Gerald tidak dapat fokus dengan pekerjaannya. Pikirannya terus memikirkan Ana. meski mulutnya berkata jika ia tidak peduli, tapi pikirannya berkata lain. Sudah hampir dua belas jam ia belum mendapat kabar tentang keberadaan Ana. Ia bahkan sudah menyuruh orang khusus untuk melacak keberadaan Ana. Tok…tok"Masuk," "Permisi sir, saya ingin memberitahu jika saya sudah menemukan keberadaan nona Ana." ujar Jack menunjukkan titik keberadaan Ana saat ini."Kita kesana sekarang!" Gerald langsung meraih jas nya dan memakainya. "Percuma aku membayar mahal orang-orang khusus untuk mencari Ana jika ternyata aku memiliki asisten yang lebih cepat." omel Gerald dengan wajah kesalnya."Jack, bawa lima bodyguard untuk ikut dengan kita." perintah Gerald."Baik sir." Gerald, Jack, dan kelima bodyguard langsung menuju titik dimana Ana berada. Gerald dan Jack berada di mobil paling depan dan di ikuti dua mobil di belakangnya yang berisi kelima bodyguardnya. Tempat yang diyakini keberadaan Ana cukup jau
"Ana!" Haryanto langsung merebut foto yang Ana pegang.Ana terkejut karena ayahnya yang tiba-tiba membentaknya dan mengambil foto di tangannya dengan paksa. "Ayah siapa laki-laki kecil di foto itu?" tanya Ana.Wajah Haryanto terlihat membeku. Dan Ana menyadari itu. Ana merasa ada yang sedang ayahnya sembunyikan darinya. Ana dan ayahnya memang tidak terlalu dekat. Bahkan bisa dibilang jika Ana tidak menyukai ayahnya yang selalu memikirkan dirinya sendiri. "Bukan siapa-siapa. Walau ayah memberitahu kau juga tidak akan mengenalnya." ujar Haryanto kemudian meninggalkan Ana.Setelah hampir seharian membersihkan rumah, Ana berniat pergi ke rumah neneknya. Sudah lama ia tidak bertemu dengan neneknya dan tidak mengetahui kabar neneknya. Bi Ami juga tidak bisa dihubungi lagi sekarang. Jadi Ana tidak bisa mengetahui kabar neneknya. Ana mengunci pintu rumah sebelum pergi. Ayahnya? Ana tidak tahu kemana ayahnya pergi, dari tadi siang ayahnya belum kembali ke rumah. Ana perlu waktu satu jam le
Haryanto menatap tajam ke arah Gerald yang sudah membohonginya dengan memanggil beberapa polisi untuk menangkapnya. Haryanto sama sekali tidak mengetahui jika ia sudah di jebak oleh Gerald. "Kau ditangkap bukan karena telah menculik Ana, tapi karena kau sudah melakukan banyak kejahatan di luar sana. Kau sudah membawa kabur uang orang lain dan menipu banyak orang untuk berjudi." jelas Gerald jika dia tidak melaporkan ayah Ana tapi hanya membantu para polisi yang memang sedang mencari keberadaan Haryanto.Haryanto berlari menghindar saat polisi berusaha untuk menangkapnya. Haryanto mengeluarkan pistol dari balik tubuhnya dan menodongkannya ke arah Gerald. Tanpa rasa takut Haryanto malah mengancam polisi di depannya jika berani menangkapnya, maka ia akan melepaskan anak peluru ke arah Gerald.Gerald terdiam, bukan karena dia takut. Tapi dia sedang merencanakan untuk melemahkan Haryanto. Gerald menggerakkan jari tangannya menyuruh para polisi untuk menyergap Haryanto di setiap sisi. Deng
Gerald membuka matanya secara perlahan. Ia merasakan badannya sangat lemas. Sudah berapa hari ia tertidur? Apa ia masih hidup setelah tertembak atau ia sudah berada di surga? Yang benar saja apa orang seperti Gerald akan masuk ke surga? Gerald mengerjapkan matanya berkali-kali untuk memastikan jika penglihatannya memang benar. Ia menggosok matanya dan matanya tetap melihat Ana yang sedang tertidur di sofa panjang.Sepertinya Jack yang sudah membawa Ana kemari, pikir Gerald. Bagus, berarti Gerald tidak perlu capek-capek mencari Ana lagi. Gadis itu sangat hobi lari darinya. Terlintas sebuah ide jahat di kepala Gerald. Gerald kembali membaringkan badannya dan menutup matanya. Ia sudah bersiap menjalankan rencananya."Arghhh!" pekik Gerald sambil memegang bahunya seperti orang yang sedang kesakitan. Padahal dokter sudah menyuntikkan obat mati rasa pada bahunya.Dan benar rencana Gerald berhasil. Ana terbangun dari tidurnya dan langsung menatap khawatir ke arah Gerald. Ana berjalan mendek
Sudah lima hari berada di rumah sakit setelah mendapat luka tembak itu. Dan lima hari juga Ana harus mengurus Gerald dengan segala kebutuhan yang laki-laki itu perlukan. Ah setelah kejadian permasalahan kolor celana waktu itu, setelahnya Gerald tidak pernah mengikat tali kolornya lagi karena ia sangat kesulitan saat membuka tali dan juga ia tidak akan bisa menali tali celananya hanya dengan satu tangan. Ana sedang sibuk membereskan semua pakaian Gerald ke dalam koper. Sedangkan Gerald malah asyik dengan ponselnya. Walaupun tangannya sakit, laki-laki itu masih bisa memainkan ponselnya. "Arghhh." Ana menengokkan kepalanya melihat apa yang sedang Gerald lakukan. "Ana kemari!" Gerald meletakkan ponsel di tangannya dan menyentuh tangan kanannya yang masih disangga oleh arm sling. "Ada apa?" "Tanganku sakit." ujar Gerald sambil menunjuk tangan kanannya yang sakit."Jangan bercanda, yang sakit bahumu bukan tanganmu." Ana tidak terlalu menanggapi Gerald yang meringis kesakitan karena i
Satu bulan berlalu begitu sangat cepat. Gerald sudah melepas perban di bahunya dan laki-laki itu sudah kembali bekerja seperti biasa. Sedangkan Ana, ia juga sudah bebas dari perintah Gerald yang selalu menyuruhnya. Saat ini Ana sedang berada di taman kota menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahnya. Jangan ditanya bagaimana Gerald bisa mengizinkan Ana keluar dari rumah. Tentu saja Ana mencari banyak cara untuk bisa keluar dari rumah Gerald. Bahkan Ana tidak percaya hanya dengan mengancam Gerald kalau ia akan pergi dari rumah itu jika Gerald terus mengurungnya. Dan Ana berhasil Gerald langsung mengizinkannya untuk keluar tapi tentu saja ada syaratnya. Yaitu setiap Ana pergi, Kevin harus selalu ada di sampingnya. Tanpa berpikir panjang Ana langsung mengiyakan persyaratan dari Gerald.Ngomong-ngomong tentang ayahnya yang di penjara. Ana baru saja menjenguk ayahnya di penjara tadi. Ana merasa prihatin dengan keadaan ayahnya saat ini. Ayahnya terlihat sangat kurus dan tidak terawat.
Ting!Ana mengalihkan perhatiannya pada ponselnya. Satu pesan masuk dari Gio. Gio Hai 👋Gue nggak ganggu lo kan?Ana segera mengetikkan balasan untuk Gio.MeEnggak kokGioBesok lo ada waktu kosong nggak?Gue mau ajak lo ke suatu tempatGue yakin lo bakalan suka tempatnyaPesan masuk terus berdentingan ke ponsel Ana. Besok Ana memang tidak ada rencana pergi kemana-mana sih. Tapi apa iya Gerald akan mengizinkannya keluar lagi? MeMaaf Gio, kayaknya nggak bisa dehGioKenapa?Padahal gue mau nunjukin tempat kesukaan gue ke loAna menggigit bibirnya. Ia tidak bisa asal mengiyakan ajakan Gio kalau ia sendiri belum yakin akan bisa menemui laki-laki itu besok.MeAku usahakan, tapi aku nggak janji bakalan bisaGioNah gitu dongYaudah besok kabarin gue kalau lo bisaSetelah membalas pesan Gio, Ana berjalan keluar dari kamarnya. Matanya menangkap sosok Gerald yang sedang menikmati makan malamnya dengan tenang. Ana menarik salah satu kursi di hadapan Gerald. Gerald hanya menatap Ana seki
Cahaya sinar matahari mengintip dengan malu-malu ke dalam kamar Gerald yang bercat gelap. Suara kicauan burung yang saling bersahutan tidak membuat dua manusia yang sedang berada dalam mimpinya itu merasa terusik. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Tring!Tring!Tring!Tring!Bunyi dentingan ponsel yang tidak henti-hentinya menandakan adanya pesan masuk. Ana mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya sekitar. Tubuhnya ia renggangkan dengan perlahan. Ana memejamkan matanya merasakan kulit punggungnya yang diterpa oleh suhu AC. Ana kembali merapatkan selimut yang sedikit menyibak hingga memperlihatkan punggung mulusnya yang tidak tertutup sehelai benang. Benar! Semalam Ana terpaksa harus melayani nafsu Gerald. Ana bergidik ngeri mengingat kejadian semalam. Semalam Gerald benar-benar seperti singa yang kelaparan. Ana bahkan sampai kelelahan melayani Gerald karena Gerald belum juga mencapai kepuasannya.Ana mengulurkan salah satu tangannya keluar dari balik selimut untuk menjangk