Terima kasih sudah membaca dan mengikuti novel ini... Terima kasih juga yang sudah memberi dukungan (vote, komentar, dan memberi rate bintang 5) Dukung terus ya... Thank You <3
“Apa yang kau katakan?” bisik Kiara, mengira Anna sedang berbicara padanya. “Ya? Oh… Tidak, tidak ada.” Anna kembali memerhatikan keributan kecil yang terjadi antara Jeany Wright dan Thomas Wong. Walau yakin Thomas pada akhirnya akan menyerah karena kalah jabatan, tapi ia cukup senang akan sikap Thomas yang selalu berpegang teguh pada peraturan dan selalu melakukan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh. Karena itulah Thomas juga selalu dipercaya Jessica untuk mengambil keputusan menggantikannya jika ia sedang berhalangan. Seperti yang Anna perkirakan, Thomas akhirnya mengalah dan remaja yang baru datang itu pun memulai audisinya dengan memotong nomor antrian. Saat audisi yang dilakukannya baru berjalan setengah menit —tiap peserta audisi akan diberikan waktu 5 menit—, Anna sudah langsung mendengus, merasa jijik dengan apa yang remaja itu lakukan. Aktingnya memang sedikit lebih baik dibandingkan ‘Anna’, namun tidak sampai bisa dikatakan seperempat baik. Jika harus memberikan nilai 1 s
“Tetap duduk dan diam saja kalau tidak ingin maju,” bisik Kiara mencoba membujuk Anna. Selain khawatir pada Anna, Kiara juga khawatir Thomas Wong —idola para aktor dan aktris muda— yang sangat jujur dalam memberikan penilaian itu akan dipecat andai Anna melakukan audisi dengan hasil yang lebih buruk daripada apa yang Lovely tampilkan —Kiara cukup yakin dengan ini. “Tidak apa-apa. Sudah diberi kesempatan seperti ini seharusnya ku manfaatkan dengan baik, kan?” “...Y-ya?” Kiara masih tertegun mendengar jawaban itu. Ia bahkan masih menatap tak percaya pada punggung Anna saat gadis itu melangkah pergi meninggalkannya. Di depan, Thomas buru-buru berpaling pada Jeany begitu melihat Anna —yang diharapnya tidak mau menerima tantangan Jeany— malah berdiri dan pergi menuju meja juri. “Kalau memang itu yang Anda inginkan, saya akan mengundurkan diri. Anda tidak perlu memintanya mengikuti audisi dengan memotong antrian,” ucap Thomas sembari berdiri dan langsung pergi meninggalkan meja penjuri
Peran yang akan Anna mainkan adalah kisah seorang pengawal setia dari seorang pangeran yang sedang berada dalam medan pertempuran melawan para pemberontak istana. Setelah berhari-hari melarikan diri dari medan perang akibat kekalahan pasukan mereka, sampailah keduanya pada adegan pengepungan yang dilakukan pihak musuh. Dalam adegan yang Anna pilih —dari 21 adegan yang akan ia perankan andai lolos dalam audisi ini—, ia justru memilih adegan tersulit yang merupakan adegan terakhir dari perannya sebagai pengawal. Di situ Anna akan melakukan dialog perpisahan dengan sang pangeran sebelum maju menghadapi musuh demi memberikan sang pangeran waktu untuk dapat melarikan diri. Dia akan bertarung dengan gagah berani sebelum menghadapi kematian dari ratusan anak panah yang akan menghujani tubuhnya. Thomas melihat dan membaca skrip yang Anna pilih lalu dengan spontan mendecakkan lidah saat tahu jika dialog yang akan Anna lafalkan haruslah menggunakan perasaan mendalam agar dapat menggugah emos
Dengan gerakan mengejutkan Anna mengentakkan salah satu kaki seakan hendak berlari menghampiri Jeany, membuat Jeany yang sudah ketakutan sampai jatuh terjengkang saat tersandung kakinya sendiri. Sebenarnya bukan karena ingin menakut-nakuti Jeany maka Anna melakukan gertakan itu. Semua yang dilakukannya adalah bagian dari skenario dalam naskah di mana dia diperintahkan seakan-akan hendak menyerang si pemimpin pasukan pengepung padahal tindakan itu hanyalah tipuan sebelum tokoh yang diperankannya beralih pada pasukan pemanah. Mengikuti skenario tersebut, Anna tiba-tiba memutar tubuh dan mengubah arah serangan dengan berlari menuju para peserta audisi yang langsung lari berhamburan merasa ngeri dengan sorot mata mengerikan yang Anna sapukan pada mereka, seakan hendak menghabisi mereka dengan pedang kayu di tangannya. Para peserta audisi itu adalah ilustrasi dari pasukan pemanah yang sedang Anna khayalkan dalam benaknya. Sama seperti pada Jeany, Anna sebenarnya tidak sedang menakut-naku
‘Tidak. Itu bukan tindakan bodoh,’ pikir Thomas sambil masih menatap Anna. Dia sebenarnya ingin melindungi Anna agar tidak dipermalukan oleh Jeany dan gadis dari keluarga Morgan itu di depan umum. Sedikit banyak Thomas sudah tahu sifat Jeany yang suka berpesta pora menghamburkan uang ayahnya, juga membuat banyak masalah dengan para wanita malang yang bertemu dengannya di klub malam dan telah menjadi sasaran kesombongan Jeany. Thomas hanya tidak mau Anna menjadi korban Jeany juga karena itulah dia ingin melindunginya. “Apa lagi yang kau tunggu? Bukannya kau tadi sudah mau pergi?” Jeany kembali berbicara saat Thomas masih terdiam melamunkan tindakan yang sudah diambilnya secara ceroboh. ‘Tidak, itu bukan kecerobohan. Mana aku tahu kalau dia bisa melakukan akting dengan level Jessica?’ Pikir Thomas yang akhirnya berlalu pergi sambil menatap Anna yang masih menyunggingkan senyum mengejek padanya, bahkan sempat menjulurkan lidahnya juga. “Kau…,” Jeany berpaling pada Anna setelah sebelum
Thomas Wong, pria berdarah Asia Timur yang sudah berada di Wright Entertainment semenjak ayah Jessica Wright masih memegang posisi CEO pertama dari perusahaan itu, sudah mengabdikan dirinya di sana sejak awal perusahaan itu berdiri. Ada banyak aktor dan aktris yang disaksikannya tumbuh dan berkembang di Wright Entertainment selama 17 tahun ini dan baru Jessica sajalah aktris yang benar-benar bisa membuatnya terpukau. Memang ada banyak aktor dan aktris berbakat lain yang tumbuh dan besar di agensi itu, namun belum ada yang Thomas anggap luar biasa seperti Jessica. Tapi, setelah melihat penampilan Anna Briel hari ini, ia bahkan sampai kesulitan untuk menilai siapa yang lebih bagus di antara Anna dan Jessica. "Kalau seusianya saja sudah seperti itu, bagaimana perkembangannya dalam 15 tahun ke depan?" Thomas ingat bagaimana dirinya terpana akan kemampuan akting Jessica saat mengikuti audisi pertamanya 15 tahun lalu. Tapi Anna yang sudah memiliki kemampuan layaknya Jessica di usia 30 be
“Kau yakin ingin bertemu dengannya?” tanya Elvin setelah mendengar cerita Anna tentang Richard Lee. “Tentu saja. Dan lebih cepat maka akan lebih baik. Kau bisa menunggu di suatu tempat dan menggerebeknya saat hendak melakukan perbuatan jahat padaku.” Elvin menatapnya sebentar, lalu memainkan irisan daging di piringnya sambil memikirkan resiko berbahaya yang akan Anna ambil demi menangkap Joseph Thiago. Yang membuatnya takjub adalah bagaimana cara Anna menyampaikan ide berbahaya itu dengan sangat santai seolah hal itu bukan masalah berbahaya yang bukan hanya bisa mengancam kehormatannya sebagai seorang wanita, tapi bisa saja mengancam nyawanya. “Itu bukan ide bagus,” sahut Elvin lalu memasukan potongan daging ke mulutnya. “Itu yang terbaik dan tercepat,” bantah Anna, merasa jika itulah kesempatan terbaik agar bisa menangkap Joseph secepat mungkin. Dia tidak ingin menyimpan dendam pada orang yang dianggapnya tidak penting itu lebih lama lagi agar bisa fokus mengejar tujuan utamanya.
“Sudah lama menunggu?” sapa Anna, membuat Sherly dan William yang sedang asyik membahas lagu yang baru saja mereka mainkan dan nyanyikan bersama tampak sedikit terkejut tidak menyadari kedatangannya. “Apa yang sedang kalian bahas?” Anna kemudian memerhatikan buku musik yang berada di atas bangku di antara Sherly dan William. “I-ini lagu yang akan klub musik kami bawakan di lomba nanti, Kak,” sahut Sherly agak terbata, merasa sedikit malu karena Anna memergokinya duduk terlalu dekat dengan William. Padahal —di mata Anna— jarak duduk mereka cukup jauh dan Anna juga tidak memedulikan hal itu. Anna mengangguk. Dari satu baris kalimat lagu yang tertulis di sana Anna sudah tahu kalau itu adalah lagu yang sedang anggota klub musik latih untuk diikutkan dalam lomba. Dia juga sudah hampir hafal dengan lirik lagunya karena terlalu sering mendengarkan mereka berlatih. “Boleh kulihat?” pinta Anna, langsung mengambil buku itu sebelum mendapatkan izin dari Sherly si pemilik buku. Anna membaca is