Gio kembali mengajak Ana untuk bertemu di salah satu cafe dekat taman kota. Gio sudah menyusun rencana untuk membalas perbuatan Gerald kepada ayahnya. Semalam Gio mengetahui jika perusahaan ayahnya mengalami kebangkrutan. Bahkan rumah mewah mereka juga akan disita oleh bank untuk menutupi hutang-hutang perusahaan. Keluarganya saat ini benar-benar sangat kacau. Sejak semalam ibunya terus menangis karena mereka harus segera pergi dari rumah yang mereka tinggali saat ini."Hai, maaf lama." Gio mengubah ekspresinya seperti biasa, Gio yang terlihat ceria. Gio menatap wajah Ana yang terlihat tersenyum. Sepertinya keadaan perempuan itu terlihat lebih baik dari sebelumnya. Seminggu mereka tidak bertemu dan Ana terlihat sedikit berbeda. Tidak ada lagi raut kesedihan di wajah Ana."Gue seneng lo akhirnya bisa senyum lagi." ujar Gio sambil melemparkan senyum manisnya."Itu juga karena kamu yang selalu menghibur aku." balas Ana."Hari kamis kemarin aku baru saja pergi ke makam nenek. Aku sangat
Ana menatap langit malam dari balkon kamarnya. Langit malam ini terlihat cerah tanpa awan. Bintang malam ini juga lebih banyak dari malam-malam sebelumnya. Ana tersenyum menatap langit di atasnya. Ana terdiam, perkataan Gio tadi pagi terngiang-ngiang di kepalanya. Gio ingin membantunya lepas dari Gerald. Tapi ia ragu apa ia benar-benar bisa lepas dari Gerald? Gerald bahkan orang yang lebih berkuasa dari Ana dan Gio. Laki-laki itu bisa melakukan apa saja dengan uangnya. Tapi sampai kapan Gerald akan menahan Ana dirumah ini? Tidak mungkin Gerald akan menahan Ana untuk selamanya bukan? Suatu hari laki-laki itu juga pastinya akan memiliki keluarga kecilnya sendiri. Lalu saat itu tiba Gerald pasti akan membuang Ana.BrakkkAna berjengit kaget di tempatnya. Ia menengokkan kepalanya dan menemukan Gerald adalah dalangnya. Tidak bisakah Gerald mengetuk pintu kamarnya terlebih dahulu? Mentang-mentang jika ini rumahnya dia bisa melakukan semua itu seenaknya. Gerald celingukan mencari keberadaa
Prang!Gerald membanting sendok di tangannya hingga terpental jatuh ke lantai. Rahang Gerald mengeras mengingat foto-foto kedekatan Ana dengan Gio. Amarahnya sepertinya tidak bisa ia tahan lagi. Gerald berdiri dari tempat duduknya. Tangannya di cekal oleh Ana saat ia akan melangkahkan kakinya pergi dari meja makan. "Jangan sakiti Gio, aku mohon." wajah Ana memelas memohon kepada Gerald. Ia tahu Gerald lah yang tempo hari yang membuat wajah Gio babak belur.Tangan Gerald mengepal, ia tidak suka dengan perkataan Ana yang terdengar sangat melindungi Gio. Gerald tertawa dalam hati. Sebaik apapun yang Gerald lakukan kepada Ana, Ana hanya akan melihat Gerald sebagai seorang monster yang menakutkan. Gerald menghempaskan tangan Ana dengan kasar. Ia melangkahkan kakinya pergi dari meja makan. Gerald meninggalkan makan malamnya yang belum habis.Ana menggigit jarinya menatap kepergian Gerald yang terlihat sangat marah. Pikirannya khawatir, bagaimana jika Gerald melakukan sesuatu hal buruk kepa
Tring tring "Gue udah di depan rumah lo." "Iya tunggu sebentar." Jam di dinding masih menunjukkan pukul lima pagi. Masih terlalu dini bagi seseorang menjalankan aktivitas di luar rumah sepagi ini. Ana menutup kopernya dengan rapat. Pagi-pagi sekali Ana telah siap dengan koper berisi pakaiannya. Ana sudah memikirkan keputusannya dari kemarin. Ia sudah memutuskan akan membangun kehidupan yang baru. Yang dimana ia bisa menghirup udara segar dimana saja dan melakukan semua hal yang ia suka.Ana berjalan mengendap-endap keluar kamar. Ia sudah memperkirakan jika Gerald pasti belum bangun karena semalam laki-laki itu mabuk berat karena alkohol. Ana mengangkat kopernya sambil melangkah menuruni tangga dengan perlahan. "Kau mau kemana dengan koper itu?" DegTubuh Ana membeku mendengar suara yang sudah tidak asing di telinganya. Tanpa membalikkan badannya pun ia sudah tahu siapa yang berdiri di belakangnya. Suara langkah kaki menuruni tangga dapat Ana dengar dengan sangat jelas, itu tandan
"Sir saya sudah melakukan tugas yang anda perintahkan." ujar Jack."Bagus, jangan sampai ada yang mengetahui jasadnya." ujar Gerald sambil tersenyum miring."Tidak akan ada yang mengetahuinya sir, saya sudah mengecek keamanan dan juga jasadnya sudah dibuang ke dalam rawa-rawa yang penuh buaya. Tidak akan ada bukti atau saksi yang akan di temukan." jelas Jack panjang lebar."Bagus, kau akan mendapat bonus mu bulan ini." ujar Gerald dengan senang, bukan hanya Gerald tapi juga Jack yang juga merasa senang karena gajinya bulan ini akan bertambah.Ini bukan pertama kalinya Gerald membunuh orang yang merupakan musuh perusahaannya. Ia sudah terbiasa bermain kotor dalam dunia bisnis. Bukan hanya dia saja, tapi semua pengusaha juga melakukan seperti itu untuk melindungi bisnisnya. Gerald tidak akan segan-segan melenyapkan orang yang berani mengganggu bisnisnya. "Kalau begitu saya permisi Sir." pamit Jack."Hmm." Sejauh ini hanya Peter yang Gerald biarkan masih hidup. Jika Peter bukan ayahnya
Ana mengunci pintu rumahnya. Ia sudah siap dengan pakaian terbaiknya. Hari ini ia akan mencari pekerjaan. Ana mulai melangkahkan kakinya menyusuri jalanan yang belum terlalu panas. Satu persatu restoran, cafe, dan toko Ana masuki untuk mencari lowongan pekerjaan. Tapi semua restoran dan toko semua menolaknya. Ana berhenti sebentar, rasa haus ia rasakan sekarang. Ia menatap warung makan di depannya dengan wajah ragu. Ia ingin minum tapi ia tidak memiliki uang. "Mau makan dek?" tanya seorang perempuan paruh baya. Sedari tadi ia memperhatikan Ana yang hanya berdiri memperhatikan warung makan di depannya.Ana tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Maaf bu, apa ada lowongan pekerjaan disini?" tanya Ana kepada perempuan paruh baya di depannya. Ibu itu terlihat menatap Ana dari atas sampai bawah. Sedetik kemudian ibu tersebut menganggukkan kepalanya yang membuat wajah Ana langsung terlihat sumringah. Rasa lelah dan haus tadi seakan hilang begitu saja."Ada, tapi di bagian cuci piring.
Alis Gio mengernyit melihat rumahnya begitu ramai oleh orang-orang yang mengangkut barang dari dalam rumahnya. Apa mereka akan pindah rumah? Tapi kenapa papa dan mamanya tidak memberitahukan masalah ini dengannya? Pikir Gio.Gio berjalan memasuki rumah masih dengan wajah kebingungannya. Tatapan Gio jatuh kepada kedua orang tuanya yang sedang duduk di ruang tengah dengan hanya beralaskan satu single sofa yang tersisa. Mamanya terlihat terduduk di lantai dengan penampilan yang berantakan dan tidak serapi biasanya. Apa ada masalah? Gio berjalan mendekati kedua orang tuanya. Tatapan kedua orang tuanya terlihat kosong. Gi berjongkok di hadapan mamanya dengan wajah cemas."Apa yang sedang terjadi ma?" tanya Gio pada Rachel.Rachel mendongakkan kepalanya menatap Gio dengan pandangan yang sulit diartikan. Gio semakin dibuat khawatir melihat tatapan mamanya yang tidak seperti biasanya."Ma, sebenarnya apa yang ter_"PlakWajah Gio melengos ke samping. Pipi kirinya terasa sangat panas akibat
Tangan Gerald mengepal melihat sesuatu yang ia benci. Seperti biasanya, Gerald akan memantau Ana dari jarak jauh. Sebenarnya itu hanya alasan Gerald, karena yang sebenarnya ia ingin melihat perempuan itu. Hari ini Gerald kembali menghentikan mobilnya di seberang jalan warung makan tempat Ana bekerja. Tapi kali ini emosi Gerald tiba-tiba naik saat melihat Ana sedang bersama dengan Gio. Sepertinya laki-laki itu sedang menjemput Ana. Tangan Gerald semakin terkepal erat melihat Ana tersenyum lebar saat Gio melemparkan candaan. Sebelumnya Gerald tidak pernah melihat Ana tersenyum selebar itu. Perempuan itu selalu menampilkan wajah datar atau wajah kesal di depannya. "Ikuti mereka." ujar Gerald sambil matanya tak lepas memperhatikan interaksi keduanya. Gerald mengikuti mobil Gio sampai di rumah yang Ana tinggali. Terlihat Gio mengikuti Ana masuk ke dalam rumah. "Jack cari tahu pemilik rumah itu dan beli langsung rumahnya." perintah Gerald spontan tanpa perlu mempertimbangkan apapun."Ma