Wono tidak marah, tapi tersenyum dan berkata, "Jadi, kami membutuhkan generasi muda yang ambisius sepertimu untuk merevitalisasi Poli TCM."Kalimat ini benar-benar di luar dugaanku.Sebenarnya kalau dipikir-pikir baik-baik, aku juga agak keterlaluan. Aku marah pada wanita itu, tapi aku melampiaskannya pada Wono.Dia tidak bersalah padaku.Tapi, ketika aku diminta untuk meminta maaf, aku tidak bisa meminta maaf."Dokter Wono, kembalilah. Aku sendiri yang akan berbicara dengan Pak Candra."Wono berkata, "Aku tahu kamu adalah prospek yang bagus. Sejujurnya, aku benar-benar nggak ingin kamu pergi."Aku benar-benar tidak menyangka Wono akan mengatakan hal seperti itu padaku.Aku cukup tersentuh.Tapi, aku tahu perasaan ini tidak akan bertahan lama."Terima kasih Dokter Wono. Tapi, aku benar-benar nggak mau bekerja di sini lagi.""Baiklah, setiap orang punya ambisinya masing-masing, aku nggak akan memaksamu. Tapi, karena kamu sudah masuk kerja hari ini, jangan pergi dulu. Selesaikan dulu tug
Aku memikirkannya dan memancing, "Kenapa? Apakah kamu putus dengan pacarmu?"Bella, "Nggak, bajingan itu belum pernah muncul sampai sekarang. Aku sudah berpikiran terbuka. Bahkan kalau dia ingin putus denganku, aku nggak akan putus dengannya."Aku, "Kenapa?"Bella, "Karena aku ingin berselingkuh, aku ingin membuatnya jijik, aku juga ingin membuat hidupnya sengsara."Melihat kalimat ini, aku bergidik.Wanita ini terlalu kejam.Untuk membalas dendam pada bajingan itu, dia bahkan mengorbankan dirinya.Lalu kalau dia tahu bahwa aku adalah Edo yang nyata, apakah dia juga akan menggunakan segala cara untuk membalas dendam kepadaku?Seharusnya tidak mungkin, selama aku bersembunyi dengan cukup baik, dia tidak akan bisa menemukanku.Jadi aku terus membalasnya, "Nggak bisa, kamu memintaku menjadi pria simpananmu, aku nggak mau. Kecuali kamu benar-benar putus dengan pacarmu."Bella, "Kalau nggak suka, pergi sana. Nggak ada kamu, aku bisa cari orang lain."Ketika aku melihat Charlene mengatakan b
Kak Nia berkata, "Nancy sekarang meminta Lina membuka kartu dengan Johan. Johan baru saja meneleponku dan menyuruhmu untuk mempercepat menaklukkan Lina.""Kebetulan Nancy juga memintamu untuk menaklukkan Lina, akan lebih mudah bagimu kalau dia membantumu.""Tapi, kamu harus ingat, kamu boleh menaklukkan Lina, tapi kamu nggak boleh menyentuh Nancy.""Apa harus kutaklukkan malam ini?"Kak Nia berkata, "Tentu saja lebih cepat lebih baik. Nancy bukan orang yang mudah dihadapi. Karena dia sudah tahu Johan berselingkuh, dia pasti akan mencari cara untuk menghadapi Johan.""Saat dia melancarkan serangan balik, Johan nggak akan punya peluang.""Kita nggak punya banyak waktu, kamu harus cepat."Tiba-tiba aku menjadi gugup.Karena waktunya terlalu sempit.Aku belum tahu apa yang harus aku lakukan?Aku hanya bisa berkata dengan acuh tak acuh, "Oke, aku mengerti."Setelah aku mengakhiri panggilan dengan Kak Nia, aku memikirkannya dan memutuskan untuk mengirim pesan teks ke Kak Lina, "Kak Lina, kak
"Lalu seperti apa?" Lina bertanya sambil mencibir.Johan berkata, "Rani-lah yang sengaja merayuku. Kamu tahu, karierku semakin besar sekarang, jadi mudah menarik perhatian wanita.""Rani ini selalu menggodaku dengan mengandalkan kecantikannya. Saat temanmu datang, Rani merasakan sakit di dada dan memintaku untuk pijat."Nancy memperlihatkan gigi dan cakarnya, sepertinya dia ingin mencabik-cabik Johan.Lina sangat tenang dan menasihati Nancy untuk tenang.Lalu dia berkata melalui telepon, "Jadi, kamu hanya bantu pijat? Johan, seorang anak berusia tiga tahun juga bisa melihat kebohongan murahan itu, apa kamu nggak tahu?""Tentu saja aku tahu, tapi aku melakukannya dengan sengaja. Tahukah kamu kenapa?" Johan benar-benar sangat lihai. Tindakan memutarbalikkan fakta ini langsung menghilangkan setengah krisisnya.Kalau tidak mengetahui konspirasinya dariku, dengan sifat Lina yang sederhana, Lina mungkin akan tertipu oleh Johan.Tapi, sekarang Lina merasa sangat mual saat mendengar Johan meng
Salah satu kakiku patah ringan dan dipasang gipsum.Kak Nia menatapku sedih, "Edo, sakit nggak?"Aku berkata lemah, "Kak Nia, maafkan aku.""Edo bodoh, kenapa kamu minta maaf?""Awalnya aku ingin buru-buru pulang dan berdiskusi denganmu apa yang harus dilakukan malam ini? Aku nggak menyangka ...."Aku berpura-pura merasa sangat bersalah.Kak Nia menatapku dengan penuh kasih sayang, memegang tanganku dan berkata, "Nggak perlu terburu-buru. Kamu rawat dirimu dulu.""Ini juga salah Kak Nia. Seharusnya aku nggak terlalu mendesakmu.""Kak Nia sedih sekali melihatmu seperti ini."Aku tahu Kak Nia memang prihatin padaku, matanya mengatakan segalanya.Sebenarnya aku merasa sangat bersalah.Kak Nia tulus mengkhawatirkanku, tapi aku menipu Kak Nia.Aku merasa sangat bersalah hingga tidak berani menatap mata Kak Nia."Edo, jangan banyak berpikir, jaga dirimu baik-baik dulu. Kak Nia akan mengatur sisanya."Aku mengangguk.Saat ini, seorang dokter masuk.Ketika aku melihat dokter wanita berjalan di
"Pasien, buka lebar kakimu. Bagaimana kami lihat kalau kamu menjepit kakimu seperti ini?" kata Charlene dengan lantang dan sengaja.Aku mengumpat dalam hati, "Bella, tunggu saja kamu."Biarpun aku mengutuk dalam hati, aku tetap membuka kakiku.Lalu aku merasakan sebuah tangan menarik-narik bendaku itu.Seolah ingin memverifikasi apakah bendaku itu kuat?Aku tidak ingin mengalami perasaan memalukan ini lagi dalam hidupku.Aku menahan diri agar tidak meledak emosiku.Charlene memeriksanya sebentar lalu berkata kepada pekerja magang, "Kalian lihat, yang masih bereaksi setelah sedikit disentuh seperti ini, artinya nggak ada masalah besar.""Tapi, kalau nggak ada reaksi sama sekali, berarti ada masalah.""Oh." Sekelompok pekerja magang mengangguk berulang kali.Charlene menambahkan, "Kalian maju dan rasakan. Omong-omong, cobalah kekenyalannya juga. Ingat, lebih kuat, jangan takut ditarik rusak."Awalnya aku ingin menahan diri dan tidak marah, tapi saat aku mendengar Charlene mengatakan ini,
Tanganku menjadi lebih berani.Bahkan berpikir untuk memasukkan tanganku ke dalamnya."Edo, jangan." Kak Nia menghentikanku.Aku berbisik, "Nggak apa-apa, aku akan berhati-hati biar nggak ada yang melihatku.""Tetap saja nggak bisa, akan memalukan kalau ada yang melihat kita.""Kak Nia, kamu baru saja membantuku melepas celanaku.""Itu beda. Itu untuk mengobatimu, tapi sekarang, kita berdua jelas-jelas sedang berselingkuh." Kak Nia tersipu dan merendahkan suaranya.Aku mendekati telinga Kak Nia dan berkata, "Tapi, ini seru sekali 'kan? Aku juga tahu Kak Nia menginginkannya."Kak Nia tersenyum dan memutar matanya ke arahku."Kamu sudah tahu tapi masih seperti ini, bukankah kamu sengaja ingin membuatku merasa nggak nyaman?""Kalau hari sudah gelap, Kak Nia naik sini." Aku memegang tangan Kak Nia dan berkata."Menyebalkan, ini rumah sakit, kamu nggak berpikir akan melakukannya di sini ....""Aku belum pernah mengalaminya di rumah sakit. Sepertinya Kak Nia juga belum mengalaminya 'kan?""K
"Astaga, Kak Nancy, ini rumah sakit, bisakah kamu berhenti melakukan ini?"Aku segera menarik celanaku, kalau tidak, aku takut Nancy akan melepasnya begitu saja.Nancy berkata, "Jaga sika papa, kalau Edo kecilmu hilang, aku akan menyelesaikan masalah ini denganmu."Aku segera berkata, "Nggak begitu berlebihan, itu hanya goresan kecil.""Aku nggak percaya, coba kulihat," kata Nancy tanpa menyerah.Aku benar-benar tersiksa dan tidak bisa berbuat apa-apa. Untung saja kakak iparku maju ke depan dan berkata, "Nancy, kamu pikir aku ini udara?""Ops, Nia, kamu di sini juga?""Maaf, maafkan aku, aku sangat cemas tadi sehingga aku nggak memperhatikanmu."Nancy menjadi jauh lebih kalem dan berkata kepada Kak Nia sambil tersenyum.Kak Nia mendengus pelan dan tidak berkata apa-apa lagi."Edo, apa kata dokter?" Lina sangat mengkhawatirkanku dan bertanya sambil duduk di samping tempat tidurku.Kekhawatirannya berbeda dengan kekhawatiran Nancy.Dia benar-benar mengkhawatirkanku, sedangkan Nancy hanya
"Kamu gila, ya! Kamu itu dekan. Bagaimana kalau murid-murid melihatmu?"Tempat ini adalah sekolah, bukan Vila Dragonfly. Aku berpikir, "Bagaimana Jessy bisa begitu berani?"Jessy tidak berkata apa-apa. Namun, tangannya yang halus menjulur masuk ke dalam pakaianku ....Tangannya menggarukku dengan lembut."Tatap mataku." Napas Jessy semanis bunga anggrek. Tubuhnya menempel erat padaku, hingga aku merasa bergairah dengan perlahan.Aku segera meraih tangannya dan berkata, "Jangan. Aku nggak ingin menjadi seperti dulu.""Aku ingin menjadi kuat seperti Kak Andre."Jessy berdiri berjinjit, lalu dia mencium bibirku dengan lembut. Napasnya yang hangat itu pun mengembus di daguku."Sekalipun kamu menjadi sekuat Andre. Itu nggak akan memengaruhi kamu tidur denganku.""Nggak ... nggak bisa seperti itu."Sebelum aku selesai berbicara, Jessy tiba-tiba menggigit daguku.Namun, gigitannya sangat lembut.Dia sengaja menggodaku. Tangan yang berada di balik pakaianku telah bergerak ke bawah dengan perla
"Tapi, mereka telah mengajari banyak hal padaku. Kalau aku nggak berhasil dalam ujian, aku takut akan mengecewakan mereka.""Kamu terlalu banyak berpikir. Kalau kamu selalu mempertimbangkan pendapat orang lain, kamu akan kehilangan jati dirimu." Orang dengan kepribadian seperti ini sangat kasihan. Demi memuaskan orang lain, mereka akan merugikan diri mereka sendiri.Namun, jika Sharlina tidak bahagia dalam hidupnya, kenapa dia harus mengkhawatirkan banyak hal?Sekarang, aku merasa orang-orang seperti Nancy dan Jessy cukup bagus.Mereka hidup dengan bebas dan tanpa batasan!Mereka tidak akan menambah tekanan atau tuduhan yang tidak perlu pada diri mereka sendiri."Aku nggak tahu apa yang terjadi. Sejak aku masih kecil, aku sudah seperti ini ....""Itu hanya kepribadianmu. Itu bukan salahmu," hiburku.Sharlina mendengus dan melanjutkan, "Kak Edo, aku benar-benar ingin berubah. Aku ingin keluar dari bayang-bayang masa lalu.""A ... aku butuh bantuanmu."Aku berkata sambil mengangguk tanpa
Apa maksudnya?Apa dia merasa aku suka memamerkan tubuhku?Aku terdiam seribu bahasa.Lupakan saja. Aku juga malas untuk menjelaskannya.Jika aku terus membahas masalah ini, kami akan semakin merasa malu.Aku berjalan ke depan ketel, lalu menuangkan segelas air untuk diriku sendiri.Sharlina tiba-tiba bertanya, "Kak Edo, saat kamu masih sekolah, apa nilai fisiologimu baik?"Aku berkata dengan santai, "Bukankah ini adalah pelajaran dasar untuk mahasiswa kedokteran? Fisiologi dan struktur manusia adalah yang paling dasar. Kalau kamu nggak bisa mempelajarinya dengan baik, bagaimana kamu bisa menguasai titik akupunktur tubuh manusia? Bagaimana kamu bisa menjadi dokter pengobatan tradisional?"Pipi Sharlina memerah dengan ekspresi malu."Tapi, aku nggak bisa mempelajarinya dengan baik. Setiap kali aku melihat gambar yang dipajang dosen di kelas fisiologi, aku sangat malu.""Kali ini, aku hanya mendapat nilai C di mata kuliah Fisiologi."Nilai C berarti gagal. Hal ini akan memengaruhi kelulu
"Gadis itu belum pernah berpacaran. Saat kamu pergi ke sana, berhati-hatilah. Jangan berjalan-jalan di rumah hanya memakai celana pendek ...."Saat aku sedang berbicara dengan Kiki, tiba-tiba kepala menjulur kemari dan bertanya, "Mahasiswi? Belum pernah berpacaran? Kalau begitu, kamu bisa memperkenalkannya padaku."Orang itu adalah Sean.Pria ini adalah salah satu dari segelintir pria lajang di toko ini. Setiap hati, dia terus berpikir untuk menggoda wanita. Namun, dia belum berhasil menaklukkan satu wanita pun.Aku langsung menjadi sangat kesal. "Mimpi kamu? Dia adalah seorang mahasiswi. Dia masih sekolah. Menurutmu, apa kamu pantas bersanding dengannya?"Sean berkata dengan tidak tahu malu, "Apa maksudmu pantas atau nggak? Kami bahkan belum pernah bertemu. Bagaimana kamu tahu aku nggak pantas bersanding dengannya?"Sialan, orang ini benar-benar mempermainkan kami.Aku langsung menendangnya. Sementara Sean menghindar sambil tersenyum."Kak Edo, tolong perkenalkan aku pada mahasiswi it
"Oke, oke. Seleramu paling bagus. Sebenarnya, Agnes lumayan cantik."Aku ingin mengulurkan tangan dan menepuk bahu Kiki. Namun, saat aku mengangkat lenganku, aku merasa lenganku sangat sakit.Yasan segera melangkah maju untuk memapahku. "Edo, ayo kembali. Kita obatiku lukamu."Aku memandang Yasan dengan perasaan campur aduk.Sebelumnya, bajingan ini salah paham padaku. Aku merasa sangat kesal. Aku juga diam-diam bersumpah bahwa aku tidak akan pernah ikut campur urusannya lagi.Namun, saat toko tertimpa masalah atau aku terlibat masalah, dia benar-benar peduli padaku.Barusan, aku melihat adegan Tasya dan Willy terus bergaul bersama. Aku tidak tahu apakah aku harus mengatakannya atau tidak.Namun, aku tidak bisa menyembunyikan rahasia. Jika aku tidak mengatakannya, aku merasa seolah aku akan mati.Jadi, aku menceritakan kepada Yasan apa yang terjadi barusan."Pokoknya, aku sudah memberitahumu semuanya. Terserah kamu memutuskan bagaimana memilihnya."Setelah berkata, aku merasa lega dan
Selain itu, aku merasa sangat bangga.Aku berhasil mengalahkan Dono. Aku bahkan menakuti para preman ini. Aku hebat sekali.Namun, aku tidak mengendurkan kewaspadaanku. Aku terus menekan leher Dono dengan kuat."Aku tahu kamu nggak akan menyerah, tapi aku nggak menyangka gerakanmu akan secepat ini.""Kamu terobsesi dengan Aula Damai milik Pak Harmin. Kamu juga nggak menyukaiku. Kamu pasti nggak akan menyerah sampai kamu mencapai tujuanmu.""Tapi, aku beri tahu kamu. Kamu nggak boleh menyentuh Aula Damai. Kamu juga nggak bisa menyentuhku. Jangan coba-coba merebut Aula Damai. Kalau kamu benar-benar menyudutkanku, aku bisa melakukan apa saja."Saat berbicara, aku menambah kekuatan di tanganku. Bilah pisau itu melukai kulit Dono hingga darah mengalir keluar.Dono merasakan sakit di lehernya. Dia ketakutan hingga wajahnya semakin pucat. "Oke, oke. Aku akan melakukan apa pun yang kamu katakan. Cepat singkirkan pisau itu. Aku rasa kamu telah melukai leherku."Saat menyerang, aku memperhatikan
Dono adalah orang yang sangat pendendam, berpikiran sempit dan pencemburu.Dia dipukuli tanpa alasan. Dia tidak bisa melupakan kejadian itu, jadi dia harus mencariku untuk mendapatkan harga dirinya kembali.Saat di Aula Juve, dia baru menyadari bahwa Larto tidak mengambil tindakan karena aku, tetapi karena Helena.Dia berpikir setelah Helena pergi, dia akan melunasi utangnya dengan perlahan.Tidak disangka, dia mendapatkan kesempatan itu.Begitu mobil Helena dan Larto pergi, Dono segera berteriak. Dia memerintahkan anak buahnya untuk kembali bertarung.Aku benar-benar tidak menyangka mereka akan datang begitu tiba-tiba dan begitu cepat.Selain itu, begitu orang-orang ini datang, mereka mulai memukuli kami dengan tongkat.Akibatnya, tidak seorang pun di antara kami yang sempat melawan. Banyak di antara kami yang langsung terjatuh.Dono berdiri di tengah kerumunan. Dia menunjukku dan berkata, "Jangan pedulikan yang lain, hajar saja bajingan itu!"Setelah dia memberi perintah itu, semua p
Awalnya, aku berpikir jika aku memberi Dono pukulan yang keras, dia bisa takut.Namun, Dono sama sekali tidak takut padaku. Sebaliknya, dia menatapku dengan ekspresi kesal.Mungkin di matanya, aku tidak layak untuk ditakuti sama sekali."Kamu pemberani! Hari ini, kamu memiliki pendukung yang hebat. Tapi, apa kamu selalu seberuntung itu?""Kamu lebih baik berdoa agar kamu nggak jatuh ke tanganku di masa depan. Kalau nggak, aku akan membuatmu menyesal!"Begitu menatap mata Dono, aku tidak dapat menahan diri untuk bergidik.Kali ini, aku tahu aku benar-benar telah menyinggung Dono.Jika Dono tidak membalas dendam, dia pasti tidak akan melepaskanku.Namun, haruskah aku menjadi pengecut?Tidak. Aku tidak bisa menjadi pengecut lagi.Aku telah mengatakan bahwa aku ingin berubah. Aku ingin menjadi lebih kuat. Jadi, ketika menghadapi masalah, aku tidak boleh mundur.Jadi, aku menendang Dono dengan keras lagi dan berkata, "Tunggu sampai kamu punya nyali untuk menangkapku.""Pergi!"Aku berteriak
Sekitar setengah jam kemudian, Dono muncul di Aula Juve bersama sekelompok orang.Saat musuh bertemu, mereka selalu merasa marah.Dono dan aku semakin tidak menyukai satu sama lain.Orang yang datang bersama Dono adalah beberapa preman yang selama ini selalu mencari masalah denganku.Di antara mereka ada Willy si rambut kuning. Di samping Willy, ada wajah yang aku kenal. Dia adalah Tasya.Saat aku melihat Tasya, aku tidak bisa diri untuk mengerutkan kening.Bukankah dia bersama Yasan? Kenapa dia bergaul dengan pria berambut kuning ini?Wanita ini benar-benar bukan wanita baik-baik.Namun, sebelum aku sempat memikirkannya, Dono menunjuk hidungku dan berkata dengan nada dingin, "Edo, kamu yang membuat masalah di sini?""Apa kamu anjing yang dirawat oleh Harmin? Kenapa kamu selalu membelanya?"Aku menepis tangan Dono dan berkata, "Dasar bajingan nggak tahu terima kasih! Bos Harmin selalu bersikap baik padamu. Tapi, kamu memperlakukannya seperti ini! Kamu benar-benar bajingan!"Dono mengge