itu ia juga harus bersembunyi di bangunan terbengkalai tersebut tanpa berani menyalakan listrik, takut drone pencari menemukan lokasi persembunyiannya di malam hari.Semenakutkan itulah tim pemburu Rainhard Rover, juga Leon yang bisa melacak keberadaan seseorang melalui sinyal SIM card.Richard menghentikan kegiatan memperbesar bara api untuk merebus air s
“Nona Green! Kenapa tidak melakukan pergerakan sesuai dengan koreografi yang sudah dilatih?!” teriak Lucas dari depan monitor pemantaunya.Terlihat jelas Lucas tidak repot-repot menyembunyikan kemarahannya. Ia merasa sangat frustrasi karena kesalahan yang Sharon lakukan telah merusak suasana bagus di gelanggang buatan itu, dan mungkin akan susah untuk didapatkan kembali apabila adegannya sampai diulangi.“M-maaf, Tuan Rose. S-saya…”“Tidak apa-apa, Tuan Rose. Kita bisa mengulanginya,” Anna menyela sembari berjalan menghampiri Sharon. “Ayo kita ulangi dari awal, Sharon,” Anna berdiri di hadapan Sharon sembari mengulurkan tangan, kemudian membantu Sharon berdiri dengan mengaitkan lengannya ke lengan Sharon.“Astaga… kau ini…” Sharon langsung membungkukkan badan begitu berdiri, menopang tubuhnya yang gemetar dengan kedua tangan di atas paha. “Sial… aku benar-benar ketakutan serasa sedang berhadapan dengan Sasha asli,” ucap Sharon sembari mendongak, menatap Anna yang kini sedang tidak bera
Mengikuti kebiasaan Sasha Volkova dalam tiap pertandingan, Anna berjalan menuju ring dengan langkah lebar, seperti terburu-buru ingin segera menyelesaikan pertarungan lalu pulang setelahnya. Itulah kesan yang selalu Sasha tinggalkan pada para penggemar.Seperti kebiasaan Sasha juga, Anna tidak menoleh sekalipun pada para penonton yang bersorak menyemangati, ia terus berjalan dengan kepala menunduk menyembunyikan wajah, memberikan kesan misterius sekaligus memengaruhi mental lawan.Tidak ada gaya mengepalkan tinju di depan dada seperti yang sering terlihat dari para petinju yang suka berjalan sembari meninju udara. Anna hanya berjalan dengan langkah cepat bagai pembunuh berdarah dingin yang ingin segera menghabisi lawan.Untuk apa yang dilakukannya sedari muncul dari balik tirai, Anna sudah benar-benar berhasil membuat dirinya terlihat seperti Sasha asli, membuat Dimitri yang melihatnya merasa bernostalgia dan mulai berkaca-kaca teringat pada mendiang putrinya.Bahkan atlet yang berpera
Setelah Anna pergi, Thomas mengajak Lucas mengobrol, membahas tentang lokasi pengambilan gambar yang ia rasa kurang terasa seperti di sebuah arena tinju. Walau kru film berhasil mendekorasi sasana tinju dan menyulapnya mirip seperti arena tinju sungguhan, tetap saja —menurut Thomas— akan jauh lebih baik lagi jika pengambilan gambar dilakukan di arena tinju yang sebenarnya. Akan lebih hidup.Lucas mengangguk setuju. Sangat disayangkan Kota X tidak memiliki gelanggang tinju besar. Kota X memang sangat maju, namun hanya ada aula-aula bisnis dan gedung pertunjukan saja di sana. Luasnya pun hanya sedikit lebih besar dari sasana tinju Cross X. Karena itulah Lucas lebih memilih untuk menggunakan sasana tinju milik Joey itu saja dibandingkan harus menyewa sebuah gedung pertunjukkan walau dana yang mereka miliki —setelah disponsori Wright Entertainment— cukup besar.Awalnya, Lucas juga merasakan hal yang sama setelah melihat lokasi pengambilan gambar itu. Namun demikian Lucas tetap optimis film
Seluruh persiapan untuk memulai proyek film Sasha Volkova sudah mencapai tahap final. Pemeran Sasha dan Vernon remaja sudah di audisi. She Will juga sudah memulai rekaman untuk lagu tema film.Baik Anna, Carmen, dan 3 atlet tinju wanita yang akan memerankan tokoh pendukung —sebagai 3 lawan berat Sasha sebelum bertemu Sabrina Witch— juga rutin berlatih di sasana tinju Cross X, milik Joey, yang RHP sewa sebagai pusat pelatihan para aktris, juga akan menjadi tempat pengambilan gambar untuk 3 pertandingan awal.Setelah pesta yang Felix Quil dan Chen Feng Yu —produser— adakan untuk menciptakan chemistry di antara para aktor, aktris, dan seluruh kru film yang bekerja sama dalam film Sasha Volkova, hari di mana pengambilan gambar perdana film Sasha Volkova pun akhirnya tiba.William dan Sherly adalah aktor dan aktris pemula yang pertama kali melakukan pengambilan gambar. Sebagai cameo pemeran Vernon dan Sasha, siapa sangka Sherly memiliki bakat akting yang cukup baik jika harus dibandingkan d
Melihat bagaimana manis dan lembutnya profil wajah Anna yang menurutnya jauh lebih cocok sebagai seorang idol dibandingkan aktris seni peran, Dimitri tidak begitu antusias saat mengetahui bahwa Anna lah yang akan memerankan Sasha. Hanya karena Anna putri sahabatnya saja pria itu memilih diam dan setuju menggunakan Anna sebagai pemeran utama.Awalnya Lucas pernah menyodorkan profil Jessica pada Dimitri. Melihat bagaimana ketegasan wajah Jessica yang mirip dengan Sasha, Dimitri menyetujui untuk mengangkat kisah mendiang putrinya itu ke layar lebar. Namun setelah tahu Jessica sedang mendapatkan musibah, ia pun pasrah karena tidak bisa meminta Lucas untuk memakai jasa Jessica lagi —mereka sudah menandatangani kontrak, dan Dimitri sudah menghabiskan sebagian besar uangnya.Baru setelah Roman meminta Anna untuk menunjukkan aksi bertinjunya, Dimitri akhirnya bersemangat kembali. Walau Anna masih belum menunjukkan gaya bertarung yang serupa dengan Sasha, namun semua gerakan dan teknik tinju da