Kak Nia menatapku dengan tatapan kosong, matanya begitu kecewa, "Jadi, kamu sudah lama berkolusi dengan Lina dan kamu terus menyembunyikannya dariku 'kan?""Kak Nia, aku nggak bermaksud begini, aku hanya nggak ingin melakukan hal yang menyakiti Kak Lina.""Aku mengerti, aku mengerti segalanya.""Kak Nia ....""Edo, kamu nggak perlu berkata apa-apa. Sebenarnya kamu sudah melakukan hal yang benar. Ini menunjukkan bahwa kamu ingin melindungi Lina dari lubuk hatimu yang paling dalam.""Lina wanita yang sangat baik. Kalau kamu memang bisa bersamanya, Kak Nia pasti akan merestui kalian."Entah kenapa aku merasa Kak Nia sangat lemah saat mengucapkan kata-kata tersebut.Bahkan ada rasa sedih.Aku merasa sangat tidak nyaman.Karena aku menipu Kak Nia dan melukai hatinya.Tapi, aku tidak tahu harus berkata apa?Kak Nia menghela napas panjang, lalu tersenyum dan berkata padaku, "Lakukan saja apa yang kalian rencanakan. Jangan khawatirkan aku dan kakakmu, karena aku sudah mendapatkan apa yang kuin
Saat ini, wajah Johan dipenuhi kebahagiaan.Pertama, dia akhirnya berhasil mendapatkan bukti perselingkuhan Lina.Kedua, karena magang perempuan itu melayaninya dan membuatnya sangat nyaman.Dia tidak takut pada apa pun sekarang dan bahkan secara terang-terangan membawa perempuan magang itu di sisinya."Kamu tampil bagus tadi malam. Kalau kamu tampil bagus lagi hari ini, aku akan meminta Pak Candra untuk langsung mengangkatmu sebagai pegawai tetap," kata Johan dengan ekspresi mesum sambil menyentuh kaki ramping magang itu.Mary Zega sama sekali tidak keberatan disentuh. Sebaliknya, dia berkata dengan gembira, "Pak Johan, kamu menyebalkan sekali. Kamu mengemudi sambil begitu. Bagaimana kalau kamu ditangkap oleh polisi lalu lintas?"Johan berkata, "Apa yang kamu takutkan? Kalau melewati jalan kecil, aku nggak akan ditangkap polisi lalu lintas.""Aku bekerja keras sepanjang malam tadi malam, aku benar-benar lemas hari ini. Kalau kamu nggak menyemangatiku, aku mungkin akan tertidur.""Aku
Dia tampak bingung, "Edo, apa yang kamu bicarakan? Bukankah dulu kamu bilang Lina selalu merayumu? Kamu juga bilang ingin membantu Kak Johan mengumpulkan bukti. Mana buktinya, cepat keluarkan."Menghadapi fitnah dari Kak Wiki, aku merasa agak marah."Kak, kapan aku bilang seperti itu?" tanyaku dingin.Kak Wiki tidak bisa berkata-kata dan terdiam untuk waktu yang lama.Diam-diam dia menarik lenganku dan berbisik di telingaku, "Edo, apa yang kamu lakukan? Inilah saat yang ditunggu-tunggu Johan. Jangan mengacau."Aku duduk diam dan wajahku tanpa ekspresi.Secara keseluruhan tentang rancangan Johan untuk menjebak Lina, kecuali Johan dan Kak Wiki, semua orang sebenarnya melindungi Lina secara sengaja atau tidak sengaja.Johan ingin menceraikan Lina tanpa pembagian harta, sehingga dia bisa melakukan hal tercela dan tak tahu malu apa pun.Lalu bagaimana dengan Kak Wiki?Ketika aku masih kecil, aku selalu merasa Kak Wiki adalah idolaku. Dia adil, baik hati, pandai dan selalu melindungiku.Aku
Lina sangat cantik dan memiliki latar belakang keluarga yang baik.Kalau dia lebih sadar saat itu, dia akan menjalani kehidupan yang layak dan bermartabat sekarang, daripada berada dalam kekacauan seperti sekarang.Wanita mana pun pasti menyesali pengalaman seperti itu.Aku tidak begitu mengerti suasana hati Lina saat ini, tapi aku benar-benar merasa kasihan padanya.Dijebak oleh suami sendiri.Adakah yang lebih menjijikkan dari ini di dunia ini?"Sayang, jangan sedih. Sekarang kita punya bukti perselingkuhan bajingan ini, ceraikan saja dia!"Johan melirik kami.Dadanya naik dan turun dengan keras.Pembuluh darah di wajahnya juga menyembul."Kalian ... kalian ternyata bekerja sama untuk berbohong padaku, Wiki, Nia, padahal aku sangat mempercayai kalian. Kalian ternyata berani mengkhianatiku!"Kak Wiki segera berdiri dan menjelaskan, "Johan, aku nggak berbohong padamu, aku nggak mengetahui hal-hal ini sama sekali. Edo, tolong jelaskan beberapa patah kata untuk Kakak."Aku tidak mengatak
"Wiki, kamu hebat, aku akan membuat perusahaanmu bangkrut besok!"Saat Kak Wiki mendengar Johan mengatakan ini, hatinya mencelos."Johan, aku benar-benar nggak tahu hal ini dan aku nggak tahu apa yang sedang terjadi. Percayalah padaku.""Johan, perusahaanku nggak bisa beroperasi tanpa kerja samamu. Demi persahabatan kita selama bertahun-tahun, tolong bantu aku."Kak Wiki sedih seperti anak kecil yang tak berdaya, dia ingin bersujud di hadapan Johan.Tapi, kakak iparku menghentikannya tepat waktu, "Nggak perlu berlutut padanya, aku sudah mendapatkan kontrak kerja sama. Kalau dia berani melanggar kontrak, dia akan membayar ganti rugi miliar kepada kita.""Apa katamu? Nia, kamu sudah mendapatkan kontraknya?" Kak Wiki tidak pernah mengetahui hal ini, sehingga ketika dia tiba-tiba mendengar kakak iparku berkata demikian, dia merasa sangat terkejut.Kak Nia langsung membuka ponselnya dan menyuruh Kak Wiki membacanya.Kak Wiki menangis lalu tertawa.Orang yang tidak tahu akan mengira dia gila
Tak ada yang menyangka kalau di akhir acara makan, situasi akan dikuasai sepenuhnya oleh kakak iparku.Aku juga melihat sisi tegas dari Kak Nia.Dulu, aku selalu mengira Kak Nia adalah seorang ibu rumah tangga.Kini aku tahu Kak Nia juga bukan orang yang sederhana.Kak Nia menatap Johan dan terus berkata dengan nada dingin, "Nggak apa-apa kalau kamu menceraikan Lina, tapi nggak boleh kekurangan satu sen pun dari harta bagiannya.""Nia ...." Lina menatap Kak Nia dengan mata merah, mungkin karena dia tidak menyangka kalau Kak Nia akan membantunya.Nancy langsung berdiri dan mengiakan, "Ya, kalian pasti akan bercerai, tapi kamu harus memberikan setengah dari ekuitas perusahaan kepada Lina.""Kak Lina, kenapa kamu ragu-ragu? Kenapa kamu nggak segera mengeluarkan surat perjanjiannya?"Lina segera mengeluarkan surat perjanjian yang sudah dia persiapkan sebelumnya dan meletakkannya di depan Johan."Yang ini adalah surat pengalihan rumah. Yang ini memberiku setengah dari ekuitas perusahaanmu."
Aku tidak takut.Aku muda dan kuat sedangkan Johan adalah seorang pria paruh baya dengan tubuh gemuk.Dia sama sekali bukan lawanku.Saat dia maju, aku meninju wajahnya.Itu sakit sekali hingga Johan menjerit.Kak Nia menghela napas lega.Terlihat Kak Nia sangat mengkhawatirkanku barusan.Aku menunjuk hidung Johan dan berkata dengan nada dingin, "Keluar dari sini, kamu nggak diterima di sini. Kalau kamu berani membuat masalah di sini, aku pasti akan bersikap kasar padamu.""Tunggu saja kalian, tunggu saja kalian!"Johan menahan hidungnya yang berdarah dan berbalik untuk pergi.Mary mengikuti dari belakang.Pembuat onar sudah hilang.Ruangan itu tiba-tiba menjadi sunyi.Semua orang tampak kelelahan dan tidak bisa berkata-kata.Terutama Lina yang sepertinya sudah kehabisan seluruh kekuatannya dan bahkan matanya pun kusam."Lina, apa kamu baik-baik saja?" Nancy bertanya dengan prihatin.Dia melihat ada yang tidak beres dengan Lina.Lina menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nggak apa-apa,
Mata Kak Wiki mengelak dan tak berani menatap mata kakak iparku.Kak Nia tak mau menyerah dan bersikeras agar Kak Wiki memberinya jawaban."Nia, masalah itu sebenarnya nggak ada hubungannya denganku. Kamu adalah istriku. Mana mungkin aku membiarkan Johan melakukan hal yang menyakiti hatimu?"Kak Wiki baru saja memikirkannya dengan hati-hati, dia tidak boleh mengakuinya.Kalau dia mengakuinya, dia akan celaka.Rumah, mobil dan seluruh hartanya ada di tangan kakak iparku. Kalau Kak Nia mengusirnya keluar rumah, dia tidak punya pilihan.Dia tidak bermaksud meminta maaf dengan tulus dan menyelamatkan pernikahan mereka.Inilah sifat manusia.Dalam menghadapi kepentingan yang sangat besar, orang-orang hanya memikirkan kepentingan sendiri.Kak Nia dilema apakah harus percaya dengan apa yang dikatakan Kak Wiki?Sebelumnya, dia selalu curiga terhadap Kak Wiki, karena tanpa izin Kak Wiki, Johan tidak akan berani bersikap begitu berani.Tapi, Kak Wiki sekarang berlutut di depannya, menangis denga
"Apa yang kamu sesali? Apa Edo nggak memuaskanmu?"Nia masih berkata dengan terus terang seperti biasanya.Lina sangat ingin menemukan celah di tanah dan bersembunyi di dalamnya."Nia, jangan ungkit lagi. Aku mohon." Lina mencengkeram selimut dengan erat. Dia benar-benar tidak berdaya.Nia meletakkan tangannya yang cantik ke bawah selimut.Dia menyentuh bokong ... yang bulat dan halus.Sebelum Lina sempat mengenakan celananya, Nia telah memergoki mereka.Merasakan tangan Nia yang halus, Lina merasa semakin malu.Namun, Nia malah berkata sambil tersenyum, "Bukankah kamu sendiri yang memberi tahu Edo? Kamu berharap kita bertiga bisa hidup tenang dan santai. Aku sudah siap mental. Kenapa kamu belum siap?"Akhirnya, Lina menjulurkan kepalanya dari ranjang. Namun, kedua pipinya masih memerah."Nggak. Aku hanya merasa sangat malu saat kamu tiba-tiba memergokiku seperti ini.""Apa yang diinginkan wanita seusia kita? Bukankah kita hanya ingin bahagia?""Edo masih muda, energik dan tampan. Kita
Nia telah menebak apa yang ingin mereka lakukan.Namun, dia tidak mengatakan apa pun. Dia hanya menarik selimut untuk menutupi kepalanya. Dia terus berpura-pura tidur.Setelah selesai.Edo mendekati telinga Lina dengan perlahan, lalu berkata, "Kak Lina, kamu jahat sekali. Kalau Kak Nia terbangun, kita pasti akan sangat malu."Pipi Lina merona. Rambutnya tampak acak-acakan dan tatapan matanya tampak linglung.Lina mencium Edo dengan terengah-engah. "Aku nggak tahan lagi tadi. Aku nggak bisa berpikir panjang lagi. Tapi, sekarang aku sudah tenang. Aku benar-benar takut."Mereka tanpa sadar menatap Nia.Edo melihat Nia menutupi kepalanya dengan selimut.Edo dan Lina sama-sama tercengang. Hal ini menandakan bahwa Nia telah bangun. Dia menutupi kepalanya dengan selimut karena dia tidak ingin mendengar suara-suara yang ambigu.Edo melihat wajah Lina memerah sampai ke pangkal lehernya. Seluruh wajahnya tampak seperti apel merah."Aduh, memalukan sekali." Lina menyadari sesuatu. Dia segera menu
Tiba-tiba, Edo merasa sedikit takut.Lina memiringkan kepalanya dan menatap Edo. "Kenapa? Apa kamu takut?""Nggak, bukan begitu." Edo tidak tahu apa yang dia rasakan saat ini. Edo merasa takut dan gelisah. Namun, jika Edo mengakuinya seperti ini, dia merasa sangat pengecut."Edo, wajar kalau kamu merasa takut. Untuk seseorang yang penuh perhitungan seperti Johan, saat dia pertama kali pergi ke rumahku untuk menemui ayahku, dia sangat ketakutan hingga dia bahkan nggak berani berbicara."Lina menghibur Edo.Sekarang, akhirnya Edo tahu mengapa keluarganya Lina keberatan dengan pernikahannya dengan Johan? Dia juga mengerti kenapa pencapaian Johan saat ini hanyalah pencapaian kecil.Ayahnya adalah wakil walikota Kota Jimba. Bagaimana mungkin dia tertarik dengan bos yang menjalankan bisnis kecil-kecilan?Terlebih lagi, Edo bahkan bukan seorang bos. Edo hanya pencari nafkah yang bekerja sebagai karyawan.Tiba-tiba, Edo kehilangan kepercayaan dirinya."Kak Lina, apa menurutmu aku juga nggak pa
Melihat Edo masuk sambil menggendong Nia di pelukannya dengan ambigu, Lina tersenyum dan berkata, "Kamu menaklukkannya secepat itu?"Edo agak malu, lalu dia berkata dengan wajah tersipu, "Kak Lina, kamu pasti khawatir, 'kan?"Lina mengangkat bahu dengan acuh tak acuh, "Aku baik-baik saja, bukan aku yang terluka. Kalian ini. Dia sudah terluka, tapi kalian masih berhubungan."Edo memandangi Nia di pelukannya. Saat ini, Nia masih tertidur pulas.Edo membaringkan Nia ke ranjang dengan lembut, lalu menutupinya dengan selimut.Kemudian, Edo berkata kepada Lina, "Kak Lina, bukankah kamu ingin aku membantu Kak Nia? Aku telah melakukan apa yang kamu katakan. Sekarang, kamu bisa tenang."Lina duduk dari tempat tidur. Kemudian, dia mengaitkan jarinya ke arah Edo dan memberi isyarat agar Edo mendekat.Edo berjalan mendekat dengan patuh.Lina melingkarkan tangannya di leher Edo, lalu dia menatap Edo sambil tersenyum dan berkata, "Kamu telah memuaskan Nia. Bukankah kamu juga harus memuaskanku?""Ah?
Nia meringkuk dalam pelukan Edo, lalu berkata dengan tulus, "Aku bisa menjaga jarak denganmu sebelumnya karena aku takut Wiki akan mengetahui apa yang terjadi di antara kita berdua. Aku takut dia akan mempermalukan dan mempersulitmu.""Tapi, aku tahu meskipun dia nggak tahu apa yang terjadi di antara kita berdua, sekarang dia telah berbeda dari sebelumnya.""Kalau begitu, kita nggak perlu berpura-pura lagi."Setelah berkata, Nia tidak bisa menahan diri untuk mencium Edo."Edo, beberapa hari ini aku sangat rindu padamu. Sangat-sangat rindu!"Edo memeluk pinggang Nia dan berkata dengan penuh kasih sayang, "Kak Nia, aku juga sangat rindu padamu!"Edo dan Nia berciuman dengan penuh gairah."Edo, aku ingin ...." Sekarang, Nia tidak mengkhawatirkan apa pun. Dia mengungkapkan keinginannya dengan berani.Edo langsung bersemangat. Namun, begitu memikirkan tentang cedera di kaki Nia, Edo merasa sedikit khawatir."Kak Nia, aku tahu apa yang kamu pikirkan. Tapi, kakimu terluka sekarang. Aku khawat
"Aku sangat menginginkan seorang anak. Aku hanya ingin memiliki keluarga yang bahagia, bukan menjadi alat yang mengikatku.""Hal yang lebih menjijikkan lagi adalah aku menemukan bahwa setiap kali Wiki berhubungan denganku, dia menggunakan obat untuk mempertahankan kekuatannya.""Apakah anak yang lahir dengan cara ini bisa sehat? Aku tebak dia nggak memikirkan hal itu sama sekali. Kalau anak yang lahir nggak sehat, dia mungkin nggak akan mempedulikannya. Bukankah anak itu akan menjadi bebanku?"Semakin berbicara, Nia menjadi semakin marah dan sedih.Nia tidak pernah mengucapkan kata-kata ini kepada siapa pun. Dia terus menyimpan keluhan ini di dalam hatinya.Namun barusan, saat merasakan punggung Edo yang lembut, Nia tiba-tiba merasa sangat sedih.Dia tidak bisa menahan diri untuk menceritakan semuanya.Edo memeluk Nia dengan sangat sedih dan berkata dari lubuk hati yang paling dalam, "Ceraikan saja dia. Kak Nia, aku mendukung perceraianmu dengan Wiki.""Aku tahu Wiki sama sekali nggak
Edo tidak berkata apa-apa. Dia langsung pergi sambil menggendong Nia di punggungnya.Di tengah perjalanan, Nia tiba-tiba berkata pada Edo, "Edo, aku nggak ingin kembali.""Kak Nia, kakimu sudah seperti itu. Bagaimana bisa kamu nggak kembali untuk mengobati kakimu?"Edo berpikir Nia tidak peduli dengan cedera di kakinya, jadi Edo mengingatkannya dengan sabar.Nia sedang bersandar di punggung Edo. Jadi, Edo tidak bisa melihat ekspresinya.Nyatanya, saat ini pipi Nia sudah memerah. Hatinya bahkan menjadi semakin gelisah.Kontak fisik mereka tidak hanya membuat Edo merasakan perasaan yang sudah lama tidak dia rasakan. Namun, Nia juga merasakan perasaan seperti itu.Jantung Nia berdebar kencang. Pikirannya yang telah lama dia tahan pun seakan tidak dapat ditahan lagi.Nia berkata di telinga Edo dengan suara yang sangat pelan, "Maksudku jangan kembali ke kamar. Ayo cari tempat yang sepi.""Ah?"Edo bingung sejenak. Dia bertanya-tanya apa yang ingin Nia lakukan?Terlebih lagi, cara Nia bersan
"Setelah apa yang terjadi antara aku dan Johan, aku memahami kebenaran bahwa orang harus memikirkan diri sendiri terlebih dulu, sebelum mereka memikirkan hal lain.""Selama Johan memanfaatkanku, kamu dan kakak iparmu selalu berada di sisiku. Kalian memperlakukanku dengan baik, tentu saja aku juga ingin memperlakukan kalian dengan baik.""Johan bukanlah pria baik-baik. Wiki juga bukan pria yang baik. Hasil baik apa yang bisa diperoleh kakak iparmu kalau terus bersamanya?""Aku ingin bersikap baik padamu. Saat bersamaan, aku juga ingin bersikap baik pada adik iparmu.""Kalau kita dapat hidup bahagia bersama dan nggak memikirkan pria-pria berengsek itu, bukankah itu akan sangat menyenangkan?"Edo harus mengakui bahwa pemikiran Lina benar-benar telah berubah.Di masa lalu, Lina sangat pendiam dan tertutup. Jika Lina melakukan kontak fisik dengan pria asing, dia akan merasa tidak nyaman.Namun, sekarang Lina sepertinya sudah benar-benar melepaskan sifat liar di hatinya.Dia bahkan bisa meng
Edo tidak ingin sendirian, jadi dia berkata tanpa malu-malu, "Aku juga mau ikut. Kak Nia, bolehkah aku pergi bersama kalian?"Nia menatap Edo dengan tatapan aneh, lalu dia berkata, "Kalau kamu mau, ikutlah. Ini adalah kebebasanmu. Kamu nggak perlu memberitahuku."Edo buru-buru mengikutinya.Edo masih sama seperti sebelumnya. Dia merangkul lengan Nia dengan satu tangannya dan tangannya yang lain merangkul lengan Lina.Meskipun saat ini Edo tidak bisa berbuat apa-apa, Edo merasa sangat bahagia dan puas dapat berjalan di antara kedua wanita ini!Apalagi Edo bisa berpegangan tangan dengan Nia seperti ini.Edo sangat menghargai waktu yang diperoleh dengan susah payah itu.Edo kembali menjadi pemandu wisata mereka. Saat berjalan-jalan, dia memperkenalkan tempat tersebut.Setelah berjalan-jalan sebentar, Nia berkata dia sudah lelah. Jadi, mereka pun duduk di bangku pinggir jalan untuk beristirahat.Edo melihat Nia memukuli kakinya dengan lembut. Edo tahu Nita lelah karena berjalan. Dia pasti